Event: salat Jumat

  • Infografis 6 Jam Krusial Ledakan SMAN 72 Jakarta

    Infografis 6 Jam Krusial Ledakan SMAN 72 Jakarta

    Liputan6.com, Jakarta – Sebanyak empat bom low explosive atau berkekuatan rendah meledak di SMAN 72 Jakarta Utara, Jumat 7 November 2025. Dua buah bom meledak di dalam masjid jelang Salat Jumat, sedangkan dua lainnya meledak di samping bank sampah area sekolah.

    Terduga pelaku ledakan SMAN 72 Jakarta adalah siswa di sekolah itu. Setelah kejadian ledakan, polisi pun menyita dua barang bukti berupa CCTV yang merekam suasana di sekitar sekolah sejak pagi hingga terjadinya ledakan. Satu CCTV menyimpan 16 channel, sedangkan CCTV lainnya menyimpan 30 channel.

    Direktur Siber Polda Metro Jaya Kombes Roberto Gomgom Manorang Pasaribu pun membeberkan detik-detik aktivitas siswa tersebut.

    Sang siswa kini disebut sebagai anak berhadapan dengan hukum (ABH) yang sejak tiba di sekolah sampai meledakkan bom dari jarak jauh menggunakan remote.

    “Proses digital forensik ini dilakukan setelah kami menerima dua barang bukti penyidik,” katanya dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Selasa 11 November 2025.

    Seperti apa detik per detik aktivitas sang siswa tersebut? Pertama, waktu aktual pukul 06.28 WIB, ABH masuk ke gerbang sekolah memakai seragam sekolah menggendong tas punggung merah dan menenteng biru pada tangan kiri, sepatu hitam dan berjalan arah kiri kamera.

    Lalu pukul 06.28 WIB dengan detik berbeda, ABH tampak berjalan sendiri menuju koridor ruang kepala sekolah. Kemudian pada channel 11 di depan ruang kepala sekolah. ABH tampak berpapasan dengan wanita diduga seorang guru dari sekolah tersebut dan masih bertegur sapa.

    Lantas, seperti apa lengkapnya detik per detik mulai dari ABH datang ke sekolah hingga terjadi ledakan yang berasal dari bom yang dibawanya? Simak selengkapnya dalam rangkaian Infografis berikut ini:

  • Siswa Pelaku Ledakan SMAN 72 Tak Terhubung Jaringan Teror

    Siswa Pelaku Ledakan SMAN 72 Tak Terhubung Jaringan Teror

    Jakarta – Polda Metro Jaya mengungkap hasil penyelidikan kasus ledakan bom di lingkungan SMAN 72 Jakarta. Total ada tujuh bom yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP).

    Dansat Brimob Polda Metro Jaya Kombes Henik Maryanto menyampaikan pihaknya menemukan dua bom yang meledak di TKP. Kemudian polisi pun langsung melakukan penjinakan beberapa bom lain yang masih aktif.

    “Kami melakukan penjinakan bom yang masih aktif dan mengamankan bahan peledak di TKP. Dan kemudian melakukan observasi di tempat kejadian ledakan, kemudian melakukan sterilisasi ulang,” kata Henik dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat, Selasa (11/11/2025).

    Henik merincikan terkait lokasi ledakan, bom meledak, dan yang sempat ditemukan masih aktif. Berikut rinciannya:

    – 2 bom di dalam masjid
    – 4 bom di bank sampah
    – 1 bom di taman baca

    Kapolda Metro: Pelaku Tak Terhubung Jaringan Teror

    Sementara itu, Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri mengungkap siswa pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta, beraksi secara mandiri. Dia menyebut siswa itu tidak terhubung jaringan teror.

    “Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, anak yang berkonflik dengan hukum atau yang disingkat ABH yang terlibat dalam ledakan tersebut diketahui merupakan siswa SMA aktif yang bertindak secara mandiri dan tidak terhubung dengan jaringan teror mana pun,” ujar Asep dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat, Selasa (11/11/2025).

    Hal senada juga disampaikan oleh Densus 88. Densus 88 memastikan insiden ledakan tidak terkait tindak pidana terorisme. Tindakan itu murni kriminal umum.

    “Densus 88 melakukan cek terkait dengan jaringan teror baik itu global, regional maupun domestik, sampai dengan saat ini tidak ditemukan adanya aktivitas terorisme yang dilakukan ABH, jadi murni tindakan yang dilakukan adalah tindakan kriminal umum,” kata PPID Densus 88 Anti Teror Polri ⁠AKBP Mayndra Eka Wardhana, Selasa (11/11/2025).

