Ekspansi PLTU Captive di Indonesia Berpotensi Meningkatkan Biaya Listrik – Page 3

Ekspansi PLTU Captive di Indonesia Berpotensi Meningkatkan Biaya Listrik – Page 3

Liputan6.com, Jakarta – Analisis terbaru think tank pusat kajian energi global EMBER menyebutkan, dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), terdapat rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara secara signifikan. Rencana tersebut mencakup penambahan 26,8 GW PLTU baru selama tujuh tahun ke depan, di mana lebih dari 20 GW berasal dari ekspansi PLTU captive.

RUKN ini berpotensi menghambat pencapaian target skenario rendah emisi dan Just Energy Transition Partnership (JETP), serta juga meningkatkan biaya listrik.

Analis Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) Katherine Hasan mengatakan, kurangnya kejelasan mengenai berapa banyak kapasitas daya listrik tambahan yang masih tersisa dalam perencanaan nasional membahayakan upaya Indonesia untuk mewujudkan Visi Emas 2045.

“Dengan adanya rencana pertumbuhan yang sebagian besar terpusat di Pulau Sulawesi dan Maluku Utara, mereka yang tinggal di dekat lokasi industri tempat PLTU akan beroperasi harus menanggung beban kesehatan dan ekonomi tertinggi akibat paparan polusi, belum lagi dampak lingkungan yang tidak dapat dipulihkan dari penyebaran partikel beracun.” jelas dia dalam keterangan tertulis, Jumat (21/2/2025).

Laporan ini menemukan bahwa PLTU baru akan menghadapi banyak tantangan, baik dari sisi finansial maupun regulasi. Di bawah kebijakan yang ada, PLTU baru hanya dapat beroperasi hingga tahun 2050, harus mengurangi emisi hingga 35% dalam waktu 10 tahun dan tidak akan mendapatkan keuntungan dari harga batu bara DMO (domestic market obligation), sehingga memaksa operator untuk membayar harga pasar.