Mojokerto (beritajatim.com) – Masyarakat dan penggiat budaya di Mojokerto yang mengatasnamakan Panglima Budaya menggelar Pesta Rakyat, Minggu (27/4/2025). Dalam Pesta Rakyat tersebut dibagikan 1.000 mangkok bakso dan 1.000 cup teh manis gratis untuk masyarakat.
Sebanyak 1.000 mangkok bakso dan 1.000 cup teh manis tersebut dibagikan untuk masyarakat Dusun Jambaran, Desa Pohkecik, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto. Tujuan dari kegiatan tersebut tidak lain untuk budaya asli Indonesia, khususnya budaya Mojokerto, kembali mengakar kuat dalam kehidupan sehari-hari.
Pengagas Panglima Budaya, Edi Weliang mengatakan, melalui kegiatan tersebut diharapkan budaya asli Indonesia, khususnya budaya Mojokerto, kembali mengakar kuat dalam kehidupan sehari-hari. “Budaya adalah satu-satunya kekuatan yang mampu mempersatukan anak bangsa di tengah keberagaman yang ada,” ungkapnya.
Sehingga diharapkan mewujudkan masyarakat Mojokerto yang kondusif dan makmur, sejalan dengan program pemerintah. Menumbuhkan kembali rasa cinta terhadap budaya bangsa di tengah gempuran budaya asing. Membangun solidaritas tanpa mengedepankan sosok atau individu tertentu.
“Setiap orang yang memakai kaos bertuliskan Panglima Budaya adalah simbol kesatuan dan tanggung jawab bersama. Tidak ada sosok di sini, karena kita semua panglima. Saya tidak bisa sendiri karena tanpa kebersamaan, mustahil tidak akan terlaksana apa yang kita harapkan kedepannya,” katanya.
Panglima Budaya menolak mengkultuskan individu tertentu sebagai ‘Panglima Budaya’. Sebaliknya, siapapun yang memakai kaos bertuliskan Panglima Budaya adalah wakil dari semangat kolektif menjaga budaya bangsa. Hal tersebut adalah bentuk kebersamaan karena tanpa kebersamaan, cita-cita mulia tersebut tidak akan mungkin terwujud.
Panglima Budaya menjunjung tinggi nilai-nilai dasar bangsa yakni Pancasila, UUD 1945, bendera Merah Putih, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, dan Bhinneka Tunggal Ika. Menurutnya budaya luas, tidak hanya seni dan tradisi, tetapi juga mencakup pertanian, kehidupan sosial, dan nilai gotong royong.
“Kami mengajak anak-anak muda untuk kembali mencintai sektor pertanian dan menjaga warisan lokal, sebagai upaya mengurangi ketimpangan sosial dan membangun keadilan sosial di masyarakat. Karena itu, dengan semangat kebersamaan dan cinta tanah air, mari kita jaga budaya kita. Karena kalau bukan kita, siapa lagi?,” tegasnya.
Dalam kegiatan tersebut juga dibacakan deklarasi ikrar Panglima Budaya dan potong tumpeng. Selain menyediakan 1.000 mangkok bakso dan 1.000 cup teh manis gratis untuk masyarakat, juga digelar hiburan orkes dangdut. Masyarakat Dusun Jambaran, Desa Pohkecik juga mendapatkan saweran uang dari Panglima Budaya. [tin/aje]
