Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Harga Bahan Baku Melonjak, Pengusaha Kue Lebaran di Cimahi Tetap Bertahan Demi Jaga Kualitas Rasa

Harga Bahan Baku Melonjak, Pengusaha Kue Lebaran di Cimahi Tetap Bertahan Demi Jaga Kualitas Rasa

JABAR EKSPRES – Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah, para pengrajin kue lebaran di Cimahi mulai disibukkan dengan aktivitas produksi sejak awal Ramadan.

Meski dihadapkan pada lonjakan harga bahan baku yang cukup tinggi, mereka tetap berusaha mempertahankan kualitas produk demi memenuhi permintaan pasar.

Salah satunya adalah Tintun Martini, pemilik Tintun’s Cookies yang berlokasi di Jalan Bina Putera No. 28, Komplek Bumi Citeureup Permai, Ciawitali, Cimahi Utara. Tintun tetap konsisten menjalankan usahanya meskipun harga bahan baku melambung tinggi.

“Harga mentega Wisman untuk kue kering tahun lalu itu Rp645 ribu per kaleng. Pas saya beli kemarin sudah Rp685 ribu, dan terakhir sudah naik lagi jadi Rp725 ribu,” ungkap Tintun saat ditemui Jabar Ekspres di kediamannya, Sabtu (15/3/2025).

BACA JUGA:Ramadan Dongkrak Penjualan, Home Industri Kue Kering di Ciamis Banjir Orderan

Kenaikan harga bahan baku tersebut tak lepas dari kelangkaan di pasaran. Beberapa konsumen bahkan meminta penggunaan mentega jenis Anchor, yang sempat sulit didapatkan.

“Tapi alhamdulillah akhirnya ada yang datang dari New Zealand, meskipun harganya juga lumayan tinggi,” ujarnya.

Tintun menambahkan, bahan baku lain seperti cokelat bubuk dan susu juga mengalami kenaikan harga drastis.

“Cokelat bubuk yang dulu harganya Rp140 ribu per kilo, sekarang sudah Rp325 ribu. Susu juga naik, hampir semua bahan baku kue naik,” keluhnya.

Meski harga bahan melonjak, Tintun tetap mempertahankan kualitas rasa. Ia memproduksi hampir 30-40 toples per hari menjelang Lebaran, dengan total produksi bisa mencapai 1.000 toples dalam sebulan.

BACA JUGA:Bartahan dari 2010, Kini Bisnis Kue Rumahan di Bandung Sukses Miliki Banyak Pelanggan

Jenis kue yang diproduksi meliputi kaastengel, nastar, putri salju, pandan salju, sagu keju, Jan Hagel, hingga beragam jenis bolu.

“Kenaikan harga kue itu sekitar Rp5.000 sampai Rp10.000 per toples, tapi itu tidak sebanding dengan kenaikan harga bahan baku. Namun, pelanggan saya lebih memilih harga naik daripada rasa yang berubah,” jelasnya.

Menurut Tintun, para pelanggannya memahami kondisi tersebut dan tidak mempermasalahkan kenaikan harga. Bahkan, mereka meminta agar rasa kue tetap dipertahankan meski harga jual harus disesuaikan.

Merangkum Semua Peristiwa