    Hal itu diketahui berdasarkan pemeriksaan alat bukti dan keterangan yang didapat dari para saksi yang kemudian dicek oleh Densus 88.

    “Jadi tidak ada kaitan dengan jaringan apa pun sehingga dalam analisa Densus 88 kejadian ini belum termasuk tindak pidana terorisme sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 5 Tahun 2018,” ujar Mayndra.

    Pendampingan-Konseling Cegah Insiden Serupa

    Saat ini, Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri bersama stakeholder terkait juga melakukan pendampingan dan konseling sebagai upaya pencegahan agar insiden yang sama tidak terjadi lagi.

    “Peristiwa ini duka dan keprihatinan dan mendalam bagi kita semuanya, kami semua turut merasakan kesedihan yang dialami para korban, guru, dan keluarga besar SMAN 72 Jakarta,” kata Irjen Asep.

    “Yang paling utama dari kejadian ini kita bisa memahami bahwa dampak dari hal tersebut sangat besar sekali. Untuk itu, kami bersama seluruh stakeholder terkait merasa perlu untuk hadir dengan empati serta melakukan pendampingan dan mengupayakan langkah langkah pencegahan termasuk konseling agar peristiwa tersebut tidak terulang kembali,” lanjutnya.

    Sebagaimana diketahui, peristiwa ledakan itu terjadi pada Jumat (7/11/2025) saat khotbah salat Jumat. Diketahui, sebanyak 96 orang menjadi korban ledakan.

    Pelaku ledakan itu sendiri merupakan siswa di SMAN 72 Jakarta. Densus 88 Antiteror Polri menyebut pelaku kerap mengakses situs gelap atau dark web.

    Pelaku disebut merakit sendiri peledak dengan mengakses cara-caranya di internet. Pelaku juga sudah ditetapkan sebagai anak yang berhadapan dengan hukum (ABH).

    Polisi menemukan tujuh peledak di SMAN 72 Jakarta, empat di antaranya meledak. Polisi juga sudah menggeledah rumah siswa pelaku dan menyita beberapa alat bukti.

    Sejumlah korban masih dirawat di empat rumah sakit di Jakarta. Polri bersama stakeholder terkait terus memantau para korban dan memberikan trauma healing usai insiden tersebut.

    Saksikan pembahasan selengkapnya hanya di program detikPagi edisi Senin (12/11/2025). Nikmati terus menu sarapan informasi khas detikPagi secara langsung (live streaming) pada Senin-Jumat, pukul 08.00-11.00 WIB, di 20.detik.com, YouTube dan TikTok detikcom. Tidak hanya menyimak, detikers juga bisa berbagi ide, cerita, hingga membagikan pertanyaan lewat kolom live chat.

    “Detik Pagi, Jangan Tidur Lagi!”

    (vrs/vrs)

  • Orang Tua Siswa Korban Ledakan SMAN 72 Masih Menanti Pihak Sekolah Datang

    Orang Tua Siswa Korban Ledakan SMAN 72 Masih Menanti Pihak Sekolah Datang

    Jakarta

    Orang tua siswa korban ledakan SMAN 72 Kelapa Gading, Andri, meminta pihak sekolah bertanggung jawab dan menemuinya. Andri mengatakan saat ini anaknya masih terbaring di ICU akibat luka bakar yang dialaminya.

    “Saya buat hari ini sampai detik ini saya mengharap pihak yang bertanggung jawab pertama sekali itu kan pihak sekolah. Saya dari kemarin sampai detik hari ini saya menunggu pihak sekolah, pihak sekolah yang datang buat temuin saya,” kata Andri kepada wartawan di sela-sela menemani anaknya di RS Islam Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa (11/11/2025).

    Menurutnya, insiden ledakan tersebut harus menjadi tanggung jawab pihak sekolah lantaran berada di lingkungan sekolah. Dia meminta pihak sekolah untuk menjawab keresahan para orang tua korban.

    “Itu kan tanggung jawab mereka. Kalau saya boleh katakan kalau anak saya tidak sekolah di situ berarti kan anak saya tidak kena. Berarti dia yang punya masalah sama saya bukan saya yang punya masalah sama dia,” tegasnya.

    Andri berharap pihak sekolah segera menemuinya. Dia pun mengancam akan membawa ke jalur hukum, jika pihak sekolah tak datang menemuinya.

