IDAI Bali: 11 Orang dari 17 Pasien Penyakit Gangguan Ginjal Misterius Meninggal Dunia

15 October 2022, 8:55

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bali, dr. IGN. Sanjaya Putra. ©2022 Merdeka.com

Merdeka.com – Sebanyak 11 orang pasien di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Ngoerah, Denpasar, Bali, yang mengidap penyakit gangguan ginjal misterius dan akut atau Acute Kidney Injury atau (AKI) meninggal dunia.
“Kasus yang meninggal dari 17 (pasien) itu, (ada) 11 orang meninggal. Dan rata-rata meninggal dalam keadaan fungsi ginjal sangat terminal, yang kita sebut gagal ginjal akut, susah kalau sudah keadaan itu,” kata dr. IGN. Sanjaya Putra selaku Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bali, di RSUP Prof Ngoerah, Denpasar, Bali, Jumat (14/10).

Dia menerangkan, bahwa angka mortalitas atau kematian karena penyakit ini cukup tinggi. Rata-rata mereka yang meninggal, datang dalam keadaan fungsi ginjal yang sangat terminal, atau gagal ginjal akut.
Sementara, dari 17 pasien itu itu terdata dari Bulan Agustus hingga Oktober 2022. Dari 17 pasien di RSUP Prof Ngoerah didominasi oleh balita dan empat pasien dengan usia di atas enam tahun dan 11 di antaranya meninggal dunia, satu anak berusia 17 tahun masih melakukan perawatan dan lima lainnya sudah dapat beraktivitas dan menjalani pemeriksaan rutin.

“Sisanya lima sudah pulang, sudah kontrol fungsi ginjal membaik, kencing membaik anaknya jalan aktivitas biasa,” imbuhnya.
Ia juga menerangkan, bahwa AKI sementara ini belum ditemukan penyebabnya dalam tanda kutip dianggap masih misterius. “Sementara ini, kita masih rawat satu orang umur 17 tahun,” ujarnya. [ded]Baca juga:
IDAI: 152 Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak di RI per 26 September-14 Oktober 2022
Pakar Minta Pemerintah Analisis Lengkap Temuan Gangguan Ginjal Akut Misterius
Kenali Gejala Gangguan Ginjal Akut Misterius Dialami 131 Anak di Indonesia
IDAI: 131 Anak Terkena Gangguan Ginjal Akut Misterius2 dari 3 halaman

Ia kembali menyampaikan, bahwa 17 pasien ini diterima oleh RSUP Ngoerah dari Bulan Agustus hingga Oktober 2022 dan pada Bulan Agustus pasien AKI frekuensi meningkat.

Sementara, kondisi pasien yang dirawat rata-rata keadaan kencingnya kurang. Bahkan, tidak kencing dalam waktu 24 jam. Selain gangguan itu, juga ada gangguan infeksi saluran pernapasan, saluran cerna,
muntah, mencret, kemudian tiba-tiba produksi kencingnya berkurang bahkan tidak ada dalam 24 jam dan kasus AKI yang berat pada pasien ialah sudah ada gangguan fungsi ginjal dan akan dilakukan Hemodialisa (HD).
“Nah itu yang membawa mereka ke rumah sakit ini. Jelas ada masalah, 24 jam tidak kencing itu baru kita ceks yang namanya fungsi ginjal itu terjadi peningkatan. Fungsi ginjalnya akan jauh menurun atau drop. Apa emergency yang kita lakukan tentunya adalah cuci darah atau HD,” ujarnya.
“Ini yang perlu diwaspadai untuk ke depannya. Mungkin, ada yang punya anak kecil perhatikan itu kencingnya, sudah 12 jam ini tidak ganti pampers, masih kosong pempersnya hati-hati ini. Itu yang perlu kita waspadai dan itu yang ditelusuri,” jelasnya.

3 dari 3 halaman

Ia juga menyatakan, dari hasil pemeriksaannya, sebagian besar anak AKI misterius itu memiliki hasil tes antibodi positif dan ada kemungkinan sebelumnya pasien pernah tertular Covid-19. Karena, tes antibodinya positif, itu menandakan terbentuk antibodi alamiah, menandakan pernah menderita Covid-19 yang tidak diketahui orang tuanya, dan ini yang banyak kasusnya.

Kemudian, dari 17 pasien yang dirawat di RSUP Prof Ngoerah sejak Agustus 2022, enam di antaranya mengalami perburukan yang cepat, sehingga tak menjalani tes, sementara sisanya memiliki antibodi positif.
Namun, pihaknya tetap mengingatkan bahwa hal tersebut belum dianggap sebagai penyebab karena untuk menyatakan penyebab harus ada satu hubungan. Tetapi, terkait hal itu adanya Multisystem Inflammatory Sydrome in Children (MISC).
“Banyak kasus di luar tapi ingat bukan itu sebagai penyebab karena ada kasus juga yang negatif MISC. Dan MISC yang pernah saya sebutkan mungkin sebelumnya si anak itu pernah tertular Covid-19, karena pada anak-anak di bawah enam tahun tidak mendapatkan vaksinasi Covid-19 dan tes antibodi si anak ini positif,” ujarnya.
“Itu menandakan apa, dia terbentuk antibodi alamiah bukan vaksin. Menandakan apa, menandakan si anak ini pernah menderita Covid-19 yang tidak diketahui oleh orang tuanya. Seperti kita ketahui, bisa OTG ini yang terkait banyak kasusnya. Tapi ingat saya tidak menyatakan itu sebagai penyebab. Itu terkait saja,” ujarnya.

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi