Jakarta –
Perdana Menteri (PM) Prancis Michel Barnier menemui Presiden Emmanuel Macron untuk menyampaikan pengunduran dirinya, setelah kalah dalam mosi tidak percaya di parlemen. Macron pun harus segera mencari cara untuk menghentikan kekacauan politik dan keuangan yang berkembang.
Dilansir kantor berita AFP, Kamis (5/12/2024), Barnier tiba di Istana Elysee pada Kamis (5/12) pagi waktu setempat untuk formalitas pengunduran dirinya. Dia menjadi perdana menteri dengan masa jabatan terpendek di Prancis.
Sebelumnya, mayoritas anggota parlemen pada hari Rabu (4/12) mendukung mosi tidak percaya yang diusulkan oleh kubu kiri garis keras, dan didukung oleh kubu kanan garis keras yang dipimpin oleh Marine Le Pen.
Pemicu penggulingan Barnier adalah rencana anggarannya tahun 2025 yang mencakup langkah-langkah penghematan yang tidak dapat diterima oleh mayoritas di parlemen, tetapi menurutnya diperlukan untuk menstabilkan keuangan Prancis.
Dilansir DW, Kamis (5/12/2024), kubu sayap kiri dan sayap kanan mengecam Barnier karena menggunakan kekuasaan konstitusional khusus untuk mengadopsi sebagian anggaran yang tidak populer tanpa pemungutan suara akhir di parlemen, di mana anggaran itu tidak mendapat dukungan mayoritas. Rancangan anggaran tersebut bertujuan menghemat sebesar €60 miliar (sekitar Rp1 kuadriliun) untuk mengurangi defisit besar.
“Realitas (defisit) ini tidak akan hilang hanya dengan mosi tidak percaya,” kata Barnier kepada anggota parlemen sebelum pemungutan suara, seraya menambahkan bahwa defisit anggaran akan terus menjadi beban bagi pemerintahan berikutnya.