Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Fenomena Arus Balik dan Tantangan 15 Ribu Pendatang Baru, Jadi Beban atau Berkah Jakarta? – Page 3

Fenomena Arus Balik dan Tantangan 15 Ribu Pendatang Baru, Jadi Beban atau Berkah Jakarta? – Page 3

Liputan6.com, Jakarta – Musim libur Lebaran Idul Fitri 1446 H/2025 M hampir selesai. Arus balik pun tengah bergulir. Jutaan masyarakat yang selesai merayakan lebaran di kampung halaman kini mulai berbondong-bondong kembali ke perantauan untuk melanjutkan aktivitasnya. Bahkan tak sedikit yang mengajak sanak saudara untuk ikut mengadu nasib di kota-kota besar.

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Jakarta memprediksi, akan ada lebih dari 10 ribu pendatang baru yang merantau di wilayahnya pasca-mudik Lebaran 2025 ini. 

“Untuk tahun 2025, pendatang baru diprediksi sekitar 10.000 sampai 15.000 jiwa,” kata Kepala Dinas Dukcapil Jakarta Budi Awaluddin, Rabu (2/4/2025) lalu.

Terkait hal ini, Wakil Gubernur (Wagub) Jakarta, Rano Karno menyatakan bahwa fenomena urbanisasi saat arus balik lebaran merupakan hal yang biasa. Dia memastikan bahwa Jakarta terbuka untuk siapa pun. Karena itu, Rano Karno mempersilakan siapa pun datang ke Jakarta.

“Kecil itu, sebetulnya pak gubernur udah bicara kepada masyarakat yang mau datang ke Jakarta silakan. Kita enggak akan ada operasi justicia. Karena Jakarta ini milik bersama,” kata Rano Karno kepada wartawan saat ditemui di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Jumat (4/4/2025).

Meski begitu, pria yang akrab disapa Bang Doel ini ingin agar para pendatang baru ini mempunyai skill atau keterampilan untuk bekerja di Jakarta.

“Tapi memang saran kita, harus punya keterampilan, harus punya skill. Karena kalau kosong-kosong saja nanti akan bersaing dengan masyarakat Jakarta,” ujarnya.

“Sebetulnya memang, diamati dari tahun 2018, yang namanya operasi justicia sudah tidak ada di Jakarta. Karena Jakarta sekarang ini orang berpikir menyumplek ke sini. Tapi sebetulnya masyarakat yang lain lebih banyak juga ada di sekitar wilayah,” sambungnya.

Doel mengungkapkan, mereka yang mencari nafkah di Jakarta, bukan berarti tinggal di Jakarta, melainkan di wilayah penyangganya seperti Depok, Tangerang, dan Bekasi.

“Tapi hampir rata-rata mereka tinggalnya, bahasanya agak di pinggir. Karena apa? Tentu kalau Jakarta kan sewanya lebih mahal dari pada di pinggir. Itu yang terjadi. Karena itu tentu setiap kunjungan akan kita data. Data itu bukan untuk melarang, supaya kita hitung berapa jumlahnya,” sambungnya.

Oleh karena itu, Doel menegaskan, prediksi jumlah pendatang tersebut bukan sesuatu yang besar baginya. “Makanya tadi ada bilang 15.000. Kalau 15.000 itu kecil sekali. Sangat kecil sekali. Mungkin bisa di atas. Prediksi kita di atas 50 ribuan,” ucap dia menandaskan.

Merangkum Semua Peristiwa