Merangkum Semua Peristiwa
Indeks
Voi.id  

Eksklusif Zulfa Maharani Berusaha Hindari Typecast dalam Karakter Horor

Eksklusif Zulfa Maharani Berusaha Hindari Typecast dalam Karakter Horor

JAKARTA – Zulfa Maharani bukan nama baru di dunia perfilman. Di usianya ke-25, ia sudah mencuri perhatian dengan berbagai perannya yang beraneka ragam dan memudahkannya jadi sorotan.

Tahun ini, ia memulai dengan karakter Tasya dari film Pernikahan Arwah. Film ini menjadi karya horor terbarunya setelah terakhir kali mencuri perhatian dengan film Qorin (2022). Menurutnya, Tasya adalah seorang wanita yang ambisius dan sangat mencintai pasangan – yang menjadi kesulitan tersendiri.

“Lumayan karena aku tidak terlalu “bucin” sama pasangan jadi aku lumayan riset ke teman-temanku yang bucin seumuran aku, tapi tidak susah karena kan reading sama workshop jadi pasti ada riset dan itu sangat memudahkan,” cerita Zulfa Maharani kepada VOI beberapa waktu lalu.

Aktris kelahiran 10 Desember itu memang belum menikah, namun karakternya yang banyak berkaitan dengan hubungan dan berpasangan membuatnya banyak merefleksikan diri tentang idealisme hubungan. Dalam film ini, ia dipasangkan dengan Morgan Oey sebagai pasangan yang akan menikah.

Zulfa Maharani (Foto: Karisa Aurelia Tukan, DI: Raga/VOI)

“Menurutku, ketika seseorang memutuskan untuk menikah, bukan cuma menikahi pasangan tapi seluruh keluarganya. Itu sudah bagian dari tradisi pernikahan di Indonesia atau Asia jadi menurut aku ketika menemukan pasangan, aku juga akan berusaha mendekatkan dengan keluarga,” jelas Zulfa.

“Itu sudah normal jadi menurutku kurang lebih aku akan melakukan hal yang sama tapi tidak sedetail apa yang Tasya lakukan. Menurutku, Tasya itu karakter yang beyond banget lah!” katanya.

Film ini menandai kolaborasi pertama aktris 25 tahun itu dengan sutradara Paul Agusta yang banyak terlibat dalam film mau pun keaktingan. Atas dasar rasa kagum, Zulfa tertarik untuk kembali memerankan genre horor melalui film ini.

“Dari dulu, pengin banget kerja sama kak Paul (Agusta) karena kebetulan teman-temanku banyak yang pernah belajar akting sama kak Paul Agusta dan aku juga nonton beberapa proyek kak Paul dan aku sangat interesting bekerja dengan kak Paul,” lanjutnya.

Zulfa Maharani (Foto: Karisa Aurelia Tukan, DI: Raga/VOI)

“Kak Paul adalah salah satu director yang aku pengin kerja bareng dan kedua karena skripnya. Skripnya itu bikin aku jatuh cinta karena sebelumnya sudah 2 tahun gak main horor dan fokus ke drama. Setelah film horor terakhir tayang, aku memutuskan tidak ambil horor,” katanya mengaku terlalu banyak menerima karakter serupa dari film horor terakhirnya.

Ia menganggap salah satu cara agar terus berkembang sebagai aktor adalah dengan selektif memilih peran. Meski terbilang muda, namun Zulfa santai ketika memilah peran agar tidak ada pengulangan dan terus menumbuhkan diri sebagai aktris.

“Setelah dua tahun itu aku dapat skrip Pernikahan Arwah dan aku jatuh cinta banget sama skripnya, itu yang bikin aku udah didirect Paul Agusta juga skripnya bagus banget. Aku juga berteman dengan teman-teman yang kerja bareng dan mengawali kerja bareng jadi itu menarik banget,” katanya lagi.

Pengalaman tidak terlupakan dirasakan aktris kelahiran Jakarta tersebut. Ia menobatkan syuting film Pernikahan Arwah sebagai syuting horor yang paling sehat. Stereotip kalau syuting memakan waktu yang panjang dan seringkali melelahkan, semuanya nihil dari produksi yang ia jalani kali ini.

Tak Mau Menghindari Horor

Zulfa Maharani (Foto: Karisa Aurelia Tukan, DI: Raga/VOI)

Zulfa Maharani merasa genre horor di Indonesia semakin digemari dan semakin variatif. Hal itu membuat para kreator ingin terus mengembangkan cerita-cerita horor yang sudah beredar, baik secara orisinal atau adaptasi. Karena dua hal itu, ia juga tidak berusaha menghindari film horor ke depannya.

“Aku pasti selalu baca skrip. Aku gak pengen karakter yang mirip sama yang pernah aku mainin,” tegasnya.

“Aku tidak ingin typecast dan aku merasa film indonesia terutama horor sudah mulai variatif. Ketika filmnya variatif secara genre dan tema, berarti karakternya automatically variatif juga. Aku lihat sekarang aku decide balik lagi ke horor karena temanya variatif jadi karakter-karakter yang ditawarkan ke aku sangat variatif,” lanjut Zulfa.

“Bukannya aku suka film horor tapi aku juga selalu melihat pertama dari karakter yang aku mainin, director, sama production value-nya pasti aku lihat,” tuturnya.

Zulfa Maharani (Foto: Karisa Aurelia Tukan, DI: Raga/VOI)

Perjalanan yang masih panjang membuat seorang Zulfa Maharani ingin terus menjaga kariernya. Nominasi Festival Film Indonesia itu masih berkomitmen untuk mengambil kelas akting meski sudah berakting di lebih dari 10 film.

“Buatku yang penting kualitas. Aku ngejaga kualitas, berusaha terus belajar makanya aku ngambil kelas akting atau ikut teater itu salah satu upaya lebih banyak belajar karena memang aku tidak lahir atau mengawali dari sekolah akting atau ngambil kuliah tentang akting,” kata Zulfa.

“Aku selalu merasa akan selalu ada aktor-aktor baru, akan selalu banyak orang baru yang masuk ke industri dan menurutku tidak apa-apa. Menurutku kehidupan di industri kita, semakin banyak orang tidak cuma aktor tapi kru juga mulai regenerasi yang menggantikan,” katanya lagi.

Zulfa Maharani (Foto: Karisa Aurelia Tukan, DI: Raga/VOI)

Di samping itu, ia juga masih memiliki impian untuk berakting di sejumlah genre. Ia mengaku tertarik memainkan peran dalam film aksi mau pun musikal, sesuatu yang ia tidak pernah suka.

“Justru banyak karakter yang aku pengin mainin, mungkin aku tidak pernah main film action, pengin suatu saat main, atau musikal. Menurut aku sangat-sangat menarik sih (keduanya),” kata Zulfa menutup percakapan dengan VOI siang itu.

Merangkum Semua Peristiwa