Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Dinkes Jember: 95 Orang Jadi Korban Keracunan Massal Takjil

Dinkes Jember: 95 Orang Jadi Korban Keracunan Massal Takjil

Jember (beritajatim.com) – Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, Jawa Timur, menyatakan korban keracunan massal akibat mengonsumsi takjil di Kecamatan Mayang mencapai 95 orang. Namun sebagian besar sudah pulang dari puskesmas dan klinik untuk menjalani rawat jalan.

Kepala Dinkes Jember Hendro Soelistijono mengatakan, kondisi sebagian besar pasien sudah membaik. “Kemarin sudah banyak yang pulang,” katanya, Selasa (2/4/2024). Total 25 orang sempat dirawat di Pukesmas Mayang dan dua klinik.

Dinkes sudah mengirimkan sampel makanan takjil yang diduga beracun ke laboratorium di Surabaya. Hendro memperkirakan butuh waktu uji kurang lebih tujuh hari untuk mengetahui jenis mikroba yang meracuni makanan tersebut. “Kalau mikrobiologi tujuh hari, karena harus dikultur, dikembangbiakkan kumannya,” katanya.

Puluhan orang warga Kecamatan Mayang, Kabupaten Jember, Jawa Timur, diduga keracunan akibat mengonsumsi makanan takjil, Minggu (31/3/2024) malam. Kurang lebih ada 300 takjil yang dibagikan di depan bekas Kantor Dinas Pendidikan Kecamatan Mayang, Jalan Tanjung Sari.

Pembagian takjil merupakan tradisi warga Desa Mayang, Kecamatan Mayang setiap kali Ramadan. Namun baru tahun ini ada insiden keracunan massal yang diduga akibat mengonsumsi takjil tersebut.

“Kita memang tidak bisa mengendalikan masyarakat untuk beramal. Tapi imbauan kami lakukan terus-menerus melalui puskesmas kepaa lelompok-kelompok masyarakat yang melakukan buka bersama dan memberikan parsel,” kata Hendro.

Rencananya, Dinkes akan turun ke sejumlah toko di Jember untuk mengecek keberadaan makanan dan minuman kemasan yang sudah kedaluwarsa.

Hendro berpesan kepada masyarakat yang ingin bersedekah makanan, termasuk takjil, untuk menggunakan bahan yang terbaik. “Sejak pengadaan bahan sudah harus diawasi, misalnya dengan membelinya di tempat yang benar. Kemudian selama proses, dimasak sematang mungkin, dan dikelola dengan tertutup. Yang mengelolanya pun harus bersih dan cuci tangan,” katanya.

Berikutnya, lanjut Hendro, saat distribusi makanan. “Jangan sampai ditempatkan di lokasi yang bisa terkontaminasi, baik debu maupun mikroba atau zat kimia lain yang berbahagia. Itu untuk produsen,” katanya.

“Sementara untuk konsumen, ya kita harus mencicipi dulu rasa makanan itu sebelum ditelan. Bagaimana baunya. Penampakan dan warna juga bagaimana. Apakah ada perubahan warna, berlendir atau tidak, itu harus diwaspadai. Kalau bau menyengat zat kimia ya jangan dimakan, termasuk basi,” kata Hendro. [wir]