    Andri menerima kabar bahwa Kepala Sekolah masih trauma, sehingga belum mengeluarkan pernyataan ke media atau menghubungi keluarga korban secara langsung. Namun, dia menilai trauma yang dialami Kepala Sekolah tak seberat yang dirasakan oleh korban dan keluarganya.

    “Dia bilang, wali kelasnya hari ini mau kunjungan, seperti itu. Cuma kan kemarin saya dapet info karena udah diliput sama teman-teman media juga, ya dia bilang ya seperti itu. ‘Kepala sekolahnya masih trauma’. Dia bilang kepala sekolah masih trauma. Saya sebagai orang tua berapa kali dia trauma, saya bisa seribu kali atau sepuluh kali trauma dari dia,” katanya.

    Sebelumnya, Kapolda Metro Jaya, Irjen Asep Edi Suheri, mengatakan total ada 96 korban ledakan di SMAN 72 Jakarta yang berlokasi di Kelapa Gading, Jakarta Utara (Jakut). Sebanyak 3 orang di antaranya mengalami luka berat.

    “Total korban akibat peristiwa tersebut tercatat sebanyak 96 orang dengan rincian 67 orang luka ringan, 26 luka sedang, dan 3 orang luka berat,” kata Irjen Asep dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (11/11/2025).

    Dia mengatakan jumlah korban ini mengalami sedikit penambahan dari data awal karena ada beberapa siswa yang baru melaporkan keluhan luka dan gangguan pendengaran setelah beberapa hari kejadian. Untuk diketahui, ledakan di SMAN 72 Jakarta terjadi pada Jumat (7/11) siang saat prosesi salat Jumat.

    (amw/amw)

  • CCTV Rekam Siswa Pelaku Ledakan Lepas Seragam-Tenteng Senjata Mainan ke Masjid

    CCTV Rekam Siswa Pelaku Ledakan Lepas Seragam-Tenteng Senjata Mainan ke Masjid

    Jakarta

    Polisi mengungkapkan hasil pengecekan CCTV lingkungan SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta, di hari ledakan Jumat (7/11). CCTV menangkap momen siswa pelaku ledakan SMAN 72 berganti seragam dan menenteng senjata mainan ke masjid.

    Dirressiber Polda Metro Jaya Kombes Roberto Gomgom Manorang Pasaribu, dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa (11/11/2025), membeberkan momen siswa pelaku ledakan tiba di sekolahnya hingga gerak-gerik menjelang pelaksanaan salat Jumat. Siswa tersebut tiba di sekolah sekitar pukul 06.28 WIB membawa tas merah dan tas biru yang ditenteng.

    “Pada waktu CCTV menunjukkan pukul 07.28, waktu aktual atau real timenya adalah 06.28.04, itu anak yang berkepentingan hukum atau anak, memasuki gerbang sekolah SMA 72 Jakarta menggunakan seragam sekolah dengan menggendong tas punggung warna merah dan menenteng tas warna biru pada tangan kirinya serta memakai sepatu hitam dan berjalan ke arah kiri kamera,” ujar Roberto.

    Masih dalam waktu yang sama, siswa pelaku ledakan menuju koridor ruang kepala sekolah dan berpapasan dengan wanita diduga seorang guru sekolah tersebut.

    Rekaman CCTV kemudian menampilkan gerak-gerik si anak di waktu menjelang salat Jumat. Pelaku ledakan menuju ke arah masjid dengan membawa tas punggung merah.

    “Kemudian di tampak bagian dalam, ada celana berwarna hitam yang tersembul atau terlihat dari luar lebih sedikit dan dia menuju ke arah tempat ibadah masjid. Dan ini juga menjadi titik awal ketika kita masuk di channel 06 di depan masjid, jadi channel A06 di depan masjid, itu hanya ada 1 CCTV yang mengcover, itu anak memasuki masjid menggunakan seragam sekolah dengan membawa tas merah,” beber dia.

    Si anak pelaku ledakan SMAN 72 membawa tas merahnya masuk ke masjid. Selanjutnya, masih berdasarkan penjabaran CCTV, anak tersebut memantau situasi di luar dan dalam masjid.

    Ketika waktu memasuki pukul 12.05 WIB, anak tersebut terpantau sudah melepas baju seragamnya. Dia disebutkan mengenakan celana hitam dan kaus putih menuju ke arah masjid sembari menenteng senjata mainan.

    Siswa pelaku disebutkan mengarahkan senjata mainannya ke arah masjid. Tak lama, terpantau cahaya merah dan asap putih setelah aksi siswa tersebut.

