Kekhawatiran terhadap lemahnya permintaan global juga turut membayangi pasar minyak. Brent sempat menyentuh level terendah sejak Mei, meski dukungan datang dari sanksi AS terhadap Rusia dan permintaan domestik AS yang lebih kuat dari perkiraan.
“Harapan bagi pihak bullish adalah konsumsi minyak di AS terus pulih. Jika tidak, penurunan harga yang terlihat hari ini bisa berlanjut,” ujar Kepala Analis Pasar IG Bank Chris Beauchamp.
Sepanjang tahun ini, OPEC dan sekutunya telah mengubah arah kebijakan dengan membalikkan pemangkasan produksi sebelumnya untuk merebut kembali pangsa pasar. Irak, sebagai negara dengan produksi tertinggi di OPEC, tengah bernegosiasi mengenai batas kuotanya dengan kapasitas produksi mencapai 5,5 juta barel per hari.
Kebakaran di ladang minyak Zubair pada Minggu lalu dikonfirmasi tidak memengaruhi ekspor Irak. Dalam sepekan terakhir, harga Brent dan WTI masing-masing naik 8,9 persen dan 7,7 persen akibat sanksi AS dan Uni Eropa terhadap Rusia.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4723197/original/079083300_1705922196-fotor-ai-20240122181351.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)