Eksplorasi Makna Filosofis Ibadah Puasa menurut Syeikh Ali Ahmad Al-Jurjawi

Eksplorasi Makna Filosofis Ibadah Puasa menurut Syeikh Ali Ahmad Al-Jurjawi

Jakarta, Beritasatu.com – Keberkahan bulan Ramadan sangat bisa dirasakan oleh kaum muslim diseluruh  penjuru dunia, firman Allah dalam QS Al-Baqarah ayat 183 mewajibkan umat Islam  untuk berpuasa. Dalam puasa terdapat nilai-nilai yang sangat tinggi, baik secara agama  maupun secara sosial. Salah satu tokoh yang membicarakan nilai filsafat puasa adalah  Syeikh Ali Ahmad al-Jurjawi, seorang ulama Islam yang mendalami moral-moral yang  dikandung Islam. Dalam pandangannya, berpuasa ialah lebih sadar dan mengerti dari  sekedar menahan makan, tetapi juga merupakan latihan keagamaan dalam peningkatan  moral dan penghayatan spiritualitas. 

Syeikh Ali Ahmad al-Jurjawi adalah seorang ulama dan pemikir Islam yang  dikenal melalui karyanya yang berjudul Hikmah al-Tasyri’ wa Falsafatuhu. Dalam  karyanya, ia mengupas berbagai aspek hukum Islam dan makna filosofis di balik setiap  syariat yang telah ditetapkan. Menurutnya, setiap ibadah dalam Islam memiliki dimensi  rasional dan hikmah yang mendalam, termasuk ibadah puasa. 

Menurut Syeikh Ali Ahmad al-Jurjawi, puasa memiliki makna yang lebih dalam  daripada sekadar menahan diri dari hal-hal yang membatalkan. Berikut beberapa aspek  filosofis yang ia kemukakan: 

1. Ibadah puasa sebagai bentuk syukur dalam beribadah. 

Telah dijelaskan di pembahasan lain bahwa ibadah pada hakikatnya adalah  bentuk rasa syukur dari hamba kepada Tuhannya atas nikmat yang diberikan dan yang  tidak terhitung. Sebagaimana dalam firman ALLAH dalam QS Ibrahim ayat 34: 

وَاٰتٰىكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْهُۗ وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌࣖ

wa âtâkum ming kulli mâ sa’altumûh, wa in ta‘uddû ni‘matallâhi lâ tuḫshûhâ, innal-insâna ladhalûmung kaffâr

Dia telah menganugerahkan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim lagi sangat kufur.

Ibadah, termasuk puasa, merupakan bentuk kesadaran seorang hamba terhadap  segala nikmat yang Allah berikan. Dengan beribadah, seseorang mengakui bahwa segala  kebaikan yang diterimanya berasal dari Allah, dan sebagai bentuk rasa syukur, ia  menjalankan kewajiban serta amalan sunah yang diperintahkan. 

2. Ibadah puasa sebagai ajang menjaga amanah 

Menurut Syeikh Ali al-Jurjawi, ibadah puasa mengajarkan kita untuk bagaimana  kita menjaga amanah, tidak menyia-nyiakannya dan tidak menyalahgunakannya.

Termasuk bentuk menjaga amanah itu yakni dengan perintah menahan diri untuk tidak  makan dan minum sepanjang siang. Menjaga amanah tersebut menuntut kita untuk  menjaganya dengan penuh kesulitan dan rasa letih yang membutuhkan perjuangan  dari dalam jiwa dan anggota badan.