Jakarta, Beritasatu.com – Di tengah berbagai tantangan sosial dan moral bangsa, Gereja Katolik melalui Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menegaskan komitmennya untuk membentuk kader bangsa yang unggul melalui reformasi mentalitas dan pembinaan karakter.
Penegasan ini disampaikan Ketua Komisi Kerasulan Awam (Kerawam) KWI, Mgr Yohanes Harun Yuwono, saat membuka Rapat Pleno Pertemuan Nasional (Pernas) Komisi Kerawam KWI di Jakarta, Selasa (10/6/2025).
Acara yang berlangsung pada 10–14 Juni 2025 ini mengusung tema “Awam Katolik Berjalan Bersama Gereja dan Bangsa Mempersiapkan Kader-Kader Berkualitas”.
Dalam pidatonya, Mgr Harun menyoroti krisis mentalitas yang masih membayangi masyarakat Indonesia serta pentingnya memulai proses panjang dalam mencetak generasi unggul sejak dini.
“Kita sering berbicara tentang reformasi mental dan kualitas kader bangsa, tetapi kenyataannya kita masih berjalan di tempat. Kita belum benar-benar memulai,” ujarnya dengan nada prihatin.
Ia mencontohkan ketertiban sosial di negara-negara seperti Vietnam dan Korea Selatan yang menunjukkan mentalitas unggul rakyatnya. Sebaliknya, Indonesia dinilai masih permisif terhadap pelanggaran hukum, mulai dari lalu lintas semrawut hingga korupsi oleh “preman berdasi”.
“Indonesia ini kaya dan indah, tapi kita tertinggal karena mentalitas belum berubah. Apakah kita siap mencetak generasi unggul? Jawabannya: kita harus mulai sekarang, meski butuh waktu lama,” tegasnya.
Ia menambahkan, visi Indonesia Emas 2045 hanya akan menjadi mimpi jika tidak diawali dengan pembangunan karakter dan penanaman nilai kejujuran sejak dini.
Peran Strategis Pendidikan Kedinasan
Senada dengan Mgr Harun, Sekretaris Eksekutif Komisi Kerawam KWI, Romo Hans Jeharut, menekankan pentingnya pendidikan kedinasan sebagai jalur strategis dalam pembentukan kader bangsa.
“Kami ingin mendorong anak-anak muda Katolik untuk mengambil peran dalam pendidikan kedinasan. Mereka tidak hanya aktif di lingkungan gereja, tetapi juga memberi kontribusi nyata bagi bangsa dan negara,” ujar Romo Hans.
Dalam pertemuan ini, KWI juga menghadirkan narasumber dari berbagai lembaga kedinasan untuk memberikan gambaran konkret tentang proses pembentukan kader bangsa melalui jalur tersebut.
Pernas 2025 menjadi momen reflektif atas perjalanan 100 tahun Gereja Katolik di Indonesia. Romo Hans menyatakan bahwa harapan dan luka bangsa juga merupakan harapan dan luka Gereja.
“Kami ingin berjalan bersama bangsa ini, turut merasakan suka dan duka. Inilah semangat sinodalitas yang menjadi wajah Gereja masa kini,” ungkapnya.
Gereja Sebagai Agen Transformasi Sosial
Komitmen Gereja Katolik dalam membangun bangsa tidak berhenti pada wacana. Melalui Komisi Kerawam, KWI secara konkret memfasilitasi generasi muda Katolik agar aktif di berbagai ruang publik—mulai dari dunia pendidikan hingga birokrasi.
Mgr Harun menegaskan bahwa reformasi mental tidak bisa dilakukan secara instan. Gereja harus menjadi pelopor dengan membangun sistem pembinaan kader yang terencana, bertahap, dan berkelanjutan.
Fokus utama Pernas 2025 adalah kesiapan Gereja—khususnya kaum awam Katolik—untuk menyongsong Indonesia Emas 2045 dengan generasi yang unggul, berintegritas, dan cinta Tanah Air.
“Mimpi Indonesia Emas harus dimulai sekarang. Kita butuh kader bangsa yang tak hanya cerdas, tapi juga berkarakter, jujur, dan siap berkontribusi terbaik bagi negeri ini,” tutup Mgr Harun.
