Jombang (beritajatim.com) – Pendopo Kabupaten Jombang tak seperti biasanya, Kamis malam (6/6/2025). Angin malam yang lembut berembus di antara pepohonan tua halaman pendapa, namun sorak-sorai dan tepuk tangan memecah keheningan.
Malam yang biasanya penuh doa dan takbir jelang Iduladha, berubah menjadi malam penuh semangat nasionalisme—diwarnai sorotan layar lebar, aroma bakso, dan gemuruh suara rakyat yang bersatu demi satu harapan: kemenangan Timnas Indonesia.
Bupati Jombang Warsubi, menjadi inisiator gelaran nonton bareng (nobar) pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 antara Indonesia vs China yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno.
Ia tak sendiri. Sejumlah pejabat Forkopimda dan ratusan warga turut memenuhi pendopo, menyatu dalam semangat yang sama. Namun bukan hanya layar besar yang menyambut kedatangan warga, melainkan juga hidangan nikmat yang akrab di lidah rakyat: bakso, nasi kikil, dan aneka sajian lainnya.
“Ini malam yang istimewa. Takbiran dan nobar kita jalankan bersamaan, karena pertandingan tidak bisa digelar setelah lebaran,” ujar Warsubi dengan senyum bangga.
Malam itu, warga Jombang menyaksikan momen menegangkan dalam laga matchday ke-9 Grup C round 3 Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia. Di menit ke-40, Ricky Kambuaya dijatuhkan di area terlarang oleh bek China, Yang Zexiang.
Napas tertahan, mata tak berkedip, dan sunyi melanda pendopo saat wasit menunjuk titik putih usai meninjau VAR. Ole Romeny maju sebagai eksekutor—dan gol!
Pendopo pecah oleh sorak sorai. Tangisan bahagia, pelukan antarwarga, hingga tepuk tangan yang tak kunjung reda mengiringi keunggulan 1-0 Indonesia di menit ke-45.
Bupati Jombang Warsubi bersama jajaran Forkopimda saat nobar Timnas
Hingga peluit akhir berbunyi, tak ada gol tambahan tercipta. Indonesia menang. Sebuah kemenangan tipis yang berarti besar. Meski harapan lolos langsung ke Piala Dunia pupus karena kemenangan Australia atas Jepang, optimisme belum mati.
“Kita masih punya kesempatan menuju round 3. Doakan Indonesia tetap kuat,” ujar Warsubi sambil kembali berdiri di antara warganya, memimpin takbiran pasca pertandingan.
Malam itu, Pendopo Jombang menjadi simbol persatuan. Di bawah langit malam dan cahaya proyektor, warga meneguhkan cinta pada negeri, membaur dalam semangat religi dan nasionalisme, serta membuktikan bahwa sepak bola dan takbir bisa berdampingan. Sebab, Indonesia bukan hanya negara. Ia adalah harapan yang hidup dalam hati rakyatnya. [suf]
