Jakarta, CNBC Indonesia – Rusia sedang mempersiapkan respons terhadap serangan rudal buatan Amerika Serikat (AS), Army Tactical Missile System (ATACMS). Sebelumnya senjata yang mampu menembus target sejauh 300 kilometer (km) itu telah digunakan Ukraina menyerang target di dalam Rusia pekan lalu.
Pernyataan resmi diumumkan Kementerian Pertahanan Rusia, Selasa. Kyiv menembakkan senjata mematikan itu setelah Presiden AS Joe Biden memberi izin akhir pekan sebelumnya.
Dalam pernyataan di Telegram, militer Rusia melaporkan bahwa selama tiga hari terakhir, pasukan Ukraina telah melakukan dua serangan jarak jauh di Wilayah Kursk menggunakan persenjataan Barat. Pada tanggal 23 November, Ukraina dilaporkan menembakkan lima rudal ATACMS jarak jauh ke desa Lotaryovka, sekitar 37 km barat laut kota Kursk, yang menargetkan posisi divisi rudal antipesawat S-400.
“Serangan itu mengakibatkan tiga korban jiwa dan merusak radar,” kata kementerian dikutip laman Rusia, Russia Today (RT), Rabu (27/11/2024).
Selain itu, pada 25 November, Ukraina meluncurkan delapan ATACMS lainnya di lapangan terbang Kursk-Vostochny, yang terletak di dekat desa Khalino. Lalu tujuh rudal ditembak jatuh menggunakan sistem pertahanan rudal S-400 dan sistem rudal dan senjata pertahanan udara Pantsir.
“Salah satu rudal berhasil mencapai sasarannya. Akibatnya, dua prajurit terluka sementara fasilitas rusak ringan,” tambahnya lagi.
Kementerian meyakinkan bahwa dari inpeksi di area target, senjata yang digunakan adalah benar-benar ATACMS dari AS. Karenanya, tambahnya, kementerian berjanji akan ada tindakan yang dilakukan Rusia sebagai tanggapan.
“Tanggapan sedang dipersiapkan,” tegasnya.
Sebenarnya Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan pengerahan rudal balistik hipersonik Oreshnik terbaru negara itu sebagai tanggapan atas otorisasi Biden bagi Kyiv untuk menggunakan ATACMS pekan lalu. Senjata baru Rusia, yang mampu membawa hulu ledak nuklir, digunakan terhadap fasilitas industri militer Ukraina di kota Dnepropetrovsk.
Putin juga menyebut serangan itu sebagai “uji coba tempur” senjata canggih tersebut dan memperingatkan bahwa “uji coba” semacam itu akan terus berlanjut. Ia juga mengatakan Rusia akan menanggapi “dengan tegas dan dengan cara yang sama” terhadap eskalasi lebih lanjut dari tindakan agresif oleh Kyiv dan para pendukung asingnya.
Sementara itu, hal sama juga diberitakan AFP. Kementerian pertahanan juga mengunggah foto-foto yang dikatakannya sebagai pecahan rudal, yang memperlihatkan selongsong besar dengan tulisan berbahasa Inggris di sampingnya.
“Moskow termasuk jarang memberikan rincian spesifik tentang serangan udara Ukraina dan hampir tidak pernah mengakui rudal telah mencapai target yang dituju,” tambah laman itu.
Sejak diizinkannya penggunaan senjata Barat oleh Ukraina menyerang Rusia, dunia mengkhawatirkan eskalasi perang yang akan berujuk ke perang dunia ke-3 (PD3). Apalagi persis setelah izin Biden keluar, Putin mengumumkan resmi merevisi doktrin nuklirnya, yang bia menyerang negara mana saja yang dianggap “terlibat” dan membahayakan Rusia.
(sef/sef)