Banyuwangi (beritajatim.com) – Panggung perayaan Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba) ke-254 menjadi saksi sebuah pertunjukan yang tidak biasa.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah karier musiknya, vokalis band Kotak Tantri Syalindri, tampil dengan transformasi yang mengejutkan.
Ia memadukan gaya rockstar ikoniknya dan muncul di atas panggung dengan mengenakan Omprog (mahkota) penari Gandrung.
Tantri tampil membawakan lagu bertajuk “Satu Indonesia”. Perpaduan antara kemegahan busana tradisional dengan suara powerful khas Tantri menciptakan atmosfer yang begitu emosional.
Penonton yang memadati lokasi acara tampak terkesima melihat sang vokalis berdiri anggun dalam balutan identitas budaya lokal.
Penampilan fantastis ini ternyata tidak datang secara tiba-tiba. Band Kotak diketahui telah mempersiapkan konsep kolaborasi ini dengan sangat matang sejak dua bulan sebelumnya.
Mereka bekerja sama dengan seniman lokal, Komunitas Damar Art, untuk memastikan setiap detail budaya yang ditampilkan tetap autentik namun selaras dengan energi musik rock.
Bagi Tantri, pengalaman ini memberikan kesan batin yang sangat kuat. Ia mengaku merasakan getaran yang berbeda saat berdiri di atas panggung malam itu.
“Saya sangat merinding ketika tampil dengan konsep kolaborasi tarian dan musik tradisional Banyuwangi. Garapan yang sangat luar biasa,” ujar Tantri.
Sinergi antara instrumen modern dan alunan musik tradisional Banyuwangi menciptakan harmoni yang magis. Kolaborasi ini bukan sekadar hiburan, melainkan bentuk apresiasi seni yang melampaui batas genre.
Kotak band berhasil membuktikan bahwa musik rock bisa menyatu dengan indah bersama kearifan lokal jika digarap dengan sepenuh hati.
Bagi Tantri, Banyuwangi sebenarnya bukanlah hal baru. Band yang digawangi oleh Tantri, Chua, dan Cella ini selalu konsisten menyisipkan unsur budaya Banyuwangi dalam setiap pembukaan konser mereka di berbagai kota.
Hal ini menunjukkan komitmen mereka dalam mempromosikan kekayaan daerah ke kancah nasional.
Salah satu elemen kunci yang selalu ada dalam pertunjukan mereka adalah suara sinden Sang Maestro Gandrung legendaris, Mak Temu.
Suara emas Mak Temu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas panggung Kotak dalam beberapa tahun terakhir. Kehadiran suara tersebut selalu berhasil memberikan nyawa tersendiri pada setiap lagu yang dibawakan.
“Setiap kami konser selalu membawakan sinden Gandrung yang diisi suara oleh Mak Temu. Kesan magis pun sangat terasa di setiap pertunjukan,” jelas Tantri.
Acara Harjaba ke-254 ini pun menjadi puncak dari perjalanan cinta Kotak terhadap budaya Banyuwangi. Dengan tampil berkolaborasi dengan budaya lokal, Tantri tidak hanya bernyanyi, tetapi juga menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga warisan leluhur di tengah gempuran zaman modern. (ayu/ted)
