Event: salat Jumat

  • 14 Ribu Kendaraan Melintas Puncak Bogor Pagi Ini, Diprediksi Terus Meningkat

    14 Ribu Kendaraan Melintas Puncak Bogor Pagi Ini, Diprediksi Terus Meningkat

    Jakarta

    Sebanyak 14 ribu kendaraan melintas di Jalan Raya Puncak, Bogor, Jawa Barat, pagi ini. Jumlah tersebut merupakan akumulasi kendaraan yang naik dan turun.

    “Tadi kami pantau dan kami lihat berdasarkan data yang direkap dari rekan-rekan BPTJ memang untuk kendaraan yang akan turun sudah mencapai 7.300. Kemudian untuk yang naik ke jalur Puncak sampai pukul 08.00 WIB sebanyak 6.800 (kendaraan),” kata KBO Satlantas Polres Bogor Iptu Ardian Novianto, Jumat (27/12/2024).

    Ardian menyebut jumlah tersebut menurun dibandingkan dengan libur Natal kemarin. Hal tersebut sesuai dengan prediksi dari pihak kepolisian.

    “Sehingga ini terjadi penurunan dibandingkan 2 hari yang lalu dibanding libur Natal. Untuk ini memang sesuai dengan prediksi hari ini cukup landai dibanding hari-hari sebelumnya,” ucapnya.

    Ardian mengatakan sore nanti diprediksi akan terjadi peningkatan. Sebab, hari ini menjelang libur akhir pekan.

    “Untuk prediksi peningkatan arus kendaraan yang akan naik nanti terjadi di pascaibadah salat Jumat atau sore hari. Dikarenakan hari Jumat ini menjelang libur weekend di tanggal 28-29 (Desember),” jelasnya.

    “Maka nanti sore kami akan menerapkan ganjil genap. Kemudian apabila memang dibutuhkan rekayasa lalin seperti one way akan kami persiapkan. Karena personel di sepanjang jalur Puncak sudah kami siapkan,” ujarnya.

    (rdh/eva)

  • Perdana di Terengganu, Eksekusi Cambuk Kasus Mesum Dikawal 40 Polisi Malaysia

    Perdana di Terengganu, Eksekusi Cambuk Kasus Mesum Dikawal 40 Polisi Malaysia

    JAKARTA – Mohd Affendi Awang, 42, akan menjadi orang pertama di Terengganu, Malaysia yang dieksekusi hukuman cambuk terkait kasus khalwat atau mesum pada Jumat pekan ini.

    Kepala polisi distrik Kuala Terengganu ACP Azli Mohd Noor mengatakan, pihaknya telah menerapkan aturan demi kelancaran eksekusi di tengah publik itu.

    “Hanya 70 orang yang diizinkan memasuki ruangan tempat hukuman cambuk dilaksanakan. Saya menyarankan masyarakat yang hadir di Masjid Ladang pada hari Jumat segera bergegas setelah menyelesaikan salat Jumat,” katanya dalam pernyataan tertulis, Selasa 25 Desember, dikutip dari Bernama.

    Ia juga mengingatkan masyarakat untuk tidak berkumpul di luar atau di sekitar kompleks Masjid Ladang di Terengganu karena dapat mengganggu kelancaran proses eksekusi.

    Azli menjelaskan, bagi 70 orang yang diperbolehkan melihat proses eksekusi dilarang membawa perangkat telekomunikasi seperti telepon dan perekam video.

    “Tidak diperbolehkan merekam apa pun. Polisi akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada perangkat elektronik atau telekomunikasi yang dibawa ke ruang hukuman. Hukumannya sudah diputuskan. Saya minta semua pihak untuk menghormati hukum dan tidak membuat kekacauan,” katanya.

    Demi kelancaran eksekusi, kepolisian telah mempersiapkan 40 anggotanya menjaga proses hukuman cambuk enam kali secara berturut-turut itu.

    Adapun dalam sidang perkara ini, Mohd Affendi Awang mengaku bersalah melakukan khalwat berulang kali berdasarkan Pasal 31 (a) Amandemen Undang-Undang Tindak Pidana Syariah (Takzir) (Terengganu) 2022 untuk khalwat.

    Mohd Affendi Awang kemudian dijatuhi hukuman cambuk oleh Pengadilan Tinggi Syariah Kuala Terengganu pada 20 November.

  • Menag sebut tak ada suara azan di PIK, betulkah tidak ada masjid di kawasan elite itu? – Halaman all

    Menag sebut tak ada suara azan di PIK, betulkah tidak ada masjid di kawasan elite itu? – Halaman all

    Pernyataan Menteri Agama, Nazaruddin Umar, yang menyoroti minimnya masjid di kawasan elite Pantai Indah Kapuk (PIK) dianggap tidak mencerminkan sikap pejabat negara dan terkesan mengistimewakan kelompok mayoritas, menurut pegiat kebebasan beragama dan berkeyakinan.