    “Di waktu CCTV yang tercover bahwa pukul 11.57 atau waktu aktualnya 12.05 WIB, itu anak sudah melepas baju seragamnya dan terlihat menuju ke arah lorong, arah ke arah masjid dengan memakai celana hitam kaus putih dan menggendong senjata mainan atau dummy. Jadi terlihat di CCTV. Kemudian arah tangannya mengarahkan ke arah masjid,” kata Roberto.

    “Pada waktu aktual 12.05.51, tercover dari channel 06 depan masjid, bahwa terlihat cahaya warna merah keluar dari dalam masjid disertai dengan ledakan dan mengeluarkan asap berwarna putih,” ujar dia.

    (gbr/imk)

  • 8
                    
                        Polisi Tetapkan Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta sebagai Anak Berhadapan dengan Hukum
                        Megapolitan

    8 Polisi Tetapkan Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta sebagai Anak Berhadapan dengan Hukum Megapolitan

    Polisi Tetapkan Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta sebagai Anak Berhadapan dengan Hukum
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Polda Metro Jaya menetapkan terduga pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta sebagai anak berhadapan dengan hukum (ABH).
    ABH diduga kuat terlibat dalam peristiwa ledakan pada Jumat (7/11/2025) lalu.
    Kesimpulan ini diperoleh dari hasil pemeriksaan saksi dan analisis sejumlah barang bukti yang dikumpulkan penyidik, baik dari tempat kejadian perkara (TKP) maupun dari rumah ABH.
    “Berdasarkan keterangan saksi terdapat dugaan ada perbuatan melawan hukum yang patut diduga melanggar norma hukum,” ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Iman Imanuddin, dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa (11/11/2025).
    Iman menjelaskan, penyidik menduga tindakan ABH dipicu oleh dorongan emosional dan rasa keterasingan yang dirasakan pelaku dalam kehidupan sehari-harinya.
    “Bahwa yang bersangkutan ini terdapat dorongan untuk melakukan peristiwa hukum tersebut merasa sendiri, merasa tidak ada yang menjadi tempat untuk menyampaikan keluh kesahnya, baik di keluarga, tempat tinggal, maupun sekolah. Ini jadi perhatian juga untuk menyikapi hal tersebut,” jelas Iman.
    Ia menambahkan, temuan ini menjadi perhatian polisi, terutama terkait pentingnya dukungan psikologis bagi anak agar tidak menyalurkan tekanan emosionalnya dalam bentuk tindakan berbahaya.
    Ledakan terjadi pada Jumat (7/11/2025) sekitar pukul 12.15 WIB di lingkungan SMA Negeri 72 Jakarta, yang berlokasi di kompleks Kodamar TNI Angkatan Laut, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
    Peristiwa itu terjadi saat para siswa dan guru sedang melaksanakan salat Jumat di masjid sekolah.
    Menurut keterangan sejumlah saksi, suara ledakan pertama terdengar saat khotbah sedang berlangsung, disusul suara ledakan kedua yang diduga berasal dari arah berbeda.
    Berdasarkan data Posko Pelayanan Polri di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, hingga Senin (10/11/2025) pukul 09.50 WIB, tercatat 96 korban yang dirawat di tiga rumah sakit di Jakarta Pusat.
    Secara keseluruhan, 67 korban telah diperbolehkan pulang, sementara 29 lainnya masih menjalani perawatan medis di tiga rumah sakit tersebut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Perundungan Tak Boleh Dianggap Dinamika Biasa dalam Perkembangan Anak

    Perundungan Tak Boleh Dianggap Dinamika Biasa dalam Perkembangan Anak

    JAKARTA – Suasana salat Jumat di SMAN 72 yang seharusnya berlangsung hikmat menjadi momen mencekam dan berpotensi meninggalkan trauma mendalam bagi para korban. 

    Setidaknya terjadi dua ledakan di lingkungan SMAN 72 Jakarta Utara pada Jumat (7/11/2025). Menurut salah satu saksi, ledakan pertama terjadi sekitar pukul 12.00 WIB, dan ledakan kedua terjadi tak beselang lama.

    Yang mengejutkan, terduga pelaku adalah salah satu dari siswa di sekolah tersebut. Ia juga menjadi satu dari beberapa korban yang terluka paling serius akibat ledakan itu. Menurut data Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri, sebanyak 96 orang yang didominasi siswa menjadi korban luka-luka akibat insiden tersebut.

