Mojokerto (beritajatim.com) – Sejumlah petugas membersihkan Candi Brahu yang terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Dibutuhkan waktu dua hari untuk membersihkan candi dengan panjang sekitar 22,5 meter dengan lebar 18 meter dan berketinggian 25 meter dari rumput dan lumut.
Untuk membersihkan Candi Brahu dilakukan secara manual yakni dengan mencabut rumput liar yang ada di tubuh candi menggunakan tangan. Akar rumput harus dipastikan ikut tercabut untuk mengantisipasi agar rumput tidak cepat tumbuh lagi. Selain itu juga digunakan sapu lidi dalam proses pembersihannya.
Juru Pelihara (Jupel) Candi Brahu, Marsaid mengatakan, pembersihan dilakukan selama dua hari karena banyaknya rumput dan lumut di tubuh Candi Brahu. “Ada tujuh orang, tiga orang khusus melakukan pembersihkan di bagian atas Candi Brahu karena dibutuhkan keahlian khusus,” ungkapnya, Rabu (24/4/2024).
Selama musim hujan, masih kata Marsaid, rumput dan lumut dimungkinkan tumbuh di tubuh candi terutama di bagian atas. Sehingga dilakukan perawatan secara berkala terhadap cagar budaya tersebut agar terawat dan terjaga kelestariannya. Perawatan dilakukan melihat kondisi.
“Perawatan dilakukan melihat kondisi kelembapannya atau banyaknya rumput yang ada di tubuh candi. Di beberapa titik, tumbuh tumbuhan keras dan susah dimatikan, ada juga lumut. Perawatan dilakukan secara manual, kita menggunakan satu tangga di ketinggian pertama terus kita narik tangga lagi sampai di puncak candi,” katanya.
Sehingga pembersihkan rumput dan lumut Candi Brahu menggunakan dua tangga. Menurutnya, pembersihkan di puncak candi dibutuhkan ekstra keberanian sehingga hanya tiga orang yang secara khusus selama ini bertugas membersihkan bagian puncak candi. Meskipun ada SOP dalam perawatan di puncak candi.
“Ranpa ada keberanian dan nyali yang kuat karena hanya menggunakan tangga, meskipun ada SOP-nya. Kita pakai tali yang diikatkan di bagian perut yang dikaitkan ke tambah, dengan tujuan jika terpeleset kondisi masih tetap aman. Selama ini belum ada pelatihan khusus, hanya keberanian dari teman-teman,” ujarnya.
Dalam penggunaan peptisida, pihaknya harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan Unit Konsevasi Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur. Menurutnya, tanpa ada koordinasi dengan Unit Konservasi dikhawatirkan bukan merawat namun justru akan menyebabkan kerusakan candi.
“Tanpa ada koordinasi dengan Unit Konsevasi, kita tidak berani memberikan sejenis obat untuk membersihkan karena takutnya kita malah merusak struktur candi. Untuk tahun ini, ini yang pertama. Terakhir pembersihkan dilakukan pada bulan November 2023 lalu,” tegasnya.
Candi Brahu merupakan candi tertua di wilayah Trowulan, dasar dugaan ini adalah prasasti Alasantan yang ditemukan tidak jauh dari Candi Brahu. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh Raja Mpu Sindok pada tahun 861 Saka atau 939 Masehi yang isinya menyebutkan nama sebuah bangunan suci yaitu Waharu atau Warahu. Nama inilah yang diduga sebagai asal nama Candi Brahu. [tin/kun]