Lebih lanjut, Darmawan menjelaskan secara sederhananya dalam pembentukan hidrogen yang dilakukan PLN yakni Air disetrum, hasilnya ada dua yakni anoda menghasilkan oksigen, sementara katoda menghasilkan hidrogen. Kemudian, hidrogennya di simpan dalam tabung maka itulah yang disebut energy storage system.
Kemudian hidrogen yang telah disimpan ini bisa digunakan kembali untuk menghasilkan listrik melalui fuel cells atau generator berbahan bakar hidrogen. Teknologi ini membuka peluang besar dalam diversifikasi energi sekaligus mendukung target pengurangan emisi karbon.
“Jadi, apakah ini bisa diubah menjadi listrik lagi? bisa, menggunakan fuel cells, generator untuk hidrogen,” ujarnya.
Guna mendalami potensi hidrogen ini, PLN bekerja sama dengan Prof. Eniya Listiani Dewi, salah satu pakar hidrogen yang saat ini menjabat sebagai pejabat di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Kolaborasi ini telah berlangsung selama tiga tahun dan menghasilkan peta jalan pengembangan hidrogen di Indonesia, terutama dalam konteks implementasi di sektor energi nasional.
“Nah ini ahlinya adalah Prof. Eniya disini, kebetulan Dirjen-nya Bapak (Menteri ESDM Bahlil Lahadalia). Maka, kami pada waktu itu PLN bersama dengan ahli hidrogen yang terbaik di Indonesia. Waktu itu masih peneliti, Prof. Eniya ini bekerjasama membangun roadmap,” ujarnya.