    Terlambat Tangani Perundungan

    Insiden ledakan di SMAN 72 Jakarta ini menyita perhatian banyak kalangan, karena terduga pelakunya adalah seorang siswa berinisial FN. Muncul dugaan pelaku ingin membalas dendam karena ia sendiri adalah korban bullying atau perundungan.

    Sejauh ini, Densus 88 bersama Ditreskrimum Polda Metro Jaya masih mendalami motif di balik peristiwa tersebut. Mereka masih melakukan analisa barang bukti dari tempat kejadian perkara, hasil penggeledahan, serta keterangan sejumlah saksi.

    Dua personel Gegana Brimob Polda Metro Jaya berjaga di tempat terjadinya ledakan di SMAN 72 Jakarta, Jakarta, Jumat (7/11/2025). (ANTARA/Ika Maryani/foc/pri)

    Aktivitas media sosial terduga pelaku juga dilakukan demi menelusuri kemungkinan pelaku pernah bergabung dalam grup atau komunitas daring yang memiliki afiliasi dengan kelompok teror tertentu.

    Sejumlah teori merebak, masyarakat menebak-nebak apa pemicu si pelaku melakukan aksi tersebut. Namun tak sedikit yang menduga ia diselimuti perasaan marah luar biasa yang terpendam, kebingungan, kegelisahan.

    Dugaan bahwa pelaku adalah korban bullying yang memendam kemarahan luas biasa juga menjadi sorotan psikolog forensik, Reza Indragiri Amriel. Satuan pendidikan, idealnya adalah tempat yang paling aman tapi justru berubah menjadi arena perundungan yang tak kunjung usai.

    Peristiwa di SMAN 72 Jakarta tidak hanya menjadi alarm bagi pendidikan Tanah Air, tapi menjadi bukti tambahan tentang bagaimana kita terlambat menangani perundungan atau bullying, kata Reza.

    “Keterlambatan itu membuat korban, setelah menderita sekian lama, akhirnya bertarung sendirian dan dalan waktu sekejap bergeser statusnya menjadi pelaku kekerasan, pelaku brutalitas, dan julukan-julukan berat sejenis lainnya,” ucap Reza melalui pesan singkat kepada VOI.

    Ledakan terjadi di SMA 72 Jakarta, Jumat (7/11), dan menyebabkan puluhan siswa mengalami luka serta dilarikan ke rumah sakit. Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, terduga pelaku merupakan siswa di sekolah tersebut. (ANTARA)

    Keterlambatan ini adalah hal yang memilukan, korban bullying seringkali mengalami viktimisasi berulang. Viktimisasi pertama ketika ia dirundung teman-temannya, kedua terjadi saat korban mencari pertolongan. Alih-alih mendapat bantuan, korban justru sering diabaikan dan masalahnya dianggap sepele, sehingga terpaksa bertahan dan berdoa, sehingga terjadikan viktimisasi ketiga.

    “Puncak kesengsaraan korban adalah kekerasan terhadap diri sendiri atau terhadap pihak lain,” ucapnya.

    “Belum sempat kita memberikan pertolongan kepada dia selaku korban, justru hukuman berat yang tampaknya sebentar lagi akan kita timpakan kepada dia sebagai pelaku. Getir, menyedihkan,” kata Reza menambahkan.

    Perundungan Bukan Hanya Perhatian Sekolah

    Persoalan bullying ini sudah menjadi perhatian luas sejak lama. Masalah perundungan bisa dibilang seperti lingkaran setan, karena, 90 persen pelaku bullying ternyata juga berstatus sebagai korban. Untuk itu, data tersebut membuat persoalan ini tidak bisa dipandang hitam putih belaka.

    Reza menuturkan, idealnya, perilaku perundungan tidak lagi ditinjau sebatas sebagai dinamika jamak dalam proses perkembangan anak. “Perilaku perundungan sudah semestinya disikapi sebagai agresi berkepanjangan dari anak-anak yang mengekspresikan dirinya dengan cara berbahaya, sehingga harus dicegat secepat dan seserius mungkin,” tegasnya.

    “Menjadikan bullying sebagai perkara pidana pun masuk akal,” ujar Reza mengimbuhkan.

