Dari sisi eksternal, penguatan dolar AS juga turut menekan rupiah. Data ekonomi AS menunjukkan hasil di atas ekspektasi pasar.
Produksi industri AS tercatat naik 0,7 persen (prediksi 0,2 persen), sektor manufaktur tumbuh 0,9 persen (estimasi 0,3 persen), pembangunan perumahan mencapai 1,5 juta unit, dan izin perumahan tembus 1,456 juta unit, mengungguli proyeksi sebelumnya.
“Meski indeks dolar AS sedikit terkoreksi akibat penguatan euro usai parlemen Jerman menyetujui peningkatan anggaran belanja, secara keseluruhan dolar masih kuat karena data ekonomi AS yang solid. Sementara itu, sentimen domestik masih tertekan oleh aksi jual di pasar saham,” tambah Lukman.
Melihat kondisi saat ini, Lukman memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.400 hingga Rp16.550 per dolar AS dalam waktu dekat.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3291093/original/097460500_1604903000-20201109-Donald-Trump-Kalah-Pilpres-AS_-Rupiah-Menguat-7.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)