    Pegiat kebebasan beragama dan berkeyakinan dari Sejuk, Thowik, menyebut apa yang disampaikan Nazaruddin Umar tidak relevan karena kawasan tersebut mayoritas dihuni oleh non-muslim dan tidak pernah ada persoalan pelarangan pendirian masjid.

    Pengamat properti, Ali Tranghanda, bilang di sejumlah kawasan yang mayoritas penduduknya non-Muslim pendirian masjid memang tidak akan sebanyak di wilayah lain seperti Depok atau Bekasi, Jawa Barat—wilayah dengan mayoritas penduduk Muslim.

    Dia berharap pernyataan menteri agama tidak menjadi polemik panjang sehingga memunculkan persepsi negatif.

    Lalu seperti apa tanggapan pekerja Muslim yang berada di kawasan elite PIK betulkah sulit menemukan masjid?

    Apa yang disampaikan Menag?

    Pada Pembukaan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang digelar pekan lalu, organisasi ini mengundang sejumlah tokoh.

    Mulai dari Kapolri Listyo Sigit, Panglima TNI Agus Subiyanto, mantan Wakil Presiden Ma’ruf Amin, hingga Menteri Agama Nazaruddin Umar.

    Ketika menyampaikan pidato di depan pejabat MUI dan tokoh-tokoh publik, Nazaruddin mulanya berbicara tentang tantangan menjadi ulama di era post-truth atau pascakebenaran.

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    Menurutnya, pada era pascakebenaran, masyarakat tidak lagi sepenuhnya mendengarkan apa kata ulama lantaran begitu banyak “kebisingan” informasi.

    Ia lalu menyoroti minimnya masjid di sejumlah kawasan elite di DKI Jakarta, seperti Jalan Thamrin-Sudirman dan Pantai Indah Kapuk (PIK), ketika berbicara dalam acara tersebut.

    “Kita berada di Jalan Thamrin-Sudirman, ini segitiga emas, sekalian sepanjang Thamrin-Sudirman dan sepanjang Kuningan tidak ada masjid nongol di jalan,” ungkapnya seperti dilansir situs mui.or.id.

    Nazaruddin bilang sebagai pusat kota metropolitan di negara dengan penduduk Muslim terbanyak, “semestinya kita jangan biarkan daerah Jakarta tidak ada masjidnya”.

    “Sekitar 1.000 hektare di Pantai Indak Kapuk (PIK) tidak ada suara azan,” sambungnya.

    Lebih lanjut, ia menyampaikan ketika masuk ke kawasan PIK, dirinya melihat sebuah rumah ibadah Buddha yang begitu besar dan megah.

    Namun umat Islam, klaimnya, setengah mati mencari tempat ibadah seperti masjid untuk salat di PIK.

    “Jadi saya mengimbau kita semua [termasuk] MUI. Jangan pernah kita membiarkan ruang yang luas ini tidak ada simbol-simbol ke-Islamannya,” imbuhnya.

    Mantan Imam Besar Masjid Istiqlal ini lantas mengatakan dirinya sudah berusaha untuk membangun masjid di PIK. Akhirnya di sana akan dibangun kompleks syariah seluas 30 hektare.

    “Kita sudah bangun musala di lantai 4. Jadi kedengaran suara azan. Sepanjang itu tadi, dibangun tulisan-tulisan asing China, tidak ada musala, jadi saya minta dikawasan ini ada aktivitas keislaman.”

    Benarkah tidak ada suara azan di PIK?

    Siapa pun yang hendak pelesir ke kawasan Pantai Indak Kapuk (PIK) 1 maupun 2 yang terletak di utara Jakarta ini, memang akan terasa nuansa yang berbeda.

    Di sepanjang sisi kanan-kiri jalan, berderet restoran dan kafe mewah yang menyajikan beragam hidangan dari sejumlah negara: China, Thailand, Korea, Jepang, Indonesia, bahkan Timur Tengah.

    Maka tak salah kalau ada ornamen-ornamen atau aksara Mandarin bertengger di beberapa tempat serta bangunan khas pecinaan.

    Pengamat properti, Ali Tranghanda, mengatakan masterplan atau rencana induk dari kawasan PIK adalah kota baru untuk hunian dan komersial.

    Di PIK 1 yang mencakup 1.160 hektare ini terbagi dalam setidaknya 28 klaster perumahan yang dikelilingi berbagai fasilitas seperti pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan sekolah internasional.

    Adapun PIK 2 yang mencakup 2.650 hektare masih dalam tahap pembangunan.

