Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah dunia turun lebih dari 1% pada Jumat (6/12/2024). Penurunan ini memperpanjang kerugian mingguan karena para analis memprediksi adanya kelebihan pasokan pada tahun mendatang akibat lemahnya permintaan.
Hal ini terjadi meskipun OPEC+ memutuskan untuk menunda kenaikan produksi minyak mentah dan memperpanjang pemangkasan produksi yang besar hingga akhir 2026.
Dilansir dari Reuters, minyak mentah Brent turun 97 sen atau 1,4% mencapai US$ 71,12 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) melemah US$ 1,10 atau 1,6% mencapai US$ 67,20 per barel. Sealma sepekan, harga Brent terpangkas lebih dari 2,5%, sementara WTI merosot 1,2%.
Faktor Penekan Harga Minyak
Peningkatan jumlah rig minyak dan gas yang beroperasi di AS pekan ini menjadi salah satu faktor yang mendorong harga minyak mentah turun. Produksi minyak dari negara produsen minyak mentah terbesar dunia tersebut terus meningkat.
Pada Kamis (5/12/2024), organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya yang dikenal sebagai OPEC+ mengumumkan penundaan kenaikan produksi minyak selama tiga bulan hingga April 2024, dan memperpanjang pemangkasan penuh hingga akhir 2026.
Menurut Direktur Energi Berjangka Mizuho, Bob Yawger, pelemahan permintaan global, terutama dari China sebagai importir utama minyak mentah, telah membebani pasar dan membuat harga minyak mentah turun.
Analis dari HSBC Global Research mengatakan keputusan OPEC+ untuk menunda kenaikan produksi mencerminkan tantangan permintaan yang masih lesu. HSBC memproyeksikan surplus pasar minyak akan mencapai 0,2 juta barel per hari pada tahun depan, lebih kecil dari prediksi sebelumnya sebesar 0,5 juta barel per hari.
Laporan pasar tenaga kerja AS yang menunjukkan peningkatan perekrutan, tetapi disertai kenaikan tingkat pengangguran, turut memperpanjang tekanan yang membuat harga minyak mentah turun.