Fakta-fakta Gempa Sukabumi dan Bogor pada 20-21 September 2025

Fakta-fakta Gempa Sukabumi dan Bogor pada 20-21 September 2025

Bisnis.com, JAKARTA – BMKG mengungkapkan sejumlah fakta-fakta gempa bumi yang terjadi di Sukabumi dan Bogor pada 20 dan 21 September 2025.

Direktur Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono melalui laman instagramnya mengungkapkan sejumlah fakta menarik di balik puluhan gempa yang terjadi dua hari tersebut.

Salah satunya adalah gempa yang tercatat oleh BMKG dalam periode tersebut mencapai 39 kali.

FAKTA GEMPA SUKABUMI-BOGOR 20-21 SEPT. 2025

1. Gempa utama (mainshock) memiliki magnitudo M4,0 dengan kedalaman hiposenter 7 km. Terjadi pada hari Sabtu 20 September 2025 pukul 23:47:44 WIB.

2. Episenter gempa terletak di darat, di wilayah Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi.

3. Jenis gempa yang terjadi adalah gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas sesar aktif.

4. Bukti bahwa Gempa Sukabumi-Bogor adalah gempa tektonik tampak pada bentuk gelombang gempa (waveform) hasil catatan Sensor Seismik DBJI (Darmaga) dan CBJI (Citeko) dengan karakteristik gelombang S (shear) yang tampak kuat dengan komponen frekuensi tinggi. Fakta ini sekaligus memastikan bahwa gempa yang terjadi bukan dipicu gempa volkanik.

5. Hasil analisis mekanisme sumber gempa menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan mendatar/geser (strike-slip fault).

6. Gempa yang terjadi TIDAK dipicu oleh aktivitas sesar Citarik, karena pusat gempa utama dan susulannya tersebar jauh di sebelah barat jalur Sesar Citarik.

7. Gempa ini dirasakan di Kalapanunggal dan Kabandungan dalam Skala Intensitas III – IV MMI, di Pamijahan dan Leuwiliang dalam III MMI, di Bogor dalam II – III MMI, dan di Palabuhanratu dan Depok dalam II MMI.

8. Gempa yang terjadi menimbulkan kerusakan ringan pada beberapa bangunan rumah warga di Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan. Catatan sementara menunjukkan ada 5 rumah yang terdampak, 20 jiwa harus menghadapi situasi darurat. Patut disyukuri bahwa, gempa yang terjadi tidak menimbulkan korban meninggal dunia dan luka-luka.

9. Kerusakan bangunan rumah disebabkan karena hiposenter gempa yang dangkal, kondisi tanah lunak di zona gempa dan struktur bangunan yang lemah tidak standar tahan gempa.

10. Hasil monitoring BMKG menunjukkan gempa susulan telah terjadi sebanyak 39 kali. Gempa susulan dirasakan sebanyak 5 kali (M3,0 M3,8 M26, M2,8 dan 3,8). Magnitudo gempa susulan terbesar: M 3,8 dan terkecil: M 1,9.

11. Gempa merusak di wilayah ini bukan yang pertama kali terjadi. Kejadian serupa pernah terjadi pada Maret 2020 dimana ratusan rumah rusak di 6 kecamatan yang termasuk Kabandungan. Pada Desember 2023 juga terjadi di Pamijahan dan