Sidoarjo (beritajatim.com) – Biddokkes Polda Jatim mulai melakukan pengumpulan sampel DNA dari para keluarga korban tragedi Mushola pondok pesantren (ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, pada hari keempat pencarian atau Kamis (2/10/2025).
Pengumpulan sampel DNA itu dilakukan oleh tim ahli dari Biddokes Polda Jatim. Para keluarga korban tragedi diminta untuk datang dan melapor ke posko Ante Mortem yang berada di sekitar asrama santri putri ponpes Al Khoziny Sidoarjo.
“Hari ini tanggal 2 Oktober 2025, kami mulai kumpulkan DNA dari keluarga dekat yang melaporkan ke posko Ante Mortem Polda Jatim,” ujar Kabid Dokkes Polda Jatim Kombes. Pol. M. Khusnan.
Untuk mempermudah komunikasi dengan puluhan keluarga korban yang melapor, Biddokkes Polda Jatim membuat Whatsapp grup. Di WAG itu lah nantinya pihak Biddokkes Polda Jatim menyampaikan berbagai perkembangan terkait perkembangan data identifikasi korban reruntuhan bangunan di Ponpes Al Khoziny.
“Kami berharap dengan adanya WAG itu pihak keluarga bisa terus mendapatkan perkembangan informasi data identifikasi secara tepat dan efektif,” imbuh Khusna.
Khusnan menjelaskan, pengambilan sampel DNA dari keluarga terdekat korban dilakukan dengan metode swab lapisan selaput lendir (mukosa) bagian dalam mulut. Nantinya, sampel akan disimpan untuk dicocokan dengan data identifikasi korban yang masih tertimbun sampai hari keempat.
“Pengambilan sampel DNA korban kita ambil dari keluarga terdekat. Orang tua atau saudara kandung. Dengan menggunakan DNA dari keluarga kandung, tim DVI dapat membuat profil DNA pembanding untuk dicocokkan dengan sampel dari jenazah yang susah teridentifikasi,” pungkasnya.
Pantauan Beritajatim.com di lokasi, berbagai instansi dari perusahaan hingga partai politik membangun posko masing-masing. Ada yang difungsikan sebagai tempat istirahat bagi para petugas evakuasi. Ada juga posko dapur umum yang bertugas memberikan makan bagi semua pihak yang terlibat dalam evakuasi.
Bahkan, warga sekitar juga aktif membagikan makan dan minum ke petugas evakuasi, wali santri, hingga awak media. Tidak hanya itu mayoritas warga di sekitar pondok merelakan teras rumah digunakan untuk pendirian posko dan tempat istirahat. (ang/ian)
