Ekonom Proyeksi Inflasi November 2025 Turun Moderat, Terpengaruh Harga Emas

Ekonom Proyeksi Inflasi November 2025 Turun Moderat, Terpengaruh Harga Emas

Bisnis.com, JAKARTA — Konsensus ekonom memproyeksikan inflasi turun moderat pada November 2025, baik secara bulanan maupun tahunan.

Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) periode November 2025 pada Senin (1/12/2025) besok.

Berdasarkan proyeksi 15 ekonom yang dihimpun Bloomberg, nilai tengah atau median IHK November 2025 mengalami inflasi sebesar 0,20% secara bulanan (month to month/MtM). Nilai tersebut turun dibandingkan realisasi inflasi sebesar 0,28% (MoM) pada bulan sebelumnya atau Oktober 2025.

Adapun estimasi tertinggi diberikan oleh Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Evalita Situmorang sebesar 0,29% (MtM). Sementara estimasi terendah disampaikan oleh Ekonom Australia & New Zealand Banking Group Ltd Krystal Tan sebesar 0,10% (MtM).

Sedangkan secara tahunan (year on year/YoY), 25 ekonom memproyeksi median IHK pada November 2025 berada di zona inflasi sebesar 2,74%. Nilai tersebut juga turun tipis dibandingkan realisasi inflasi sebesar 2,86% (YoY) pada Oktober 2025.

Estimasi tertinggi terpantau berada di angka 2,9% yang dikeluarkan oleh Ekonom Oxford Economics Ltd Adam Ahmad Samdin. Sebaliknya, estimasi terendah di angka 2,60% oleh Goldman Sachs & Co LLC.

Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede memperkirakan IHK November 2025 mencatatkan inflasi sebesar 0,15% (MtM). Angka ini melambat dibandingkan realisasi Oktober 2025 yang mendekati 0,28% (MtM).

Secara tahunan, Josua memprediksi inflasi berada di level 2,70% (YoY), turun tipis dari posisi bulan sebelumnya sebesar 2,86% (YoY).

“Gambaran umumnya adalah inflasi tetap positif, tetapi dengan tekanan harga yang mulai mereda. Pelemahan tekanan inflasi bulanan ini terutama berasal dari normalisasi harga emas,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (30/11/2025).

Josua menjelaskan, lonjakan inflasi inti pada Oktober 2025 lalu banyak didorong oleh kenaikan harga emas yang memuncak. Hanya saja pada November, efek dorong tersebut mulai menghilang, yang tecermin dari proyeksi inflasi inti bulanan yang diprediksi turun tajam dari kisaran 0,39% menjadi hanya 0,11%.

Dari sisi harga bergejolak (volatile food), Josua melihat masih adanya tekanan inflasi ringan dari daging ayam ras, cabai, dan bawang merah akibat faktor musiman. Namun, kondisi ini diredam oleh deflasi beras seiring perbaikan pasokan dan program stabilisasi pemerintah.

Senada, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro memproyeksikan inflasi umum akan berada di level 0,2% MoM pada November 2025, melandai dari 0,3% (MtM) pada bulan sebelumnya. Secara tahunan, Asmo mematok angka inflasi di level 2,7% (YoY).

Berbeda dengan Josua yang melihat kenaikan harga ayam, Asmo justru mencatat adanya deflasi pada sejumlah komoditas pangan utama.

“Harga bergejolak diperkirakan semakin melunak, didukung oleh deflasi berkelanjutan pada komoditas pangan utama seperti beras [-1,2%], daging ayam [-0,9%], bawang putih [-0,8%], dan bawang merah [-1,2%],” jelas Asmo dalam keterangannya, dikutip Minggu (30/11/2025).

Selain itu, dia menyoroti koreksi tajam pada harga cabai rawit sebesar -8,5% yang turut menjaga inflasi harga bergejolak tetap rendah.

Meski tekanan harga melandai, Asmo mencatat adanya sedikit tekanan dari sisi permintaan, yang tercermin dari Mandiri Spending Index (MSI) yang naik 6,2% (MtM) pada awal kuartal IV/2025.

Selain itu, kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) diproyeksikan meningkat tipis didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara jelang akhir tahun dan kenaikan harga bahan bakar non-subsidi.