Jakarta, Beritasatu.com – Harga emas dunia melemah tajam sekitar 2,5% ke level US$ 3.020 per ons troi pada perdagangan Jumat (4/4/2025). Penurunan ini membuat harga logam mulia tersebut menyentuh titik terendah dalam sepekan dan semakin menjauh dari rekor tertingginya yang tercapai di awal pekan.
Berdasarkan data dari Trading Economics, tekanan terhadap harga emas terjadi seiring dengan gelombang aksi jual di pasar keuangan global. Sentimen negatif muncul akibat meningkatnya tensi perdagangan internasional, terutama setelah langkah balasan China yang mengenakan tarif impor sebesar 34% terhadap seluruh produk asal Amerika Serikat.
Langkah ini disebut sebagai tanggapan terhadap kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump. Kondisi tersebut menambah kekhawatiran atas stabilitas ekonomi global dan potensi lonjakan inflasi, yang berdampak pada gejolak pasar.
Sejumlah analis berpendapat bahwa pelemahan emas kali ini bukan karena faktor fundamental logam mulia itu sendiri, melainkan karena investor melakukan aksi jual untuk menutup kerugian di aset-aset lain, menyusul gelombang margin call yang menyeret pasar saham global.
Di sisi lain, meskipun emas menunjukkan resiliensi terhadap efek langsung dari perang dagang, lonjakan pasokan emas di gudang-gudang COMEX di AS turut menekan harga. Peningkatan stok ini dipicu oleh kekhawatiran hambatan distribusi akibat kebijakan tarif yang sedang berlangsung.
Meski melemah dalam jangka pendek, harga emas masih membukukan kenaikan mingguan sekitar 1% pada pekan lalu dan menjadi penguatan lima minggu berturut-turut. Sejak awal 2025, harga emas telah meningkat sekitar US$ 394,44 per ons troi atau setara 15,03%.
Tercatat, rekor tertinggi sepanjang masa terjadi pada April 2025 dengan harga emas menyentuh US$ 3.167,77 per ons troi.
Sementara itu, model proyeksi dari Trading Economics memperkirakan harga emas akan stabil di kisaran US$ 3.075,97 pada akhir kuartal ini, dan berpotensi naik ke US$ 3.195,64 dalam 12 bulan mendatang.