    “Kawasan PIK ini memang banyak non-Muslimnya, terutama Chinese, tapi bukan berarti tidak ada rumah ibadah seperti masjid. Setahu saya di PIK 2 akan dibangun masjid agung,” tuturnya kepada BBC News Indonesia.

    Khusus di PIK 1, memang tidak akan nampak bangunan masjid berdiri di pinggir jalan yang berdampingan dengan gedung-gedung tinggi atau pun kafe-kafe mewah.

    Namun bukan berarti tidak ada rumah ibadah.

    Ketika BBC News Indonesia datang ke sana, kami menemukan sebuah masjid unik yang terbuat dari kayu, namanya Masjid Al-Hikmah.

    Masjid ini berdiri di atas air laut dan dikelilingi hutan mangrove karena letaknya berada di dalam kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Mangrove.

    Mulai dari lantai sampai dindingnya, dibuat dari kayu.

    Mata pengunjung pun akan dimanjakan oleh hamparan mangrove yang berdiri kokoh dan air laut kecoklatan nan bersih.

    Ditambah suasana yang hening dan sesekali diselingi gemercik air, bikin orang-orang betah berlama-lama.

    Tetapi, karena lokasinya menyempil di belakang gedung-gedung tinggi, tak mudah menemukan masjid ini bagi pendatang baru, seperti yang diungkapkan Raka.

    Raka mengaku baru beberapa bulan bekerja di PIK 1. Awalnya dia agak bingung karena tak melihat masjid di sepanjang jalan utama maupun di dalam perumahan elite tersebut.

    Pria yang menyebut dirinya pekerja lapangan ini lalu bertanya ke pihak sekuriti soal lokasi masjid.

    Ia lantas diarahkan ke gedung Yayasan Buddha Tzu Chi.

    Gedung ini memang sangat mencolok mata lantaran desain bangunannya sekilas seperti vihara megah berwarna abu-abu.

    Masjid Al-Hikmah persis berada di belakangnya.

    “Saya langsung diarahkan ke sana, kalau belum tahu lokasinya susah cari masjid, karena akses jauh dari tempat saya kerja, pakai motor sekitar 10 menit,” akunya saat ditemui sedang santai di halaman masjid.

    “Tapi kalau sudah tahu, ya enggak susah.”

    Suara azan tiba-tiba melantun dari masjid tersebut. Raka dan beberapa pria yang sedari tadi duduk-duduk santai langsung bergegas ke tempat wudu untuk menunaikan salat asar.

    Usai salat, Raka kembali bercerita setiap hari masjid ini cukup ramai dikunjungi pekerja sekitar maupun wisatawan.

    Apalagi kalau Jumat.

    “Kalau salat Jumat sampai parkiran mobil, ramai dan penuh,” sambungnya.

    “Bedanya masjid di sini dengan tempat tinggal saya di Bekasi, di sana masjid banyak jadi mau salat di mana pun gampang.”

    Dina Rahman, pekerja kantoran di PIK 1, mengaku tak pernah kesulitan beribadah karena perusahaannya sudah menyediakan musala yang cukup luas.

    Namun, katanya, bukan berarti dia tak pernah mendengarkan suara azan di kawasan elite ini.

    “Kalau zuhur, asar, pasti kedengaran [suara azan] dari masjid Al-Hikmah ke kantor saya dan itu jadi alarm saya untuk salat,” ungkapnya.

    Perempuan berhijab ini juga bilang tak merasa asing berada di kawasan yang jarang ada masjidnya. Toh, baginya ibadah tak melulu harus di masjid.

    “Enggak masalah ya, kan banyak musala. Mau ke mal, ada musala, ke supermarket besarnya ada musala. Salat kan enggak harus di masjid, bisa di musala atau ruangan bersih.”

    “Dan wajar masjid di sini sedikit, karena banyak perkantoran. Permukiman juga agak jauh di blok lain.”

    Selain masjid Al-Hikmah, ada satu masjid lagi yang cukup sering dikunjungi para pekerja di PIK 1, yaitu masjid Al Muhajirin yang berada di lantai 6 gedung Agung Sedayu Grup (ASG).

    Berbeda dengan Al-Hikmah, masjid ini memakan sebagian lahan parkiran mobil gedung ASG.

    Agus Wahyudi, pekerja di sana, bilang masjid ini menjadi andalan para pekerja di gedung berlantai 30 tersebut.

    Kendati terletak di lahan parkir, tapi beribadah masih cukup nyaman. Sebab pihak pengelola, sambungnya, menyediakan kipas angin blower.

    Satu-satunya kesulitan, kalau hendak ibadah salat Jumat.

