Jakarta –
Point Nemo di selatan Samudra Pasifik disebut sebagai wilayah paling terpencil di Bumi. Bahkan, jika kapal melaluinya, mereka masih berjarak 2.689 kilometer dari pulau terdekat.
Karena daerahnya yang terisolasi, wilayah ini tak cuma menjadi rumah bagi berbagai jenis ikan, melainkan kuburan kendaraan luar angkasa. Selain satelit-satelit tua yang sudah tidak lagi berada di orbit Bumi dan masuk ke wilayah tersebut, stasiun ruang angkasa Soviet/Rusia Mir juga berakhir di dasar lautan tersebut.
Menariknya, kejadian unik pun kerap terjadi di sana. Misalnya pada tahun 1997, Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) mendeteksi suara aneh berfrekuensi sangat rendah di sana. Suara tersebut, dideteksi oleh hidrofon yang ditempatkan di seberang Samudera Pasifik. Suara aneh itu sangat kuat dan sangat keras, bahkan termasuk yang paling keras yang pernah tercatat di bawah air.
Suara bising misterius itu sangat keras sehingga dapat ditangkap oleh hidrofon yang berjarak 4.800 kilometer. Beberapa orang, termasuk Ahli Kelautan NOAA Chris Fox, berspekulasi bahwa ‘kekacauan’ tersebut mungkin disebabkan oleh hewan laut.
[Gambas:Youtube]
“Ada banyak hal yang menimbulkan keributan di bawah sana,” kata Fox kepada CNN.
“Paus, lumba-lumba, dan ikan, gemuruh bumi,” lanjutnya.
Meski begitu, kemungkinan tidak ada hewan yang diketahui mampu mengeluarkan suara seperti itu. Kalaupun ada, spekulasi berlanjut bahwa suara itu bisa jadi berasal dari cumi-cumi raksasa atau monster laut tak dikenal lainnya. Namun, Fox punya penjelasan lain.
“Saya pikir ini mungkin terkait dengan mencairnya es,” ujar Fox.
“Suara itu selalu datang dari arah selatan. Kami menduga itu adalah es di lepas pantai Antartika, sehingga suaranya sangat keras,” sambungnya.
NOAA pun telah mendeteksi suara yang mirip sebelumnya. Mereka mengatakan bahwa suara misterius tersebut bisa jadi serupa dengan gempa akibat gunung es yang retak.
“Suara spektrum luas yang terekam pada musim panas tahun 1997 konsisten dengan gempa es yang ditimbulkan oleh gunung es besar yang retak dan patah,” jelas Pacific Marine Environmental Laboratory.
“Gempa es memiliki amplitudo yang cukup untuk dideteksi oleh beberapa sensor pada jarak lebih dari 5.000 km. Berdasarkan azimuth kedatangan, gunung es yang menghasilkan ‘Bloop’ kemungkinan besar berada di antara Selat Bransfield dan Laut Ross, atau mungkin di Cape Adare, sumber sinyal kriogenik yang terkenal,” tandasnya. Demikian melansir IFL Science.
(ask/ask)