Godaan tenggelam dalam pekerjaan memang besar, namun dorongan berlebihan justru membuka risiko burnout. Karena itu, Stark menekankan pentingnya menetapkan target yang realistis dan terukur.
“Penting untuk sadar bahwa pencapaian itu tidak selalu linear,” katanya.
“Ketika ingin mencapai target, melakukan perubahan perilaku, atau membentuk kebiasaan baru, semua itu tidak bisa terjadi dalam semalam,” tambah dia.
Jenkins menambahkan, keberlanjutan harus menjadi fokus utama dalam menjalani lock-in season. Menurutnya, banyak nasihat di media sosial justru cenderung hanya gimmick belaka.
“Orang-orang langsung tancap gas tanpa memikirkan, minggu pertama akan seperti apa? Minggu kedua bagaimana? Apakah ini bisa berkelanjutan jangka panjang?” ujarnya.
Ia menyarankan pendekatan berupa sprint dua minggu: fokus bekerja keras dalam periode tersebut, lalu menganalisis hasil untuk dijadikan dasar strategi dua minggu berikutnya.
“Melihatnya lewat kerangka strategis membuat orang untuk lebih berhati-hati,” kata Jenkins.
Sama pentingnya, setelah setiap sprint, seseorang perlu berhenti sejenak untuk refleksi: “Kamu harus memberi waktu untuk berpikir, apa yang sebenarnya kamu inginkan.”
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4398356/original/014870100_1681716108-charming-businesswoman-glasses-striped-shirt-working-with-laptop-computer-while-siting-home_1_.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)