Liputan6.com, Jakarta PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) memperkuat komitmennya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia melalui pembiayaan strategis di sektor infrastruktur telekomunikasi dan informasi.
Langkah ini sejalan dengan proyeksi e-Conomy SEA 2024 dari Google, Temasek, dan Bain & Company, yang mencatat nilai transaksi ekonomi digital (gross merchandise value/GMV) Indonesia meningkat dari USD 80 miliar pada 2023 menjadi USD 90 miliar pada 2024, dan diperkirakan mencapai USD 360 miliar (Rp 5.680 triliun) pada 2030.
Chief Investment Officer IIF, M. Ramadhan Harahap (Idhan), mengungkapkan bahwa hingga 2024, pihaknya telah menyalurkan pembiayaan lebih dari Rp3,1 triliun ke sektor telekomunikasi dan informasi.
Pembiayaan tersebut mencakup proyek kabel serat optik bawah laut Jakarta-Singapura, pembangunan menara BTS, data center, hingga pengembangan satelit.
“Investasi ini tidak hanya memperkuat konektivitas digital nasional, tetapi juga memperluas jangkauan layanan telekomunikasi ke seluruh pelosok Indonesia,” ujar Idhan, dalam keterangannya, Selasa (15/4/2025).
Langkah Strategis
Salah satu langkah strategis terbaru IIF adalah keterlibatan dalam sindikasi kredit senilai Rp10 triliun bersama PT Smartfren Telecom Tbk (Smartfren) dan PT Smart Telecom (Smartel), yang ditandatangani pada 14 November 2024. Dalam sindikasi ini, IIF bertindak sebagai salah satu lead arranger dengan porsi pembiayaan sebesar Rp500 miliar.
Idhan menambahkan, pembangunan infrastruktur digital turut mengurangi kesenjangan digital antara kota dan desa.
“Dengan akses internet yang merata, masyarakat di daerah terpencil bisa menikmati layanan pendidikan, kesehatan, dan peluang ekonomi yang lebih inklusif,” pungkasnya.