Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Fakta Mengejutkan Penyelidikan Awal Ungkap DNA Bebek dan Bulu Burung Nempel di Mesin Jet Jeju Air – Halaman all

Fakta Mengejutkan Penyelidikan Awal Ungkap DNA Bebek dan Bulu Burung Nempel di Mesin Jet Jeju Air – Halaman all

TRIBUNNEWS.COM – Fakta mengejutkan terungkap dalam penyelidikan awal terhadap kecelakaan pesawat Jeju Air yang terjadi pada Minggu (29/12/2024) lalu.

Terkuat kalau mesin pesawat Boeing 737-800 yang jatuh mengandung DNA dari bebek Baikal, jenis burung yang bermigrasi.

Bulu burung juga ditemukan pada setiap mesin jet, rilis otoritas Korea Selatan mengungkapkan pada Senin (27/1/2025).

Kedua mesin jet pesawat Jeju Air tersebut memiliki DNA dari bebek Baikal, spesies burung migran yang biasanya terbang ke Korea Selatan di waktu musim dingin.

Ditemukannya bulu burung dan noda darah dari burung ini di mesin pesawat menunjukkan bahwa tabrakan burung atau bird attack benar terjadi selama penerbangan.

Kendati demikian, laporan tersebut tidak memberikan kesimpulan awal mengenai penyebab pasti kecelakaan.

Teka-teki Besar

Salah satu teka-teki besar yang masih belum terpecahkan.

Mengapa perekam data penerbangan (FDR) dan perekam suara kokpit (CVR) pesawat berhenti berfungsi dalam empat menit terakhir sebelum pesawat jatuh?

Penyelidik dari Korea Selatan dan Amerika Serikat terus mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.

Kecelakaan tersebut menewaskan 179 dari 181 penumpang dan awak pesawat, menyisakan hanya dua pramugari yang selamat.

Kronologi Kejadian dan Temuan Kecelakaan

Pesawat tersebut terbang menuju Bandara Internasional Muan dan berusaha melakukan pendaratan darurat.

Pada saat pesawat mendekati landasan pacu, pilot melaporkan melihat sekelompok burung, yang kemudian teridentifikasi sebagai bebek Baikal.

Kamera pengawas di bandara juga merekam pesawat mendekati sekelompok burung tersebut.

Menara pengawas lalu lintas udara kemudian memberi peringatan kepada pilot untuk berhati-hati terhadap potensi tabrakan dengan burung.

Tak lama setelah itu, pada pukul 08:58 pagi waktu setempat, hanya semenit sebelum sistem perekaman pesawat berhenti berfungsi, perekam data penerbangan dan suara kokpit tiba-tiba mati.

Pesawat saat itu berada pada ketinggian sekitar 152 meter dan hanya sekitar 2 kilometer dari landasan pacu.

Sesaat setelah sistem perekaman berhenti, pilot mengeluarkan peringatan “Mayday” setelah mengalami tabrakan dengan burung.

Terkuat kalau mesin pesawat Boeing 737-800 yang jatuh mengandung DNA dari bebek Baikal,  jenis burung yang bermigrasi.

Pilot berusaha mendaratkan pesawat dengan perut setelah roda pendaratan gagal berfungsi.

Setelah mendarat darurat, pesawat meledak dan terbakar saat menghantam penghalang beton di ujung landasan pacu.

Keberadaan penghalang beton tersebut memunculkan pertanyaan baru tentang keselamatan dan desain bandara.

Baru-baru ini pihak berwenang mengumumkan bahwa mereka akan mengganti penghalang beton dengan struktur yang dapat dipecahkan di seluruh bandara di Korea Selatan.

Seoul mengumumkan pada Senin (13/1/2025), struktur lokaliser di 7 dari 13 bandara yang diperiksa antara tanggal 2-8 Januari memerlukan perbaikan karena alasan keselamatan. 

Inspeksi di 13 bandara mencakup 32 localizer, 51 stasiun glide path, peralatan pengukur jarak, dan 17 stasiun Very High Frequency Omni-directional Range (VOR), Korea JoongAng Daily melaporkan.

Penyelidikan Lanjutan dan Pengaruh Temuan
lihat foto
Kecelakaan pesawat Jeju Air 7C2216 di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan, mengakibatkan kebakaran.

Meskipun laporan awal ini memberikan temuan penting tentang keberadaan burung dan dampaknya terhadap kecelakaan, banyak aspek lain yang masih belum jelas.

Sampai saat ini, penyelidik dari Korea Selatan, Amerika Serikat, dan negara-negara lain yang terlibat, seperti Prancis, terus menganalisis bukti dan data dari pesawat.

Para penyelidik juga meminta klarifikasi lebih lanjut tentang peran tabrakan burung dalam kecelakaan ini.

Temuan awal ini juga telah dibagikan dengan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), yang mengharuskan laporan awal diserahkan dalam waktu 30 hari setelah kecelakaan terjadi.

Kotak Hitam Jeju Air Berhenti Merekam 2 Kilometer dari Landasan Pacu

Badan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api Kementerian Transportasi Korea Selatan baru saja merilis laporan awal terkait kecelakaan ini.

Dalam laporan tersebut, diketahui bahwa kotak hitam pesawat berhenti merekam sekitar 2 kilometer dari landasan pacu.

Pesawat kemudian menabrak localizer, yaitu alat bantu pendaratan, sekitar empat menit setelah kotak hitam berhenti merekam.

Menteri Transportasi mencatat bahwa analisis lebih lanjut terhadap FDR dan CVR akan memakan waktu beberapa bulan.

Tujuannya adalah untuk memastikan verifikasi yang lebih mendalam mengenai penyebab kecelakaan.

Laporan akhir dari investigasi ini diperkirakan akan dirilis dalam waktu 12 bulan.

Kementerian Transportasi juga mengadakan pertemuan dengan keluarga korban.

Pertemuan tersebut diadakan untuk memberikan penjelasan mengenai temuan awal ini pada Sabtu lalu.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Merangkum Semua Peristiwa