Berbeda dengan pandangan yang lebih berhati-hati, Maria Smirnova dari Sprott Asset Management tetap optimis terhadap masa depan perak. Ia menekankan bahwa masalah pasokan yang menghantui pasar sejak 2025 belum terselesaikan sepenuhnya. Defisit fisik yang terjadi selama beberapa tahun terakhir mulai menunjukkan dampaknya pada pergerakan harga.
Smirnova mencatat bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, dunia telah kehilangan pasokan tambang sebesar 80 juta ons yang belum tergantikan.
“Membangun tambang perak baru adalah proses 5 hingga 10 tahun, bukan solusi instan,” jelasnya.
Kurangnya aset perak berkualitas membuat perusahaan tambang besar kini berebut untuk mengakuisisi deposit yang ada.
Sementara itu, BMO Capital Markets menaikkan proyeksi harga perak mereka sebesar 14 persen menjadi rata-rata USD 56,3 per ons untuk tahun 2026, dengan potensi menyentuh USD 60 pada kuartal keempat.
Secara keseluruhan, meski fluktuasi jangka pendek tidak terhindarkan, fundamental pasokan yang ketat tetap menjadi mesin utama penggerak harga perak di masa depan.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4881568/original/087545300_1719967244-fotor-ai-2024070373816.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)