    “Kalau Jumatan kan banyak jemaahnya, harus antre pakai lift. Jadi harus cepet-cepetan.”

    Mengapa di kawasan elite jarang ada rumah ibadah atau masjid?

    Pengamat properti, Ali Tranghanda, menuturkan minimnya rumah ibadah atau masjid di kawasan yang mayoritas dihuni oleh non-muslim, bukan suatu hal yang anomali.

    Begitu pula di sepanjang Jalan Margonda hingga Depok yang minim gereja, karena mayoritas penduduknya beragama Islam.

    Tapi lebih dari itu, katanya, pengembang biasanya akan mempertimbangkan masukan dari penghuni ketika akan membangun fasilitas rumah ibadah.

    Ada beberapa penghuni yang merasa keberatan dengan suara azan sehingga terkadang memilih tempat tinggal yang lebih tenang dan jauh dari masjid.

    Preferensi seperti itu, katanya, sudah menjadi hal lumrah.

    “Apalagi ada persepsi kalau ada masjid kadang-kadang menganggu bagi beberapa orang, jadi biasanya area masjid terpisah dari hunian yang sedang dipasarkan,” jelasnya.

    “Gangguannya bisa dari toa atau pengeras suara yang terlalu kencang.”

    Karena itu, dia kurang memahami kritik dari Menteri Agama, Nazaruddin Umar, yang menyebut tidak ada suara azan di kawasan PIK.

    Sepanjang pengetahuannya di PIK 1 ada beberapa masjid dan musala.

    Sedangkan di PIK 2 sedang dalam tahapan pembangunan masjid Agung dengan kubah megah.

    Kendati begitu, di Gedung Menara Syariah sudah tersedia masjid Al-Khairiyah yang sebelumnya diresmikan oleh mantan wakil presiden, Ma’ruf Amin.

    Saat peresmian, Ma’ruf Amin berharap kehadiran masjid ini menjadi sarana ideal menyampaikan kesejukan dan kebaikan ekonomi syariah yang inklusif.

    “Saya harap ini jangan jadi polemik dan menganggap PIK eksklusif untuk golongan tertentu.”

    Soal mengapa masjid Al-Hikmah di PIK 1 bukan dibangun sederet dengan gedung-gedung tinggi dan kawasan komersil, Ali bilang itu karena terkait dengan pertimbangan pengembang soal nilai jual.

    “Misalnya di pinggir boulevard, daripada dibangun rumah ibadah mending dijual, karena harga tanahnya tinggi. Secara komersial kalau jadi rumah ibadah merugikan.”

    “Jadi semua rumah ibadah biasanya agak ke belakang yang dekat dengan hunian.”

    Pernyataan Menag tidak mencerminkan sikap pejabat negara

    Pegiat kebebasan beragama dan berkeyakinan dari Sejuk, Thowik, menyebut apa yang disampaikan Menteri Agama Nazaruddin Umar soal tidak adanya azan di kawasan PIK, Jakarta Utara, tidak mencerminkan pejabat yang semestinya bersikap imparsil.

    Pasalnya jabatannya sebagai menteri agama yang mewakili semua agama, melekat di mana pun dia berada.

    Ketika berbicara ke publik dan hanya menyoroti persoalan rumah ibadah umat Islam, bagi Thowik, hal itu jadi terkesan mengistimewakan kelompok mayoritas.

    Apalagi selama ini tidak ada permasalahan pelarangan pendirian masjid di daerah tersebut.

    “Kalau dia datang ke sana dan bicara sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal, enggak masalah,” ucapnya kepada BBC News Indonesia.

    “Tapi dia sebagai menteri agama yang jabatannya melekat, kok jadi kayak enggak sensitif,” ujarnya kemudian.

    Menurut Thowik, sebagai perwakilan pemerintah di bidang agama, Nazaruddin Umar semestinya juga menyoroti kasus-kasus pelarangan pendirian gereja di sejumlah daerah.

    Seperti yang baru-baru ini menimpa jemaat Gereja Tesalonika di Tangerang.

    Pada Juli lalu, ibadah doa mereka yang digelar di rumah seorang anggota jemaat dibubarkan paksa oleh sekelompok orang hingga viral di media sosial.

    Catatan Task Force Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KKB) menemukan lebih dari 65 kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan terjadi sepanjang Maret hingga Desember 2024.

    Masing-masing kasus, kata Thowik, memiliki dua sampai empat tindakan pelanggaran seperti pengusiran, persekusi, penyegelan, dan penolakan izin.

    Tapi segala permasalahan itu, klaimnya, belum mendapatkan respons dari Menag Nazaruddin Umar.

    “Kalau dia prihatin dengan masjid, kenapa tidak bersikap yang sama pada penutupan gereja?”

