Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Di Sekolah Langganan Banjir, BPBD Tuban Gelar Simulasi SPAB

Di Sekolah Langganan Banjir, BPBD Tuban Gelar Simulasi SPAB

Tuban (beritajatim.com) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban menggelar simulasi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di MA Al Qudsiyah Tuban, Rabu (19/02/2025). Program ini bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan sekolah yang menjadi langganan banjir, terutama karena lokasinya yang berada di pinggiran Sungai Bengawan Solo.

Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Tuban, Sudarmaji, menjelaskan bahwa pemilihan MA Al Qudsiyah sebagai lokasi simulasi didasarkan pada riwayat bencana yang sering terjadi di kawasan tersebut.

“Sehingga harapannya ketika terjadi bencana bukan hanya bisa menyelamatkan warga, namun juga fasilitas pendidikan,” ujar Sudarmaji.

Selain itu, ia menekankan pentingnya adaptasi terhadap kondisi lingkungan yang rawan bencana.

“Untuk kejadian bencana banjir, masyarakat harus bersikap adaptif sehingga menjadi Living in Harmony with Disaster karena mereka memahami pasang surut air,” tambahnya.

Tak hanya simulasi banjir, BPBD Tuban juga meminta fasilitator SRPB Jatim untuk melaksanakan simulasi bencana gempa bumi guna menghadapi potensi gempa besar di masa mendatang.

“Kami berpesan kepada fasilitator SRPB Jatim untuk dilaksanakan simulasi bencana gempa bumi agar jika memang isu bencana Megathrust terjadi, warga sekolah bisa siap untuk menghadapi,” tegas Sudarmaji.

Dalam kegiatan ini, BPBD Tuban juga mengapresiasi kehadiran Mosipena, media edukasi interaktif yang membantu siswa memahami bencana dengan cara yang lebih menarik dan mudah dipahami.

Materi dalam simulasi ini disampaikan oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan (Kabid PK) BPBD Tuban, Moh. Maftuchin Riza. Ia memberikan penjelasan tentang mitigasi bencana banjir, praktik simulasi gempa bumi, penanganan korban bencana, pemutaran videotron di Mosipena, hingga simulasi pemadaman api.

Kepala Sekolah MA Al Qudsiyah, Achmad Baidowi, mengungkapkan bahwa sekolahnya hampir setiap musim hujan selalu terdampak banjir.

“Masyarakat sekitar sekolah pun menganggapnya suatu hal yang biasa dan bersikap adaptif,” katanya.

Baidowi menjelaskan bahwa pada tahun 2007, banjir di daerah ini bahkan mencapai setinggi pinggang orang dewasa akibat hujan yang terus-menerus. Selain itu, pada 2024, sekolahnya juga merasakan getaran gempa Bawean.

“Namun beruntungnya, bangunan sekolah aman. Tapi di sekitar sekolah ada beberapa rumah warga yang rusak,” ujarnya.

Dengan adanya program SPAB, ia berharap seluruh warga sekolah bisa lebih memahami potensi ancaman bencana dan mempersiapkan strategi mitigasi yang efektif.

“SPAB ini juga untuk mengenalkan jalur evakuasi. Sehingga ketika terjadi bencana, warga sekolah sudah tahu ke mana mereka akan menyelamatkan diri,” pungkasnya.

Program ini menjadi langkah strategis dalam meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan sekolah serta masyarakat sekitar dalam menghadapi potensi bencana di masa mendatang. [ayu/ian]

Merangkum Semua Peristiwa