Jakarta: Utusan Khusus Presiden untuk Energi dan Lingkungan Hidup, Hashim Djojohadikusumo, meluruskan salah paham yang berkembang terkait wacana penghentian pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Indonesia pada tahun 2040. Hashim menegaskan bahwa Indonesia tidak akan langsung menghentikan (phase out) semua PLTU, melainkan hanya akan mengurangi (phase down) secara bertahap.
“Saya harus mengklarifikasi apa yang telah dikutip secara keliru di media. Apa yang telah saya baca dan yang telah dibaca orang lain bahwa pemerintah Indonesia telah membuat komitmen untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara pada tahun 2040. Itu sepenuhnya salah. Kami tidak berencana untuk menghentikan, tetapi mengurangi,” kata Hashim saat memberikan sambutan dalam acara sosialisasi Hasil COP 29 Azerbaijan di Ritz Carlton Pacific Place, Selasa 10 Desember 2024.
Baca juga: Tak hanya Hasilkan Listrik Ramah Lingkungan, Co-firing PLTU Berdampak Ganda ke Masyarakat
Menurut Hashim, kebijakan Indonesia dalam transisi energi tidak akan dilakukan secara ekstrem. Pemerintah memilih jalan tengah untuk menyeimbangkan kepentingan pelestarian lingkungan dengan keberlanjutan sektor industri.
Menutup semua PLTU pada 2040, menurutnya, bukan hanya akan merugikan sektor ekonomi industri, tetapi juga menjadi risiko besar secara politik.
“Kami memilih jalan tengah. Menutup semua PLTU pada 2040 adalah langkah bunuh diri bagi sektor industri dan, saya berani katakan, bunuh diri politik bagi pemimpin di masa depan,” ujar Hashim.
Hashim menegaskan bahwa pembangkit listrik batu bara, termasuk yang baru dibangun, tidak akan dimatikan secara langsung. Namun, intensitas penggunaan PLTU akan dikurangi melalui pengembangan energi terbarukan sebagai bagian dari transisi energi.
“Kami tidak akan mematikan pembangkit listrik tenaga batu bara kami pada tahun 2040. Kami tidak akan mengganggu pembangkit listrik tenaga batu bara yang baru jadi saya pikir ini sangat penting, karena pesan ini disampaikan secara keliru kepada publik, terutama kepada masyarakat internasional,” ujar Hashim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(DHI)