Harga Kedelai Naik, Akindo Yakin Pasokan Masih Aman Hingga Akhir 2025

Harga Kedelai Naik, Akindo Yakin Pasokan Masih Aman Hingga Akhir 2025

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) memproyeksikan pasokan kedelai nasional dalam kondisi aman dan mencukupi kebutuhan perajin tahu dan tempe hingga penghujung akhir tahun 2025 di tengah menguatnya harga kedelai.

Ketua Akindo Hidayatullah Suragala mengatakan sejauh ini harga kedelai sedikit mengalami kenaikan sebagai dampak dari adanya kenaikan harga di pasar global beberapa hari terakhir.

Dia memaparkan harga jual kedelai di tingkat importir saat ini sempat mengalami kenaikan dari sebelumnya Rp8.700/kg menjadi Rp8.800-Rp8.850/kg.

“Diharapkan sampai dengan akhir tahun 2025 tidak terjadi gejolak kenaikan harga yang terlalu tajam, sehingga para perajin tempe dan tahu nasional bisa tetap berproduksi dan mendapatkan keuntungan,” ujarnya, Selasa (28/10/2025).

Akindo juga memastikan pasokan kedelai nasional dalam kondisi aman dan mencukupi kebutuhan perajin tahu dan tempe untuk dua bulan ke depan, berkisar antara 220.000 hingga 250.000 ton per bulan. 

Hidayat juga menyebutkan permintaan kedelai nasional dalam lima tahun terakhir relatif stagnan antara 2,6 – 3 juta ton per tahun. 

Seperti diketahui harga kedelai menguat lantaran optimisme yang mengarah terjadinya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) – China. Terlebih AS menyuarakan optimisme terkait potensi kesepakatan ekspor kedelai.

Sisi lain, para perajin tahu dan tempe di sejumlah daerah masih menggantungkan bahan baku dari kedelai impor. Alasannya, bukan semata karena pasokan yang lancar, tetapi juga karena kualitas kedelai impor dinilai lebih baik dibandingkan kedelai lokal. Selain itu menyangkut harga dan ketersediaan stok kedelai impor saat ini terbilang masih stabil. 

Sendi Ferdian, perajin tahu tempe asal Kelurahan Jagabaya III, Kecamatan Way Halim, Bandar Lampung mengatakan kedelai impor memiliki kualitas yang lebih bagus dibandingkan kedelai lokal. 

“Kalau pun kedelai lokal lebih murah, kami tetap pilih yang impor karena hasilnya lebih bagus,” tambahnya. 

Dia menjelaskan, kenaikan harga kedelai bisa berdampak langsung pada produksi. Jika harga bahan baku naik signifikan, satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan mengurangi ukuran tahu dan tempe. Namun langkah itu tak mudah dilakukan karena bisa memicu protes dari konsumen. 

“Konsumen biasanya langsung tanya ke pedagang kenapa ukurannya mengecil,” katanya. 

Saat ini ia mengaku pasokan kedelai untuk usahanya relatif masih lancar dan stabil. Dalam sebulan Sendi mengaku membeli hingga empat ton kedelai.