Tugas di logistik mencakup segala keperluan dapur, mulai dari mencari bahan makanan, memasak, hingga mengatur distribusi logistik ke semua prajurit. Ibu Ruswo harus memastikan logistik sampai kepada prajurit yang berada di luar daerah, seperti Magelang, Ambarawa, bahkan Semarang.
Tak hanya bertugas sebagai kurir rahasia dan pahlawan logistik, selama hidupnya, Ibu Ruswo juga aktif dalam Perkumpulan Pemberantasan Perdagangan Perempuan dan Anak (P4A) serta Kepanduan. Pada masa pemerintahan Jepang, Ibu Ruswo bergabung dengan Badan Pembantu Prajurit Indonesia (BPPI).
Ia juga pernah bergabung dengan Komite Pembela Buruh Perempuan Indonesia. Kelompok ini berfokus pada pembelaan terhadap hak-hak perempuan.
Peran Ibu Ruswo dalam pemenuhan logistik prajurit di Yogyakarta, Magelang, Ambarawa, hingga Semarang mendapat apresiasi melalui piagam penghargaan dari Panglima Divisi III. Penghargaan ini diberikan saat Apel Besar di Magelang pada 25 Mei 1947.
Setelah penghargaan tersebut, Ibu Ruswo dianugerahi Bintang Gerilya oleh Pemerintah Republik Indonesia. Penghargaan ini diberikan oleh Presiden Soekarno di Keraton Yogyakarta.
Nama Ibu Ruswo juga dijadikan sebagai nama jalan di Yogyakarta. Ini merupakan usulan keluarga eks Resimen 22 Wehrkreise III.
Jalan Ibu Ruswo menggantikan nama Jalan Dwikora. Nama jalan dari timur Alun-Alun hingga ke arah Jalan Brigjend Katamso pun saat ini menjadi Jalan Ibu Ruswo.
Penulis: Resla
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3396552/original/061875400_1615257666-Kampung_Gudeg.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)