Palu: Bahodopi, salah satu kecamatan di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, menjadi pusat perhatian dengan pertumbuhan pesat usaha kos-kosan.
Terletak sekitar 53 kilometer dari ibu kota Morowali, Bahodopi kini menjadi rumah bagi dua smelter pengolahan nikel, yaitu Kawasan Industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dan Wanxiang Nickel Indonesia.
Kawasan IMIP mulai beroperasi sejak 2015 dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Pada 2019, kawasan ini ditetapkan sebagai proyek strategis nasional dan objek vital nasional (Obvitnas), dengan luas areal mencapai 3.000 hektare dan lebih dari 83 ribu tenaga kerja.
Perubahan sosial masyarakat dari agraris menjadi masyarakat industri terlihat jelas.
Seiring pertumbuhan industri, banyak warga yang memanfaatkan peluang dengan mendirikan kos-kosan dan membuka usaha lainnya seperti warung makan, jasa laundry, dan perbengkelan.
Suryadi, pemilik kos-kosan di Desa Fatufia, menceritakan usaha kos-kosan pertama kali dimulai pada 2009 oleh Nasrudin dan Simon.
Pada awalnya, bangunan kos-kosan sederhana. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah kos-kosan semakin meningkat. “Saya membangun kos-kosan pada 2016, dan begitu selesai, semua unit terisi. Prospeknya sangat bagus,” ungkap Suryadi kepada Media Indonesia saat dihubungi dari Palu.
Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Omzet ratusan juta per bulan
Kos-kosan yang dikelola Suryadi kini memiliki konstruksi permanen dengan sewa bulanan Rp1,5 juta per kamar. Ia juga mengelola penginapan dan usaha lainnya, dengan total penghasilan bulanan mencapai Rp90 juta hingga Rp120 juta.
Lukman, warga Dusun Kurisa, juga mengalami hal serupa. Ia memiliki 66 kamar kos yang tersebar di tiga desa. Harga sewanya bervariasi mulai dari Rp850 ribu hingga Rp1,3 juta per kamar per bulan, dengan total omzet mencapai ratusan juta rupiah per bulan.
“Sangat lumayan keuntungan dari usaha kos-kosan itu,” terangnya dihubungi terpisah.
Hasnia, warga asli Bajo, menambahkan usaha kos-kosan di Bahodopi sangat menjanjikan. Ia saat ini memiliki 22 kamar kos dengan proyeksi omzet Rp20 juta hingga Rp25 juta per bulan.
“Sebelum membangun kos-kosan, saya suplai ikan ke PT BDM dan untungnya mencapai Rp50 juta per bulan,” tambah Hasnia.
Meningkatnya permintaan hunian di Bahodopi terkait langsung dengan pertumbuhan jumlah tenaga kerja di Kawasan IMIP.
Menurut HR Head Department PT IMIP, Achmanto Mendatu, pada Juli 2024 tercatat 83.428 karyawan, dan diproyeksikan akan mencapai 90 ribu orang.
Survei mandiri yang dilakukan PT IMIP mencatat terdapat sekitar 16.596 kamar kos di Kecamatan Bahodopi.
“Dengan perputaran uang dari pembayaran kos-kosan diperkirakan mencapai Rp16,596 miliar per bulan,” ungkap dia.
Dengan tumbuhnya usaha kos-kosan, masyarakat Bahodopi tidak hanya mendapatkan penghasilan tambahan tetapi juga berkontribusi pada perekonomian lokal, membantu mengurangi kemiskinan, dan menciptakan peluang baru bagi warga setempat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(AHL)