Jakarta, CNBC Indonesia – Donald Trump sudah mengumandangkan pidato kemenangan dalam kontestasi Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS).
Sejauh ini, penghitungan masih terus berlangsung dan Trump unggul atas Kamala Harris. Hingga Rabu (6/11/2024) pukul 02.41 waktu setempat atau 14.41 WIB, perolehan suara Trump mendekati batas electoral vote, yakni 267 dari 270. Sementara Kamala hanya mendapatkan 214 suara.
Kemenangan Trump turut menjadi kemenangan miliarder Elon Musk yang selama ini blak-blakan menyatakan dukungannya kepada kandidat dari Partai Republik tersebut.
Musk bahkan membentuk komite politik America Pac dan dilaporkan menggelontorkan uang hampir US$75 juta untuk mendukung kampanye Trump.
Musk juga sempat terkena kasus dugaan pelanggaran Pemilu AS lantaran membagi-bagikan uang senilai US$1 juta setiap hari kepada masyarakat yang menandatangani petisi online terkait Pemilu AS.
Pemilik platform X itu juga mengerahkan perusahaannya untuk menyebarkan informasi sesat terkait Pemilu AS yang menguntungkan Trump. Organisasi non-profit Center for Countering Digital Hate melaporkan klaim sesat Musk telah meraup 2 miliar view di media sosial X. Pakar mengatakan efeknya tertular ke platform lain seperti Reddit dan Telegram.
Agaknya Trump akan membalas budi besar kepada Musk atas kerja kerasnya selama ini. Sebelumnya, Trump sudah mengatakan secara terbuka bahwa ia akan mempertimbangkan jabatan khusus untuk Musk jika terpilih sebagai Presiden AS.
Trump mempertimbangkan untuk membentuk komisi yang terdiri dari para pemimpin bisnis terkemuka untuk memeriksa anggaran pemerintah dan menemukan program-program yang perlu dipotong.
Kelompok yang diberi nama “komisi efisiensi pemerintah” itu bertujuan untuk menekan regulasi dan pengeluaran.
Selain mendapat jabatan khusus, Musk yang merupakan orang terkaya di dunia dengan segelintir raksasa bisnis itu juga sepertinya akan diuntungkan dengan kemenangan Trump.
NBC melaporkan, Musk akan mendapat keuntungan dari segi pajak, perizinan teknologi baru, hingga kontrak pemerintah dengan SpaceX yang bisa diperpanjang.
Beberapa regulator yang berbicara ke NBC dengan identitas anonim mengatakan Musk bisa mencoba menekan kebijakan AS untuk keuntungan bisnisnya. Mereka khawatir Musk akan membuat pemerintah melunak ke China dalam memperkuat pembatasan ekspor.
Sebab, Tesla yang merupakan perusahaan Musk memiliki kepentingan bisnis dengan China. Tesla bergantung dengan China dalam hal produksi maupun pasar yang besar.
Soal pajak, Trump juga blak-blakan mengatakan keinginannya untuk menjaga pajak tetap rendah bagi korporasi besar dan orang-orang kaya seperti Musk.
Pada April lalu, Trump mengatakan ia ingin memperpanjang kebijakan kebijakan pemotongan pajak untuk perusahaan yang sudah ditelurkan pada pemerintahannya pada 2017 lalu. Kala itu, Trump memangkas pajak perusahaan dari 35% menjadi 21%.
Beberapa perusahaan Musk yang kini bermasalah dan ditekan pemerintah juga berpotensi dilonggarkan.
Misalnya soal isu keamanan sistem otomatis Tesla yang kini diselidiki oleh Departemen Kehakiman AS (DOJ) dan Lembaga Keamanan Lalu Lintas Nasional (NHTSA).
Perusahaan lainnya, SpaceX, juga dituntut DOJ atas dugaan diskriminasi terhadap para pengungsi dalam proses perekrutan. Pekerja Tesla juga dilaporkan menghadapi diskriminasi ras di fasilitas perusahaan di California.
Ada banyak masalah perusahaan Musk, seperti lisensi SpaceX, kontrak satelit internet Starlink, hingga kecelakaan kerja di perusahaan. Berbagai isu ini bisa jadi ‘diringankan’ dengan kemenangan Trump.
“Jika dia [Trump] kalah, saya sengsara,” kata Musk dalam talk show bersama Tucker Carlson beberapa saat lalu.
(fab/fab)