    Sejumlah siswa berkumpul di halaman sekolah untuk mengambil barang-barang yang tertinggal di SMA Negeri 72 Jakarta, Sabtu (8/11/2025). (ANTARA /Hafidz Mubarak A/nym)

    Sementara, Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Andik Matulessy mengatakan, setiap perundungan pasti berdampak negatif. Korban bisa bersikap pasif atau diam tapi mematikan, seperti mengakibatkan depresi hingga bunuh diri. Namun ada pula yang menyikapinya dengan aktif membalas melakukan kekerasan seperti yang dilakukan terduga pelaku pengeboman SMAN 72 Jakarta.

    “Dendam berkepanjangan pada anak itu bisa diluapkan dalam tindakan kekerasan yang destruktif dengan alat hingga menimbulkan korban,” kata Andik, mengutip Kompas.

    Lembaga pendidikan, kata dia, harus selalu menekankan bahwa kekerasan sekecil apa pun tidak bisa ditolerir. Untuk itu, sistem pendidikan karakter mulai dari pembinaan, pengawasan, pelaporan, hingga penindakan harus dipertegas demi menciptakan satuan pendidikan yang aman.

    Masalah kekerasan pada anak juga seharusnya tidak hanya menjadi perhatian sekolah, tapi juga orang tua, yang harus lebih peka dalam mendeteksi anak jika mengalami perundungan. Komunikasi dengan anak harus diperkuat supaya anak mampu menceritakan hal apa pun, termasuk tindakan kekerasan yang ia alami.

    ”Jadi, masalah kekerasan harus menjadi perhatian bagi semua pihak untuk tidak membiarkan kekerasan sekecil apa pun terjadi pada anak,” pungkasnya.

  • Profil Syaikhona Muhammad Kholil, Kiai Bangkalan yang Sukses Cetak Ulama Mahsyur di Indonesia

    Profil Syaikhona Muhammad Kholil, Kiai Bangkalan yang Sukses Cetak Ulama Mahsyur di Indonesia

    Abdul Karim adalah keturunan dari Kiai Muharram bin Kyai Asror Karomah bin Kyai Abdullah bin Sayyid Sulaiman. Sayyid Sulaiman adalah cucu Sunan Gunung Jati.

    Sejak kecil Mbah Kholil sudah haus akan ilmu agama, terutama Fikih dan Nahwu. Bahkan, beliau mampu menghafal 1.002 bait nadzom Alfiyah Ibnu Malik sejak muda.

    Perjalanan pendidikan Mbah Kholil cukup panjang. Beliau berguru kepada ulama di Madura hingga Makkah. Beliau sangat bersungguh-sungguh ketika menimba ilmu hingga akhirnya menjadi ulama yang dihormati di Tanah Air.

    Keturunan Mbah Kholil generasi kelima, Lora Akhmad Kholily Kholil membeberkan tentang jaringan murid Mbah Kholil.

    Mbah Kholil memiliki murid yang tersebar ke berbagai penjuru Indonesia. Lebih dari 500 ribu orang di Tanah Air pernah berguru kepadanya. Maka tidak heran jika beliau disebut sebagai ‘Pintu Gerbang’ para santri yang kemudian menyebarkan kembali ilmunya di daerah masing-masing.

    “Pengaruh Syekh Kholil tidak hanya dikalangan pesantren tetapi para negarawan, bahkan para founding father justru mengambil inspirasi dari Syekh Kholil Bangkalan,” tutur Lora.

    Lora menerangkan, perjalanan dakwah Mbah Kholil patut diteladani meski tekanan demi tekanan pernah dihadapi oleh ulama kelahiran Bangkalan ini.

    “Beliau di masa hidupnya mendapat tekanan dari pemerintah Bangkalan agar ketika khutbah jumat dipaksa untuk memuji kerajaan bangkalan atau sesuatu yang mereka tidak miliki,” katanya.

    Mbah Kholil tidak tinggal diam. Beliau melakukan perlawanan dengan cara membangun banyak masjid di pesisir Bangkalan. Setiap salat Jumat, beliau membuat satu teks khutbah Jumat yang akan disiarkan di masjid-masjid pesisir tersebut.

     

  • Prabowo Bicara Pembatasan Game Daring PUBG Buntut Ledakan di SMAN 72

    Prabowo Bicara Pembatasan Game Daring PUBG Buntut Ledakan di SMAN 72

    Jakarta

    Presiden Prabowo Subianto mempertimbangkan pembatasan permainan daring (game online) menyusul insiden ledakan yang terjadi di SMA Negeri 72 Jakarta.

    Hal ini disampaikan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi usai mendampingi Presiden di kawasan Kertanegara, Jakarta Selatan, Minggu (9/11) malam.

