FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Prof. Stella Christie menyoroti persoalan pendidikan Indonesia berakar pada kultur feodal dan kebijakan yang tidak berbasis riset.
Ia menilai bahwa banyak keputusan pendidikan tidak mendorong perkembangan berpikir dan kreativitas siswa, sehingga kualitas pembelajaran sulit meningkat.
Sebagai ilmuwan kognitif yang lama berkarier di luar negeri, Stella menyampaikan kegelisahannya melihat kelas-kelas yang tidak memberi ruang bagi siswa untuk bertanya atau berdialog.
Ia menekankan bahwa kemampuan bernalar sebenarnya sudah dimiliki anak sejak dini, namun hilang karena pendekatan pembelajaran yang terlalu menekankan kepatuhan.
“Kemampuan untuk berpikir secara logis itu sudah dimiliki anak dari kecil,” ujarnya dalam Podcast Akbar Faizal Uncensored, dikutip pada Sabtu (6/12).
Ia juga mengungkap keprihatinannya terhadap kondisi pendidikan nasional saat ini. “Dan saya galau dengan situasi pendidikan sekarang,” tambahnya.
Stella kemudian memperkenalkan Sekolah Garuda, sebuah sekolah unggulan yang memadukan kurikulum nasional dan internasional sambil membuka akses riset sejak tingkat SMA.
Program ini ditujukan untuk memperluas kesempatan bagi talenta dari seluruh Indonesia agar dapat tumbuh dalam ekosistem akademik yang lebih terbuka dan kolaboratif.
“Sekolah ini kami harapkan menjadi inkubator pemimpin bangsa,” tuturnya.
Ia juga menyoroti masalah besar lain, yaitu rendahnya insentif riset yang membuat produktivitas ilmuwan Indonesia stagnan. Aturan dana hibah selama ini tidak memberi ruang bagi peneliti untuk mendapatkan kompensasi pribadi, sehingga motivasi riset ikut menurun.
