Hari HIV/AIDS Sedunia: 93 Kasus Baru di Kota Probolinggo, Dinkes Ingatkan Ancaman Masih Nyata

Hari HIV/AIDS Sedunia: 93 Kasus Baru di Kota Probolinggo, Dinkes Ingatkan Ancaman Masih Nyata

Probolinggo (beritajatim.com) – Menjelang peringatan Hari HIV/AIDS Sedunia, Dinas Kesehatan Kota Probolinggo mengungkap data mencengangkan: 93 kasus baru HIV tercatat hanya dalam kurun Januari–Oktober 2025.

Angka tersebut menjadi alarm keras bahwa penyebaran HIV di kota ini masih membutuhkan perhatian serius.

Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan, Asri Wahyuningsih, menegaskan bahwa 93 kasus ini seluruhnya merupakan temuan baru. “Kami berharap tidak ada kenaikan lagi. Ini sudah cukup tinggi,” ujarnya, Senin (1/12/2025).

Dari sebaran kasus, 54% penderitanya adalah laki-laki dewasa, dan 46% perempuan dewasa. Meski selisihnya tidak jauh, Asri menyebut tren tersebut menandakan bahwa penularan masih terjadi aktif di berbagai kelompok.

Jika melihat data tahunan, sebenarnya kasus HIV di Kota Probolinggo menunjukkan tren menurun: 101 kasus pada 2023, kemudian 92 kasus pada 2024. Namun, penurunan itu disebut belum signifikan dan belum cukup membuat situasi aman.

“Kami tidak mendata angka kematian, tapi semua pasien kami dorong untuk terus berobat,” kata Asri.

Asri juga kembali mengingatkan bahwa hingga kini belum ada obat yang mampu menghilangkan HIV dari tubuh. Namun terapi bisa menekan virus hingga tidak berkembang.

“Sembuh total belum bisa, tapi dikendalikan bisa. Jangan sampai berkembang menjadi AIDS,” tegasnya.

Tantangan terbesar justru datang dari stigma dan diskriminasi yang masih diterima pasien. Banyak penderita memilih berhenti berobat karena dikucilkan lingkungan.

“Padahal HIV tidak menular dengan mudah. Yang diperlukan itu dukungan, bukan dijauhi,” tegasnya.

Sekretaris Dinas Kesehatan, Lusi Tri Wahyuli, menambahkan bahwa persoalan terbesar bukan hanya pada angka kasus, tetapi pada minimnya kesadaran masyarakat.

“HIV bukan aib. Masyarakat harus berhenti memandang penyakit ini sebagai sesuatu yang memalukan,” katanya.

Dinkes Kota Probolinggo terus melakukan sosialisasi, termasuk ke Lapas, sekolah, hingga komunitas berisiko. Di Lapas, pihaknya melakukan pendekatan khusus karena potensi penularan lebih tinggi. “Skrining dan sosialisasi rutin kami lakukan,” lanjutnya.

Momentum Hari HIV/AIDS Sedunia ini, kata Lusi, harus menjadi peringatan keras bagi masyarakat. “HIV tidak punya gejala mencolok. Risiko bisa datang dari perilaku. Maka cegahlah sejak dini, jauhi faktor risikonya,” pesannya.

Dengan 93 kasus baru hanya dalam 10 bulan, peringatan tahun ini menjadi penegas bahwa ancaman HIV masih nyata — dan butuh kewaspadaan, empati, serta edukasi tanpa henti. (ada/ted)