    “Beliau tadi menyampaikan bahwa kita perlu memikirkan bagaimana cara membatasi dan mencari solusi terhadap pengaruh-pengaruh dari game online,” kata Prasetyo, dikutip dari Antara.

    Menurut Prasetyo, Presiden Prabowo menyoroti dampak negatif sejumlah permainan daring yang dinilai berpotensi memengaruhi perilaku generasi muda, terutama game dengan unsur kekerasan.

    “Tidak menutup kemungkinan ada game online yang di dalamnya terdapat hal-hal yang kurang baik dan bisa memengaruhi generasi kita ke depan,” ujarnya.

    Prasetyo mencontohkan permainan bertema pertempuran seperti PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG) yang menampilkan berbagai jenis senjata dan adegan kekerasan. Menurutnya, hal tersebut berpotensi memengaruhi psikologis pemain.

    “Misalnya, contoh PUBG, di situ banyak jenis senjata yang mudah sekali dipelajari. Ini berbahaya karena bisa menumbuhkan kebiasaan melihat kekerasan sebagai hal yang wajar,” tutur Prasetyo.

    Ia menyebut, pemerintah tengah memikirkan pembatasan tertentu terhadap jenis permainan daring yang mengandung unsur kekerasan dan berdampak pada perilaku sosial remaja.

    Selain soal game daring, pemerintah juga menyoroti faktor lain yang berpotensi memicu kekerasan di lingkungan sekolah, yakni tindakan perundungan (bullying).

    Prasetyo mengimbau agar seluruh pihak, baik siswa maupun tenaga pendidik, menghindari perilaku negatif yang dapat berdampak buruk, termasuk aksi perundungan di sekolah.

    “Kita sebagai sesama anak bangsa harus menghindari hal-hal yang tidak baik, seperti aksi bullying,” katanya.

    Ia juga mengingatkan para guru dan tenaga pendidik untuk lebih peka terhadap tanda-tanda mencurigakan di lingkungan sekolah agar potensi kekerasan dapat dicegah sejak dini.

    Sebelumnya diberitakan, ledakan di SMAN 72 Jakarta pertama kali terdengar saat salat Jumat berlangsung di masjid sekolah, disusul ledakan kedua yang diduga berasal dari arah berbeda.

    Insiden tersebut menyebabkan puluhan siswa dan guru mengalami luka-luka, mulai dari luka bakar hingga cedera akibat serpihan, serta memicu kepanikan di lingkungan sekolah.

    Dari hasil penyelidikan awal, pelaku diduga salah satu siswa sekolah tersebut. Ia disebut-sebut mengalami perundungan (bullying) yang menjadi motif di balik aksi tersebut. Motif lain juga tengah ditelusuri.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/up)

  • Mensos Gus Ipul Jenguk Korban Ledakan SMA 72 di RSI Cempaka Putih Jakarta, Pastikan Dukungan Lanjutan

    Mensos Gus Ipul Jenguk Korban Ledakan SMA 72 di RSI Cempaka Putih Jakarta, Pastikan Dukungan Lanjutan

    Jakarta (beritajatim.com) – Menteri Sosial RI Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menjenguk para korban ledakan di SMA Negeri 72 Jakarta Utara yang masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Islam (RSI) Cempaka Putih, Minggu (9/11/2025).

    Kunjungan dilakukan sekitar pukul 12.48 WIB dengan didampingi Direktur Utama RSI Cempaka Putih Pradono Handojo serta Komisioner KPAI, Diyah Puspitarini.

    Setibanya, Gus Ipul langsung menuju Ruang Multazam untuk menyapa para siswa yang terluka. Salah satunya FR, siswa yang mengalami luka di telinga dan mata, namun kondisinya mulai membaik.

    “Kamu sudah kelihatan lebih sehat ya. Dua hari lagi pulang Insya Allah kalau kamu semangat,” ucap Gus Ipul memberi semangat moral. FR pun menjawab dengan optimistis, “Semangat karena mau masuk sekolah lagi.”

    Mensos juga menyempatkan diri menyapa pasien lain berinisial MA yang mengalami luka di telinga dan punggung tangan. “Kamu sudah mendingan ya. Untuk mendengar baik ya pendengarannya?” tanya Gus Ipul. MA pun menjawab, “Sudah mendingan tapi agak mendengung sebelah kiri.”