    Menurut Thowik, pernyataan itu bisa melukai bahkan menimbulkan rasa ketidakpercayaan dari kelompok minoritas terhadap negara.

    Sebab mereka berharap menteri agama yang baru bisa memutus persoalan-persoalan pendirian rumah ibadah, khususnya gereja.

    “Menag harusnya untuk semua agama dan keyakinan,” ucapnya.

  • Viral Video Salat Jumat, Vincent Rompies: Gue dari Keluarga Beda Agama

    Viral Video Salat Jumat, Vincent Rompies: Gue dari Keluarga Beda Agama

    Jakarta, Beritasatu.com – Selebritas Vincent Rompies sempat menjadi viral di media sosial akibat melakukan salat Jumat. Vincent Rompies pun buka suara. Sahabat Desta itu menyebut, lahir dari orang tua yang berbeda agama.

    “Gue itu lahir dari keluarga yang berbeda agama. Bapak gue Nasrani, sedangkan ibu gue Muslim,” kata Vincent Rompies dikutip dari podcast The Soleh Solihun Interview: Vincent Rompies, Senin (23/12/2024).

    Vincent Rompies membenarkan, apabila banyak orang yang kerap mempertanyakan soal keyakinan yang dianutnya.

    “Gue enggak sebal, dan biasa saja,” ujarnya lagi.

    “Kalau ditanya banyak yang mempertanyakan sudah pasti banyak banget, tetapi hal itu buat gue tidak masalah,” tuturnya.

    Vincent Rompies menyadari, banyak pandangan masyarakat Indonesia yang meyakini bahwa dirinya beragama Kristen terlihat dari namanya.

    “Mungkin orang melihat karena nama gue itu Vincent. Jadi, terkesan Nasrani banget cuma enggak apa-apa. Ya, mau gimana lagi,” jelasnya.

    Mendengar jawaban dari Vincent Rompies, membuat Soleh Solihun penasaran terkait keyakinan yang dipeluknya.

    “Lu orang beragama atau religius bukan?” tanya Soleh Solihun kepada Vincent Rompies.

    “Gue bukan orang yang religius. Namun, kalau ditanya gue berdoa apa enggak tentu gue jawab iya. Dan, soal keyakinan harus gue tegaskan bahwa gue Muslim,” bebernya.

    Sebelumnya, dunia jagat maya kembali dibuat heboh. Pasalnya, beredar video selebritas Vincent Rompies yang terlihat sedang menunaikan ibadah salat Jumat, yang selama ini dikira netizen merupakan nonmuslim.

    Video Vincent Rompies menunaikan ibadah salat Jumat itu diunggah oleh akun Instagram @rumpi_gosip. Pada video itu terlihat dengan jelas, Vincent Rompies yang menggunakan baju kaus lengan panjang hitam dan sarung khas Bali itu sedang melakukan salat di salah satu masjid.

    “Habis jumat kok senang sekali kenapa? Ada Vincent Rompies, cok. Enggak berani awak minta foto,” kata seorang pria dalam video tersebut, Sabtu (21/12/2024).

    Unggahan dari akun itu langsung membuat netizen membanjiri kolom komentar. Bahkan, tak sedikit pula yang mengaku kaget dan baru mengetahui soal keyakinan Vincent Rompies. Karena, selama ini netizen mengira, keyakinan sahabat karib Desta itu beragama Nasrani.

    “Asli, baru tahu gue kalau Bang Vincent Rompies itu Muslim,” tulis netizen.

    “Apakah Vincent Rompies mualaf?” tulis netizen lagi.

    “Yang baru tahu Bang Vincent Islam, ayo ngaku?” tulis netizen.

  • Vincent Rompies Salat Jumat, Netizen: Baru Tahu Dia Muslim

    Vincent Rompies Salat Jumat, Netizen: Baru Tahu Dia Muslim

    Jakarta, Beritasatu.com – Dunia jagat maya kembali dibuat heboh. Pasalnya, beredar video selebritas Vincent Rompies yang terlihat sedang menunaikan ibadah salat Jumat, yang selama ini dikira netizen merupakan nonmuslim.

    Video Vincent Rompies menunaikan ibadah salat Jumat itu diunggah oleh akun Instagram @rumpi_gosip. Pada video itu terlihat dengan jelas, Vincent Rompies yang menggunakan baju kaus lengan panjang hitam dan sarung khas Bali itu sedang melakukan salat di salah satu masjid.

    “Habis jumat kok senang sekali kenapa? Ada Vincent Rompies, cok. Enggak berani awak minta foto,” kata seorang pria dalam video tersebut, Sabtu (21/12/2024).

