Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Gawat! Greenland Makin Hijau, Ancaman Besar Mengintai

Gawat! Greenland Makin Hijau, Ancaman Besar Mengintai

Jakarta

Di Greenland, luas wilayah es yang telah mencair dengan cepat menjadi lahan basah dan semak belukar. Menghijaunya Greenland ditunjukan sebuah studi yang diterbitkan pada Selasa (13/2).

Jumlah vegetasi di Greenland semakin bertambah dalam periode pertengahan 1980-an dan pertengahan 2010-an, ketika bagian-bagian besar wilayah yang dahulu tertutup es dan salju berubah menjadi batuan gundul, lahan basah, atau bahkan menjadi semak.

Dalam laporannya yang berjudul ‘Land Cover Changes Across Greenland Dominated by A Doubling of Vegetation in Three Decades’, disebutkan bahwa lahan basah mengalami peningkatan empat kali lipat dalam periode tersebut.

Para ilmuwan mencatatkan dari hasil analisis melalui citra satelit, Greenland telah kehilangan 28.707 kilometer persegi es dalam periode tiga dekade, dan memperingatkan tentang serangkaian dampak yang bisa memiliki konsekuensi serius untuk perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut.

Peningkatan suhu udara yang lebih hangat jadi pemicu mencairnya es dan meningkatkan suhu daratan. Kondisi ini yang menyebabkan melelehnya permafrost, lapisan beku yang berada tepat di bawah permukaan Bumi yang ditemukan di sebagian besar wilayah Arktik.
Lelehnya permafrost ini melepaskan karbon dioksida dan metana yang menyebabkan pemanasan global lebih lanjut, serta menyebabkan ketidakstabilan lahan yang berdampak pada infrastruktur dan pembangunan.

“Kami telah melihat tanda-tanda bahwa kehilangan es memicu reaksi lain yang akan menyebabkan kehilangan es lebih lanjut dan ‘verde’ lebih lanjut di Greenland. Melelehnya es mengekspos batuan telanjang yang kemudian dihuni oleh tundra dan akhirnya semak,” ucap Jonathan Carrivick salah satu penulis laporan itu dikutip detikINET dari Yahoo!news.

“Pada saat yang bersamaan, air yang dilepaskan dari pelelehan es menggerakkan sedimen dan lumpur, dan pada akhirnya membentuk lahan basah dan rawa,” lanjut Carrivick.

Hilangnya es menciptakan apa yang dikenal sebagai putaran umpan balik. Salju dan es biasanya memantulkan energi Matahari kembali ke luar angkasa, mencegah pemanasan berlebihan di beberapa bagian Bumi. Namun seiring hilangnya es, area tersebut menyerap lebih banyak energi Matahari sehingga meningkatkan suhu permukaan tanah yang menyebabkan pencairan lebih lanjut dan berdampak negatif kepada hal lainnya.

Cairnya es juga mengakibatkan peningkatan jumlah air di danau, sehingga menyerap lebih banyak panas dibandingkan salju, serta meningkatkan suhu permukaan daratan. Greenland telah mengalami pemanasan dua kali lipat dari tingkat rerata global sejak 1970-an, dan para peneliti telah memperingatkan bahwa suhu lebih ekstrem mungkin terjadi di masa depan.

Penulis utama laporan ini, Michael Grimes mengatakan aliran sedimen dan nutrisi ke perairan pesisir merupakan masalah khusus bagi masyarakat adat yang bergantung pada penangkapan ikan, serta bagi para pemburu di wilayah lain di pulau tersebut.

“Perubahan ini sangat penting, terutama bagi masyarakat adat yang praktik perburuan tradisionalnya bergantung pada stabilitas ekosistem yang rentan ini. Selain itu, hilangnya massa es di Greenland merupakan kontributor besar terhadap kenaikan permukaan laut dunia, sebuah tren yang menimbulkan tantangan besar baik saat ini maupun di masa depan,” tegas Grimes.

Sebagai informasi, Greenland adalah pulau terbesar di dunia yang sebagian besar wilayahnya tertutup oleh es dan gletser. Sekitar 57.000 orang tinggal di negara yang merupakan negara otonom di Kerajaan Denmark. Sebagian besar penduduknya adalah penduduk asli dan banyak masyarakat di sana bergantung pada ekosistem alami untuk keberlangsungan hidup mereka.

(rns/rns)