Ekspektasi meningkatnya pasokan global terus menekan harga minyak dunia, meski margin keuntungan kilang yang kuat masih menopang permintaan di beberapa wilayah. Analis Rystad, Janiv Shah, menyebut bahwa potensi surplus minyak menjadi sentimen bearish yang membebani harga.
Survei kantor berita internasional terhadap 35 ekonom memperkirakan harga Brent rata-rata berada di USD 62,23 per barel pada 2026, turun dari proyeksi sebelumnya USD 63,15. Hingga sejauh ini, harga Brent telah mencatat rata-rata USD 68,80 per barel sepanjang 2025.
Harapan tercapainya kesepakatan damai Rusia–Ukraina sempat menekan harga minyak di awal pekan, namun pasar kembali pulih dalam tiga sesi terakhir seiring pembicaraan yang berlangsung alot.
“Kontrak berjangka sebelumnya mengantisipasi adanya semacam kesepakatan damai sehingga menekan harga. Namun saat ini masih sangat sedikit informasi, dan jika tidak tercapai kesepakatan, kemungkinan akan ada sanksi yang lebih ketat terhadap ekspor minyak Rusia,” ujar Senior Vice President BOK Financial Dennis Kissler.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4723194/original/070149500_1705922144-fotor-ai-20240122181453.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)