Liputan6.com, Jakarta Gempa bermagnitudo 7,7 mengguncang wilayah Sagaing, Myanmar pada Jumat, 28 Maret 2025. Getaran gempa Myanmar itu membuat kawasan Bangkok, Thailand luluh lantak.
Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra mengumumkan status darurat di Bangkok usai gempa magnitudo 7,7 yang berpusat di Myanmar. Kerusakan dilaporkan terjadi pada bangunan-bangunan di seluruh Bangkok, Thailand, setelah gempa. Hal ini menyebabkan gedung pencakar langit 30 lantai yang sedang dibangun dilaporkan runtuh.
Mengapa Thailand mengalami kerusakan parah akibat gempa Myanmar yang jaraknya sekitar 448,9 km. Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, hal tersebut lantaran adanya efek Long Vibration Period.
“Mengapa Bangkok yang sangat jauh bisa rusak karena gempa myanmar? Fenomena ini disebut efek Vibrasi Periode Panjang (Long Vibration Period) dimana gelombang gempa yg sumbernya jauh akan direspon oleh tanah lunak. Endapan sedimen tanah lunak tebal di Bangkok dpt merespon gempa dari jauh hingga membentuk resonansi yang mengancam gedung-gedung tinggi,” kata dia kepada wartawan, Jumat (28/3/2025).
Daryono menyebut kondisi tersebut pernah terjadi pada tahun 1985. Yang mana gempa dahsyat mengguncang Meksiko dengan magnitudo 8,1.
“Contoh pada tahun 1985, terjadi gempa dahsyat di zona subduksi Cocos berkekuatan M8,1 yang berpusat di pantai Michoacan, Meksiko. Meskipun jarak episentrum gempa ke Kota Meksiko adalah 350 km, kerusakan hebat terjadi di Mexico City, sebagian besar dari 9.500 korban jiwa meninggal terjadi di Mexico city yang dibangun di kawasan rawa purba yang direklamasi,” terang dia.
Ia menjelaskan reclaimed land adalah unconsolidated material yang sangat berbahaya jika terjadi gempa kuat.
Selain itu, kemungkinan rusaknya bangunan di Bangkok disebabkan oleh ffek direktivitas yaitu efek yang terjadi ketika energi gempa terfokus dalam satu arah. Efek ini dapat terjadi pada gempa bumi.
“Semakin tinggi direktivitas, semakin terkonsentrasi energi dalam satu arah,” jelas Daryono.