    Unggahan dari akun itu langsung membuat netizen membanjiri kolom komentar. Bahkan, tak sedikit pula yang mengaku kaget dan baru mengetahui soal keyakinan Vincent Rompies. Karena, selama ini netizen mengira, keyakinan sahabat karib Desta itu beragama Nasrani.

    “Asli, baru tahu gue kalau Bang Vincent Rompies itu Muslim,” tulis netizen.

    “Apakah Vincent Rompies mualaf?” tulis netizen lagi.

    “Yang baru tahu Bang Vincent Islam, ayo ngaku?” tulis netizen.

    “Baru tahu sumpah, kalau Vincent Rompies itu Islam,” tulis netizen lainnya.

    “Kirain selama ini Vincent itu non Muslim,” tulis netizen yang mengaku kaget ketika melihat Vincent melakukan salat Jumat.

  • 10
                    
                        Kontroversi Pemindahan Jemaah Shalat Jumat bersama Gibran, Baznas: Hanya Penataan Shaf
                        Nasional

    10 Kontroversi Pemindahan Jemaah Shalat Jumat bersama Gibran, Baznas: Hanya Penataan Shaf Nasional

    Kontroversi Pemindahan Jemaah Shalat Jumat bersama Gibran, Baznas: Hanya Penataan Shaf
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com
    – Menanggapi video viral yang memperlihatkan Wakil Presiden Republik Indonesia
    Gibran
    Rakabuming Raka saat pelaksanaan Salat Jumat di Masjid Baiturrahman, Semarang pada Jumat (13/12/2024), Ketua Badan Amil Zakat Nasional (
    Baznas
    ) RI Noor Achmad memberikan klarifikasi.
    Peristiwa terjadi sebelum Apel Kesiapsiagaan sekaligus Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Baznas Tanggap Bencana (BTB) serta Rumah Sehat Baznas (RSB) 2024 di Semarang, Jumat.
    Menurut Noor Achmad, saat mendampingi Gibran dari Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) menuju masjid untuk melaksanakan salat Jumat, seluruh rombongan telah diarahkan ke tempat yang disediakan. 
    Namun, Gibran memilih untuk menempati shaf yang tersedia. Rombongan tersebut terdiri dari Gibran, Ketua Baznas RI, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah, dua pengawal presiden, dan beberapa jemaah lainnya. 
    Posisi Gibran di video yang viral itu juga bukan posisi terdepan, melainkan berada di barisan tengah.
    “Karena shaf masih longgar, kami meminta jemaah untuk merapatkan shaf. Bahkan, ada shaf depan yang masih kosong, tetapi wapres memilih di tengah, sehingga kemudian shaf depan ditempati Panglima Daerah Militer (Pangdam),” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (19/12/2024). 
    Noor menegaskan, Gibran berada di tengah bersamanya dan beberapa jemaah lain. 
    Ia menegaskan, tidak ada pemindahan jemaah sebagaimana yang diramaikan di media sosial. Hal yang terjadi adalah penataan shaf sesuai dengan kaidah Salat berjamaah.
    Noor juga menekankan bahwa meskipun Gibran mendapatkan pengawalan ketat, tidak ada perlakuan khusus yang melanggar aturan salat berjemaah. 
    “Sesuai ajaran Islam, merapatkan dan memenuhi shaf adalah bagian dari adab salat berjemaah. Semua dilakukan dalam kerangka menjaga kesempurnaan salat,” tuturnya.
    Baznas RI mengajak masyarakat untuk tidak terburu-buru menilai dan menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya, terlebih terkait isu keagamaan. 
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Wakil Komandan Paspampres Sebut Jemaah yang Kena Usir saat Gibran Salat Jumat Adalah Anggotanya   – Halaman all

    Wakil Komandan Paspampres Sebut Jemaah yang Kena Usir saat Gibran Salat Jumat Adalah Anggotanya   – Halaman all

    Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Wadan Paspampres) Brigjen Samson Sitohang mengatakan bahwa orang yang diminta bergeser saat Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka adalah anggota Paspampres. 

    Hal itu dikatakan Samson untuk menanggapi video di media sosial dengan narasi paspampres mengusir jemaah saat Gibran hendak melaksanakan shalat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman Semarang pada Jumat, 13 Desember 2024.

    “Ada yang berdiri, kalau tidak salah di TikTok itu justru malah anggota saya sendiri. Ini memang anggota kita yang duduk di situ untuk tempat lah, untuk penjabat yang lain. Nah, itu sama sekali tidak ada penggeseran, apalagi pengusiran tidak ada sama sekali,” kata Samson di Istana Wapres, Jakarta, Rabu (18/12/2024). 

    Selain itu, Samson menjelaskan bahwa peristiwa tersebut tidak terjadi pada shaf paling depan. Tetapi, lebih ke arah tengah.

