Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Heboh Kecelakaan Beruntun, Seberapa Aman Naik Pesawat Saat Ini?

Heboh Kecelakaan Beruntun, Seberapa Aman Naik Pesawat Saat Ini?

Jakarta

Para penumpang pesawat yang cemas mungkin akan mengingat tahun 2024 sebagai tahun ketika ketakutan terburuk mereka tentang keselamatan perjalanan udara. Hal ini mengingat terjadinya serangkaian insiden pesawat yang belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan dalam beberapa waktu terakhir yang berakibat fatal.

Mengutip CNN, Rabu (1/1/2025), tiga insiden terpisah yang terjadi pada minggu lalu – di dalam pesawat Korea Selatan, Kanada, dan Azerbaijan – telah menimbulkan kecemasan selama periode liburan yang sibuk. Namun,statistik menunjukkan risiko kematian atau cedera dalam penerbangan komersial masih sangat rendah.

Insiden terbaru terjadi pada hari Minggu di Korea Selatan ketika sebuah pesawat jet penumpang Boeing mendarat darurat di Bandara Internasional Muan, menewaskan 179 orang, yang kemudian menjadi bencana penerbangan paling mematikan di negara itu sejak tahun 1997. Dalam rekaman yang disiarkan oleh beberapa media berita Korea Selatan, pesawat Jeju Air terlihat meluncur dengan kecepatan tinggi, menghantam tanggul, dan meletus menjadi bola api.

Masih belum jelas apa yang menyebabkan kecelakaan itu, meskipun para ahli mengatakan bahwa bagian kolong pesawat – khususnya, roda yang digunakan untuk lepas landas dan mendarat – tampaknya belum sepenuhnya terbuka sebelum menyentuh landasan. Pihak berwenang Korea Selatan sedang menyelidiki penyebab bencana tersebut dengan bantuan penyelidik dari Amerika Serikat.

Kecelakaan lainnya terjadi saat 38 orang tewas pada Hari Natal ketika pesawat Azerbaijan Airlines jatuh setelah memasuki wilayah udara Rusia di Grozny, Chechnya. Belum dapat dipastikan apa yang melatarbelakangi insiden itu, tetapi Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev menuduh Rusia secara tidak sengaja menembak jatuh pesawat itu.

Presiden Rusia Vladimir Putin meminta maaf atas fakta bahwa insiden tragis itu terjadi di wilayah udara Rusia, tetapi tidak mengaku bertanggung jawab.

Dan, pada Sabtu malam, sebuah penerbangan Air Canada Express melaporkan kecelakaan yang tidak fatal. Penerbangan tersebut, yang dioperasikan oleh mitra PAL Airlines dan membawa 73 penumpang, diduga mengalami masalah roda pendaratan setelah tiba di Bandara Internasional Halifax Stanfield di Nova Scotia, meskipun tidak ada korban luka yang dilaporkan, menurut maskapai penerbangan tersebut.

Insiden ini menutup tahun yang kurang menggembirakan bagi industri penerbangan, terutama bagi Boeing, yang telah menghadapi kritik tajam tentang kualitas produknya.

Masih Amankah Naik Pesawat?

Menurut data terbaru dari Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), asosiasi perdagangan maskapai penerbangan dunia, mencatat kecelakaan dalam puluhan juta penerbangan komersial yang dilakukan setiap tahunnya sangat kecil kemungkinannya.

IATA mencatat, ada 30 kecelakaan fatal yang tercatat pada tahun 2023, yang berarti risiko satu kecelakaan terjadi setiap 1,26 juta penerbangan. Angka itu lebih rendah dari risiko tahun sebelumnya, dengan satu dari setiap 770.000 penerbangan melaporkan kecelakaan.

“Anda menghadapi risiko lebih besar saat berkendara ke bandara daripada saat terbang dengan pesawat terbang,” kata Anthony Brickhouse, seorang profesor keselamatan penerbangan di Embry-Riddle Aeronautical University di Florida kepada CNN.

“Di beberapa bagian dunia, Anda kurang aman saat naik eskalator daripada saat terbang dengan pesawat terbang.” lanjutnya.

“Ketika kecelakaan terjadi, tentu saja hal itu menarik perhatian semua orang, tetapi menurut saya sangat penting bagi semua orang untuk (mengambil) waktu sejenak dan membiarkan para penyelidik melakukan pekerjaan mereka,” tambah dia.

Sebuah studi keselamatan penerbangan yang diterbitkan pada bulan Agustus dan ditulis bersama oleh Arnold Barnett, seorang profesor statistik di Institut Teknologi Massachusetts, menemukan bahwa antara tahun 2018 dan 2022, risiko kematian di seluruh dunia per penumpang adalah satu di antara 13,7 juta.

Dengan kata lain, jika Anda memilih penerbangan secara acak dan naik pada jangka waktu tersebut, peluang Anda meninggal dalam kecelakaan pesawat atau tindakan teroris mendekati satu berbanding 14 juta.

Namun catatan keselamatan yang baik di masa lalu tidak menjamin hal yang sama di masa mendatang, dan penumpang mungkin memiliki kekhawatiran baru mengingat banyaknya kecelakaan fatal baru-baru ini. Hilangnya lebih dari 200 nyawa dalam beberapa hari terakhir saja akan mendorong jumlah kematian yang disebabkan oleh kecelakaan penerbangan komersial jauh di atas 72 yang tercatat IATA pada tahun 2023.

Direktur Jenderal IATA Willie Walsh mengatakan dalam laporan keselamatan tahunan terbaru kelompok industri tersebut, yang diterbitkan pada bulan Februari, bahwa kinerja keselamatan tahun 2023 terus menunjukkan bahwa terbang adalah moda transportasi yang paling aman.

“Namun kita tidak boleh menganggap remeh keselamatan. Danbahwa dua kecelakaan besar yang terjadi pada bulan pertama tahun 2024 menunjukkan bahwa, meskipun terbang termasuk aktivitas teraman yang dapat dilakukan seseorang, masih ada ruang untuk perbaikan.” katanya.

(eds/eds)