Jakarta: Pemerintah didesak meninjau ulang tarif Tol Cibitung-Cilincing. Sebab, tarif yang ditetapkan saat ini dinilai terlalu mahal.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (DPW ALFI) Jakarta, Adil Karim, menyatakan bahwa tarif yang tinggi menghambat tujuan utama pembangunan tol sepanjang 34 kilometer tersebut. Yakni, memperlancar distribusi logistik antara kawasan industri di Cibitung dan Pelabuhan Tanjung Priok.
“Tarif yang tinggi mendorong para pelaku logistik memilih jalur Tol Cikampek-Priok yang lebih murah. Ini menjadi bertolak belakang dengan tujuan awal pembangunan Tol Cibitung-Cilincing,” kata Adil melalui keterangan tertulis, Rabu, 11 Desember 2024.
Menurut Adil, mahalnya tarif membuat kendaraan logistik enggan beralih ke Tol Cibitung-Cilincing. Akibatnya, kemacetan di Tol Cikampek tidak terurai.
“Sehingga, fungsi tol baru ini tidak maksimal,” ungkap dia.
Dia meminta pemerintah mengingat kembali prinsip utama keberadaan tol. Yakni mempermudah akses logistik dari pelabuhan ke kawasan industri atau sebaliknya.
“Tol ini justru menjadi beban baru bagi pelaku usaha logistik, dengan tarif yang demikian tinggi,” sebut dia.
Adil membandingkan tarif Tol Cibitung-Cilincing dengan ruas Tol JORR. Perbedaan tarif cukup jauh.
“Coba bayangkan, untuk kendaraan golongan II dan III , misalnya, tarif jalan tol sepanjang 34 Km itu mencapai Rp. 102.500. Sementara itu, untuk kendaraan golongan III di JORR 1 yang sepanjang 66 KM hanya Rp. 25.000. Ini sangat timpang,” ujar dia.
Tingginya tarif tersebut membuat biaya operasional perusahaan logistik tetap tinggi. “Padahal saat ini kita semua berkomitmen untuk menekan biaya logistik di semua lini,” ujar Adil.
DPW ALFI Jakarta meminta pemerintah dan pengelola tol untuk segera membuka dialog dengan pelaku logistik. Penyesuaian tarif dinilai penting agar keberadaan tol ini benar-benar memberikan manfaat optimal bagi sektor logistik nasional.
Jakarta: Pemerintah didesak meninjau ulang tarif Tol Cibitung-Cilincing. Sebab, tarif yang ditetapkan saat ini dinilai terlalu mahal.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (DPW ALFI) Jakarta, Adil Karim, menyatakan bahwa tarif yang tinggi menghambat tujuan utama pembangunan tol sepanjang 34 kilometer tersebut. Yakni, memperlancar distribusi logistik antara kawasan industri di Cibitung dan Pelabuhan Tanjung Priok.
“Tarif yang tinggi mendorong para pelaku logistik memilih jalur Tol Cikampek-Priok yang lebih murah. Ini menjadi bertolak belakang dengan tujuan awal pembangunan Tol Cibitung-Cilincing,” kata Adil melalui keterangan tertulis, Rabu, 11 Desember 2024.
Menurut Adil, mahalnya tarif membuat kendaraan logistik enggan beralih ke Tol Cibitung-Cilincing. Akibatnya, kemacetan di Tol Cikampek tidak terurai.
“Sehingga, fungsi tol baru ini tidak maksimal,” ungkap dia.
Dia meminta pemerintah mengingat kembali prinsip utama keberadaan tol. Yakni mempermudah akses logistik dari pelabuhan ke kawasan industri atau sebaliknya.
“Tol ini justru menjadi beban baru bagi pelaku usaha logistik, dengan tarif yang demikian tinggi,” sebut dia.
Adil membandingkan tarif Tol Cibitung-Cilincing dengan ruas Tol JORR. Perbedaan tarif cukup jauh.
“Coba bayangkan, untuk kendaraan golongan II dan III , misalnya, tarif jalan tol sepanjang 34 Km itu mencapai Rp. 102.500. Sementara itu, untuk kendaraan golongan III di JORR 1 yang sepanjang 66 KM hanya Rp. 25.000. Ini sangat timpang,” ujar dia.
Tingginya tarif tersebut membuat biaya operasional perusahaan logistik tetap tinggi. “Padahal saat ini kita semua berkomitmen untuk menekan biaya logistik di semua lini,” ujar Adil.
DPW ALFI Jakarta meminta pemerintah dan pengelola tol untuk segera membuka dialog dengan pelaku logistik. Penyesuaian tarif dinilai penting agar keberadaan tol ini benar-benar memberikan manfaat optimal bagi sektor logistik nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(ABK)