    Menurut Gus Ipul, sebagian besar kondisi korban kini terus menunjukkan perbaikan. “Di sini (RSI Cempaka Putih) ada 13 pasien, dua masih di ICU, sisanya 11 di paviliun kamar perawatan. Insya Allah sore ini pun juga sudah ada yang bisa kembali ke rumah masing-masing dalam keadaan lebih sehat,” jelas Mensos.

    Ia memastikan Kemensos menyiapkan dukungan lanjutan, mulai dari rehabilitasi sosial hingga pemulihan psikososial korban. “Tim kami tentu bersama orang tua, nanti secara rutin akan bertemu. Kita akan lakukan asesmen, termasuk dengan KPAI,” tegasnya.

    Selain itu, Komisioner KPAI Diyah Puspitarini menjelaskan bahwa aktivitas belajar para siswa korban ledakan tetap berlanjut. Namun, pembelajaran akan dilakukan secara daring terlebih dahulu. “Mulai minggu depan anak-anak tetap belajar walaupun sementara secara online. Tetapi nanti akan dilihat selanjutnya karena anak-anak mendapatkan pendampingan psikososial dulu,” ujarnya. Diyah menambahkan, evaluasi akan dilakukan tiga hari setelah pelaksanaan pembelajaran daring sebelum kembali masuk sekolah secara tatap muka.

    Direktur Utama RSI Cempaka Putih, Pradono Handojo, menyampaikan bahwa kondisi seluruh pasien berangsur membaik. “Saat ini yang dirawat di ruangan ICU ada 1 orang, di ruangan HCU 1 orang, dan di perawatan inap ada 11 anak. Alhamdulillah dikabarkan nanti sore sudah bisa pulang 1 orang,” katanya.

    Diketahui sebelumnya, ledakan terjadi di SMA Negeri 72 Jakarta yang berada di kompleks Kodamar TNI AL Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Jumat (7/11) sekitar pukul 12.15 WIB ketika kegiatan salat Jumat berlangsung. Total 96 orang dilaporkan mengalami luka-luka. Hingga saat ini, pihak kepolisian masih menyelidiki motif di balik aksi peledakan tersebut. (ted)

  • Mensos Gus Ipul Kunjungi Korban Ledakan SMAN 72 Jakarta di RSIJ Cempaka Putih

    Mensos Gus Ipul Kunjungi Korban Ledakan SMAN 72 Jakarta di RSIJ Cempaka Putih

    Kepada para korban dan orang tua mereka, Gus Ipul berdialog dan bercerita tentang ledakan yang terjadi saat salat Jumat di masjid sekolah dilangsungkan.

    “Kami berdialog dengan para orangtuanya, kami berdialog juga dengan pasien-pasiennya, dan Alhamdulillah ya, kami bisa mendengarkan apa yang mereka ceritakan dengan baik dan mereka optimis untuk bisa segera sehat karena mendapatkan penanganan yang baik,” ujar Gus Ipul.

    Meski dapat berkomunikasi, namun Gus Ipul menegaskan mereka belum bisa banyak menceritakan peristiwa secara detail karena masih fisik dan mentalnya belum stabil.

    Saat ini, sebanyak 15 pelajar masih dirawat di Rumah Sakit Yarsi. Satu korban di antaranya mengalami luka berat dan mendapatkan perawatan di ruang ICU, sedangkan 14 korban lainnya dirawat di ruang biasa.

    Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta Sudah Sadar, Masih Dirawat Intensif Usai Operasi Kepala

    Polisi memastikan terduga pelaku ledakan di SMA Negeri 72 Jakarta, sudah sadar. Saat ini, dia masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

    Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Budi Hermanto mengatakan, fokus utama tim medis dan kepolisian saat ini adalah memulihkan kondisi fisik dan psikis terduga pelaku, yang diketahui masih berstatus anak.

    “Masih dalam perawatan dan kondisinya sudah sadar,” kata dia, Sabtu 8 November 2025.

    Budi menuturkan, terduga pelaku mengalami luka di bagian kepala dan telah menjalani operasi. Meski sudah sadar, proses pemulihan dilakukan secara bertahap.

    “Luka di bagian kepala dan ada luka goresan. Iya menjalani operasi, pada bagian kepala ya,” ujar dia.

    “Sudah sadar, tapi kan harus pelan-pelan karena kan bentuk perlukaan juga masih berat jadi kita harus sama-sama perhatikan dulu pemulihan fisik medis, termasuk psikis yang bersangkutan,” tambah dia.

    Budi menambahkan, terduga pelaku kini berada dalam ruang perawatan intensif. “(ICU) lebih kurang seperti itu,” ucap dia.