Liputan6.com, Jakarta – Harga emas terus menerus mengalami pelemahan dan mencapai level terendah dalam dua bulan pada perdagangan hari Kamis. Pelemahan harga emas ini tertekan oleh reli dolar Amerika Serikat (AS), meskipun pelaku pasar masih yakin tetap akan ada pemangkasan suku bunga AS pada Desember nanti.
Pada Jumat (15/11/2024), harga emas di pasar spot turun 0,1% menjadi USD 2.570,05 per ons, menyentuh level terendah sejak 12 September. Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup 0,5% menjadi USD 2.572,90 per ons.
Indeks dolar AS terus bergerak naik tanpa henti, diperdagangkan pada level tertinggi dalam satu tahun, membuat emas lebih mahal bagi pembeli luar negeri.
“Saya tidak melihat data inflasi terbaru memiliki dampak langsung yang signifikan terhadap emas,” kata analis logam senior Zaner Metals, Peter Grant.
“Saya pikir The Fed akan merahasiakan rencananya hingga pemerintahan Donald Trump dan Kongres yang baru terbentuk dan benar-benar mencoba memberlakukan beberapa kebijakan yang telah dibicarakan selama kampanye dan pasca-pemilu,” tambah dia.
Kondisi pasar tenaga kerja yang membaik diharapkan dapat mendorong Bank Sentral AS atau Federal Reserve (Fed) untuk memangkas suku bunga ketiga pada bulan depan, meskipun data menunjukkan kemajuan dalam menurunkan inflasi telah terhenti.
Pelaku pasar saat ini melihat kemungkinan 76% dari pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve pada bulan Desember.