Jakarta, CNN Indonesia —
Gencatan senjata antara pasukan Israel dengan kelompok Hamas, resmi diperpanjang hingga dua hari terhitung sejak Selasa (28/11) dini hari waktu setempat.
“Kesepakatan telah dicapai untuk memperpanjang jeda kemanusiaan selama tambahan dua hari di Jalur Gaza,” kata pemerintah Qatar selaku mediator kesepakatan, seperti dilansir Reuters.
Usai kabar perpanjangan gencatan senjata, militer Israel juga telah mengonfirmasi bahwa 11 sandera sudah dilepas dan kini telah tiba di wilayah Israel.
Menurut Qatar, para sandera yang dibebaskan itu termasuk tiga orang berkewarganegaraan Prancis, dua orang berkewarganegaraan Jerman, dan enam warga negara Argentina.
Sementara itu Hamas juga mengaku telah menerima daftar nama 33 warga Palestina yang akan dibebaskan dari penjara Israel, di waktu perpanjangan gencatan senjata ini.
Pada kesepakatan awal, Israel setuju menambah satu hari gencatan senjata untuk setiap 10 sandera yang dibebaskan Hamas dari Gaza.
Ini artinya untuk 2 hari tambahan gencatan senjata, akan ada sekitar 20 sandera yang dibebaskan dari Gaza. Sementara Israel juga setuju untuk membebaskan tiga kali lipat jumlah tahanan Palestina dari penjara Israel, yang berarti akan ada sekitar 60 warga Palestina yang akan dibebaskan.
Per Minggu (26/11) kemarin, Hamas telah melepas total 58 sandera dari Gaza. Israel sementara itu telah membebaskan 117 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.
Gencatan senjata yang disepakati pekan lalu menjadi jeda pertama sejak lebih dari tujuh pekan agresi Israel atas Palestina.
Selama agresi ini, pemerintah di Gaza menyebut lebih dari 15 ribu warga tewas, di mana lebih dari separuh korban adalah perempuan dan anak-anak.
Pada kesepakatan pekan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga mengklaim ketika gencatan senjata berakhir mereka akan “kembali dengan kekuatan penuh”.
“Kami akan kembali dengan kekuatan penuh untuk mencapai tujuan kami: melenyapkan Hamas; memastikan bahwa Gaza tidak akan kembali seperti semula; dan tentu saja pembebasan semua sandera kami,” kata Netanyahu.
(cpa/dna)