    “Itu memang tidak shaf yang paling depan, di saf agak di tengah, keempat kalau enggak salah ya, shaf keempat itu. Jadi tidak paling depan itu memang,” kata dia.

    Dia menilai narasi yang beredar di media sosial tidak mencerminkan kondisi sebenarnya. Samson menegaskan bahwa Paspampres memiliki prosedur tetap (protap) untuk menjaga keamanan dari Wapres.

    “Biasalah. Ini kan orang-orang yang tidak bertanggung jawab itu kalau saya bilang. Jadi, kita punya protap sendiri, apalagi Bapak Wapres itu selalu menekankan kepada kita untuk selalu humanis pada masyarakat. Itu yang poin penting yang saya ingat, kemudian selalu mengutamakan kepentingan masyarakat,” pungkasnya.

     

  • Pesan Gibran ke Paspampres: Humanis ke Masyarakat

    Pesan Gibran ke Paspampres: Humanis ke Masyarakat

    Bisnis.com, JAKARTA–Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka telah memerintahkan seluruh prajurit Paspampres agar bersikap humanis kepada masyarakat.

    Wakil Komandan Paspampres Brigjen TNI Samson Sitohang mengemukakan setiap kali menjalankan tugas mengamankan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, dirinya selalu menekankan semua prajurit agar bersikap humanis dan tidak represif kepada masyarakat.

    “Kami ditekankan agar selalu humanis ke masyarakat. Kami selalu diminta untuk mengutamakan kepentingan masyarakat,” tuturnya di Jakarta, Rabu (18/12/2024).

    Samson mencontohkan rombongan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka juga selalu mengikuti aturan lalu lintas tiap kali jalan dari satu titik ke titik lainnya.

    Salah satu contoh, menurut Samson yaitu rombongan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tidak pernah memakai strobo dan melanggar lalu lintas.

    “Kalau lampu merah, ya kita selalu stop. Selalu mengikuti lalu lintas dan tidak pernah menggunakan lampu kelap-kelip atau strobo,” katanya.

    Berkaitan dengan itu, Samson membantah Paspampres telah mengusir jamaah pada saat Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka salat Jumat di Masjid Raya Baiturahman Semarang, Jawa Tengah.

    Wakil Komandan Paspampres, Brigjen Samson Sitohang mengakui video tersebut sempat viral di media sosial. Namun, dia menegaskan tidak ada aksi pengusiran sejumlah jamaah yang tengah menjalankan salat Jumat seperti narasi yang dibangun di masyarakat.

    “Jadi tidak ada itu penggeseran apalagi pengusiran. Tidak ada sama sekali,” ujar Samson.

  • Viral Video Diduga Jemaah Diusir saat Gibran Hendak Salat Jumat, Paspampres: Hanya Rapikan Shaf

    Viral Video Diduga Jemaah Diusir saat Gibran Hendak Salat Jumat, Paspampres: Hanya Rapikan Shaf

    TRIBUNJAKARTA.COM –  Video yang merekam staf Wakil Presiden (Wapres) RI, Gibran Rakabuming, di sebuah masjid viral di media sosial. 

    Dalam video tersebut, staf Gibran Rakabuming tampak menyuruh jemaah lain yang sudah duduk di shaf tersebut, untuk berpindah tempat. 

    Hal itu dilakukan untuk memberi ruang bagi Wapres Gibran Rakabuming dan rombongannya. 

    Video yang diunggah oleh akun TikTok @suhud262626 pada 14 Desember 2024 memperlihatkan beberapa orang yang diduga staf Gibran Rakabuming memasuki masjid. 

    Mereka meminta jemaah di saf depan untuk berpindah agar Gibran dan rombongan bisa salat di saf kedua.

    Gibran sendiri tampak mengenakan batik biru tua dengan peci hitam, berdiri diam di tengah situasi tersebut. 

    Aksi staf ini memicu perbincangan ramai setelah video tersebut dibagikan ulang oleh akun X @ferizandra, yang mempertanyakan hukum meminta jemaah lain untuk berpindah saf demi pejabat.

    Perdebatan di media sosial semakin memanas setelah salah seorang membagikan cuplikan video ceramah Buya Yahya. 

    Dalam ceramah tersebut, Buya Yahya menegaskan bahwa tindakan memindahkan jemaah dari tempatnya di masjid demi mendahulukan pejabat adalah haram.

    “Kalau geser orang, minggir sana, itu haram. Misal ada orang duduk, gara-gara datang pejabat, lalu diusir, itu haram. Mengusirnya itu yang haram, tidak diperkenankan, karena semua punya hak untuk mendekatkan diri kepada Allah,” ujar Buya Yahya dalam video yang diunggah oleh akun X @Nuraniakalsehat.

