Dijadikan Nama Jalan Tol di Indonesia, Siapa Sheikh Mohamed bin Zayed?

Dijadikan Nama Jalan Tol di Indonesia, Siapa Sheikh Mohamed bin Zayed?

Jakarta, Beritasatu.com – Jalan layang Sheikh Mohamed Bin Zayed menjadi tanda bukti penghormatan khusus terhadap sosok pemimpin Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, atau yang akrab disingkat MBZ.

Penamaan jalan tol tersebut tentu menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai siapa sebenarnya Sheikh Mohamed bin Zayed? Mengapa namanya digunakan untuk menamai salah satu jalan tol strategis di Indonesia?

Dihimpun dari berbagai sumber, berikut profil Sheikh Mohamed bin Zayed dan alasan kenapa namanya diabadikan menjadi nama jalan tol.

Profil Sheikh Mohamed bin Zayed

Sheikh Mohamed bin Zayed lahir pada 11 Maret 1961 di Al Ain, UEA, sebagai putra ketiga dari Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan, yakni pendiri sekaligus Presiden pertama UEA dan Sheikha Fatima bint Mubarak Al Ketbi.

Ia menempuh pendidikan dasar dan menengah di Al Ain dan Abu Dhabi, sebelum melanjutkan ke Royal Military Academy Sandhurst di Inggris. Di sana, ia menjalani pelatihan militer intensif di berbagai bidang, seperti zeni, penerbangan, taktik, serta parasut, dan lulus pada tahun 1979.

Karier Militer

Sekembalinya ke UEA, Sheikh Mohamed memulai karier militer yang cemerlang. Ia pernah menjabat sebagai perwira Pengawal Amiri, pilot Angkatan Udara, hingga akhirnya dipercaya sebagai panglima angkatan udara UEA. Pengalaman militernya berperan besar dalam memperkuat dan memodernisasi angkatan bersenjata negaranya.

Pada Januari 2014, ketika Sheikh Khalifa bin Zayed, kakaknya yang saat itu menjabat presiden UEA, mengalami stroke, Mohamed mengambil alih peran sebagai penguasa de facto Abu Dhabi.

Sebagai Putra Mahkota, ia mengelola sebagian besar urusan kenegaraan dan kebijakan domestik. Setelah wafatnya Sheikh Khalifa pada 14 Mei 2022, Mohamed secara resmi diangkat sebagai presiden UEA dan penguasa Abu Dhabi.

Sheikh Mohamed dikenal aktif dalam dunia diplomasi. Ia menjadi tokoh kunci dalam Abraham Accords, yakni kesepakatan bersejarah yang menormalkan hubungan UEA dengan Israel pada 2020.

Ia juga memainkan peran penting dalam berbagai inisiatif diplomatik di Timur Tengah dan Afrika Utara, memperkuat posisi UEA di kancah internasional.

Sebagai pemimpin visioner, MbZ mendorong transformasi ekonomi UEA dari ketergantungan pada minyak dan gas ke sektor-sektor seperti pariwisata, teknologi, dan energi terbarukan. Ia berupaya menjadikan UEA sebagai pusat bisnis global dan destinasi investasi yang menarik.

Komitmen terhadap Pendidikan dan Inovasi

Sheikh Mohamed juga dikenal sebagai pendukung kuat pendidikan dan penelitian. Ia berperan dalam pendirian institusi-institusi ternama seperti Universitas New York Abu Dhabi dan Masdar Institute of Science and Technology, menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan sumber daya manusia dan inovasi.

Pada tahun 1981, Mohamed menikah dengan Sheikha Salama bint Hamdan Al Nahyan. Mereka dikaruniai sembilan anak, yakni empat laki-laki dan lima perempuan.

Putra sulungnya, Sheikh Khaled bin Mohamed bin Zayed, telah ditetapkan sebagai Putra Mahkota Abu Dhabi sejak 29 Maret 2023.

Di balik kepemimpinannya yang tegas dan pragmatis, MbZ juga menghadapi kritik dari sejumlah organisasi hak asasi manusia terkait keterlibatan UEA dalam konflik di Yaman dan Libya. Meski demikian, ia tetap menjadi figur sentral yang berpengaruh dalam politik regional dan internasional.

Penamaan jalan tol di Indonesia dengan nama Sheikh Mohamed bin Zayed (MbZ) merupakan bentuk penghormatan atas kontribusinya dalam mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan UEA. Selain memperkuat kerja sama ekonomi, langkah ini juga mencerminkan kedekatan diplomatik antara kedua negara.