Dukung Kebijakan Pemerintah, Sido Muncul Tingkatkan Penggunaan Energi Baru Terbarukan hingga 91 Persen

Dukung Kebijakan Pemerintah, Sido Muncul Tingkatkan Penggunaan Energi Baru Terbarukan hingga 91 Persen

Porsi Energi Baru Terbarukan (EBT) Sido Muncul meningkat dari 69 persen pada 2022 menjadi 89 persen pada 2023, dan kembali naik hingga mencapai 91 persen pada 2024. Peningkatan ini didorong oleh optimalisasi pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi utama, yang secara konsisten memberikan kontribusi di atas 60 persen setiap tahunnya. Biomassa menjadi pilar utama transisi energi di pabrik Sido Muncul, disusul oleh pemanfaatan listrik surya (solar PV) yang terus menunjukkan pertumbuhan positif, dari 2,17 persen pada 2022 menjadi 4,03 persen pada 2024.

Di tahun 2024, Sido Muncul juga memperluas diversifikasi energi rendah emisi melalui penggunaan Steam CODB yang memberikan kontribusi 2,16 persen terhadap bauran energi. Inisiatif ini melengkapi upaya perusahaan dalam mengurangi ketergantungan terhadap energi berbasis fosil seperti gas CNG dan minyak solar yang porsinya terus menurun dari tahun ke tahun.

Irwan menjelaskan biomassa menjadi salah satu pilar utama energi bersih perusahaan, terutama yang berasal dari limbah jamu. Sementara minyak solar hanya digunakan sebesar 1,63 persen dan CNG sebesar 7,48 persen.

“Dari dulu biomassa kami sudah 60 persen. Biomassa berasal dari limbah jamur. Kami zero waste. Total penggunaan EBT kami sudah 91 persen (tahun 2024),” jelasnya. 

Irwan menegaskan kembali bahwa alasan perusahaan memilih energi hijau semata-mata karena kepedulian pada lingkungan.

“Kami memilih (listrik) yang mahal, bukan yang murah. Untuk apa? Supaya kepedulian kami terhadap lingkungan itu lebih ditingkatkan. Ya harus peduli sama lingkungan, makanya kami enggak mau pakai listrik murah,” tegasnya.

Sebelumnya, Manager Energi dan Produksi Sido Muncul, Iwan Setyo Wibowo juga telah memaparkan perjalanan perusahaan dalam mengimplementasikan energi baru terbarukan (EBT) dalam kegiatan Dialog Perkembangan EBT di Daerah dan Target EBT 2025–2030 yang berlangsung di Semarang. Ia juga menjelaskan strategi, capaian, serta hambatan yang masih dihadapi industri dalam transisi menuju energi bersih.

Dalam kesempatan itu, Iwan menyinggung soal dihapusnya skema ekspor-impor listrik PLTS atap ke PLN serta tidak dapat diklaimnya nilai ekonomi karbon (NEK) oleh industri.

“Dua hal ini sebenarnya bisa menjadi insentif menarik bagi industri untuk memasang PLTS atap. Ekspor-impor listrik bisa mengurangi tagihan listrik, dan NEK dari PLTS atap nilainya cukup besar karena bisa menurunkan emisi sekitar 1.000 ton CO₂ ekuivalen per tahun dikali Rp 50.000 per ton,” jelasnya

Meski demikian, Iwan mengatakan Sido Muncul tetap berencana memperluas penggunaan energi surya dan menargetkan penambahan kapasitas PLTS atap sebesar 1 megawatt pada tahun depan.

“Kami berencana menambah kapasitas PLTS atap sekitar 1 MW lagi tahun depan karena itu komitmen top manajemen untuk menggunakan energi terbarukan sebanyak mungkin, kalau bisa 100 persen. Saat ini EBT kami sudah 91 persen, tinggal 9 persen lagi,” kata Iwan.

Tahun ini, Sido Muncul menetapkan target penurunan emisi karbon tambahan sebesar 5 persen dibandingkan tahun sebelumnya dengan mendorong efisiensi energi di seluruh lini operasional.

 

(*)