    Paspampres Klarifikasi

    Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) menegaskan tidak terjadi pengusiran jemaah saat Gibran Rakabuming Raka melaksanakan shalat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman Semarang pada Jumat (13/12/2024). 

    Pernyataan ini disampaikan oleh Wakil Komandan Paspampres Brigadir Jenderal Samson Sitohang menanggapi video yang viral di media sosial yang menyebutkan adanya pengusiran jemaah shaf depan. 

    “Kalau yang di Semarang jadi begini, sebenarnya itu tidak penggeseran, apalagi pengusiran. Itu anggota saya hanya merapikan dan merapatkan shaf sehingga lebih muat lagi personel yang lain,” jelas Samson di Istana Wakil Presiden, Rabu (18/12/2024). 

    Samson juga menegaskan bahwa tidak ada penggeseran shaf jemaah seperti yang dinarasikan di media sosial. 

    Ia menyebutkan bahwa shaf depan diisi oleh anggota Paspampres. 

    “Kan ada yang berdiri, kalau tidak salah di TikTok itu justru malah anggota saya sendiri. Ini memang anggota kita yang duduk di situ untuk tempat lah, untuk penjabat yang lain. Nah, itu sama sekali tidak ada penggeseran, apalagi pengusiran tidak ada sama sekali,” tambahnya. 

    Lebih lanjut, Danpaspampres menilai narasi yang beredar di media sosial tidak mencerminkan kondisi sebenarnya. 

    Ia menjelaskan bahwa Paspampres memiliki prosedur tetap (protap) untuk menjaga keamanan Wakil Presiden. 
     
    “Biasalah. Ini kan orang-orang yang tidak bertanggung jawab itu kalau saya bilang. Jadi, kita punya protap sendiri, apalagi Bapak Wapres itu selalu menekankan kepada kita untuk selalu humanis pada masyarakat,” ungkap Samson. 
     
    “Itu yang poin penting yang saya ingat, kemudian selalu mengutamakan kepentingan masyarakat,” ucapnya. 

     

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

     

  • Wakil Komandan Paspampres Sebut Jemaah yang Kena Usir saat Gibran Salat Jumat Adalah Anggotanya   – Halaman all

    Klarifikasi Paspampres soal Viral Video Jemaah Kena Usir saat Wapres Gibran Salat Jumat di Semarang – Halaman all

    Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra 

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) buka suara soal vitalnya video diduga masyarakat kena usir jelang Salat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman, Semarang Jawa Tengah.

    Dalam video yang beredar termasuk di TikTok terlihat jajaran Paspampres diduga mengusir jemaah yang hendak salat Jumat ketika Wapres RI Gibran Rakabuming Raka hadir di lokasi.

    Menanggapi hal itu, Wakil Komandan Paspampres Brigjen Samson Sitohang menyatakan kalau tidak ada sama sekali upaya untuk mengusir jemaah dalam momen itu.

    “Oh yang di Semarang. Kalau yang di Semarang jadi begini, sebenarnya itu tidak penggeseran, apalagi pengusiran apalagi pengusiran. Itu anggota saya hanya merapikan dan merapatkan shaf sehingga lebih muat lagi personel yang lain,” kata Samson kepada awak media, di Jakarta, Rabu (18/12/2024).

    Samson lantas menyebut kalau salah satu diduga jamaah yang kena geser saat salat Jumat hendak dimulai, itu merupakan anggota Paspampres bukan masyarakat umum.

    Kata dia, digesernya salah satu anggota Paspampres itu sebagai upaya agar shaf salat Jumat di masjid itu cukup untuk jemaah lain.

    “Nah, kemudian, kan ada yang berdiri kalau tidak salah di Tiktok itu, itu justru malah anggota saya sendiri, ini memang anggota kita yang duduk di situ untuk tempat lah, untuk penjabat yang lain,” kata dia.

    Atas hal itu, Samson menegaskan kalau narasi yang ada di dalam konten yang viral itu hoaks dan dibuat oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.

    Pasalnya menurut dia, tidak ada sama sekali pengusiran terhadap jemaah salat Jumat saat dihadiri oleh Gibran Rakabuming.

    “Jadi memang terkait dengan TikTok yang viral ini, ini kan sama dengan mendiskreditkan pimpinan kita. Saya rasa tidak perlu seperti itu ya,” kata dia.

    “Itu apalagi itu di tempat ibadah, di orang lagi salat semua, tapi ada momen yang dimanfaatkan oleh orang tertentu yang tidak bertanggung jawab, sehingga viral lah hal tersebut. Sebenarnya itu pengamanan protap yang kita laksanakan di Paspampres sendiri,” tandas Samson.