Jakarta: Dunia penerbangan sedang berduka. Sejumlah kecelakaan pesawat terjadi dalam kurun waktu seminggu, salah satunya kecelakaan pesawat Jeju Air yang menewaskan 179 orang. Masyarakat pun bertanya-tanya, apakah ada kursi yang aman di pesawat?
Setidaknya empat kecelakaan pesawat terjadi dalam waktu seminggu belakangan. Pada 27 Desember 2024, kecelakaan pesawat Azerbaijan Airlines menewaskan 38 orang. Sehari setelahnya, pesawat Air Canada tergelincir saat mendarat dan mesin terbakar.
Lalu pada 29 Desember, pesawat Jeju Air mengalami kecelakaan yang diduga disebabkan oleh menabrak kawanan burung. Di hari yang sama, pesawat KLM Royal Dutch Airlines tergelincir dari landasan pacu Bandara Oslo Torp Sandefjord, Norwegia.
Banyaknya insiden lantas menumbuhkan kekhawatiran dalam benak masyarakat. Salah satu aspek yang kerap menjadi pertanyaan adalah terkait posisi kursi pesawat yang paling aman. Berbagai studi dan analisis telah dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Di Mana Kursi Paling Aman di Pesawat?
Salah satu studi yang paling sering dikutip adalah investigasi Time, yang menganalisis data selama 35 tahun dari Federal Aviation Administration (FAA). Penelitian itu menunjukkan bahwa penumpang yang duduk di sepertiga bagian belakang pesawat cenderung memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi.
Penumpang yang duduk di sepertiga belakang memiliki tingkat kematian sebesar 32%, dibandingkan dengan 39% pada sepertiga tengah dan 38% pada sepertiga depan. Kursi tengah di bagian belakang memiliki tingkat kematian terendah yaitu 28%, dibandingkan kursi lorong di bagian tengah yang memiliki tingkat kematian 44%.
Hal ini disebabkan karena bagian belakang sering kali tidak terlalu terpengaruh oleh benturan dari depan. Sebagai contoh, dalam kecelakaan Azerbaijan Airlines, orang-orang yang duduk di bagian belakang pesawat berhasil selamat.
Sementara itu, orang-orang yang duduk di dekat pintu keluar darurat lebih mungkin untuk keluar dalam keadaan hidup setelah terjadi kecelakaan. Oleh karenanya, berada dalam jarak tujuh baris dari pintu keluar darurat merupakan faktor penting jika terjadi kebakaran di pesawat atau pendaratan di air.
Jakarta: Dunia penerbangan sedang berduka. Sejumlah kecelakaan pesawat terjadi dalam kurun waktu seminggu, salah satunya kecelakaan pesawat Jeju Air yang menewaskan 179 orang. Masyarakat pun bertanya-tanya, apakah ada kursi yang aman di pesawat?
Setidaknya empat kecelakaan pesawat terjadi dalam waktu seminggu belakangan. Pada 27 Desember 2024, kecelakaan pesawat Azerbaijan Airlines menewaskan 38 orang. Sehari setelahnya, pesawat Air Canada tergelincir saat mendarat dan mesin terbakar.
Lalu pada 29 Desember, pesawat Jeju Air mengalami kecelakaan yang diduga disebabkan oleh menabrak kawanan burung. Di hari yang sama, pesawat KLM Royal Dutch Airlines tergelincir dari landasan pacu Bandara Oslo Torp Sandefjord, Norwegia.
Banyaknya insiden lantas menumbuhkan kekhawatiran dalam benak masyarakat. Salah satu aspek yang kerap menjadi pertanyaan adalah terkait posisi kursi pesawat yang paling aman. Berbagai studi dan analisis telah dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Di Mana Kursi Paling Aman di Pesawat?
Salah satu studi yang paling sering dikutip adalah investigasi Time, yang menganalisis data selama 35 tahun dari Federal Aviation Administration (FAA). Penelitian itu menunjukkan bahwa penumpang yang duduk di sepertiga bagian belakang pesawat cenderung memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi.
Penumpang yang duduk di sepertiga belakang memiliki tingkat kematian sebesar 32%, dibandingkan dengan 39% pada sepertiga tengah dan 38% pada sepertiga depan. Kursi tengah di bagian belakang memiliki tingkat kematian terendah yaitu 28%, dibandingkan kursi lorong di bagian tengah yang memiliki tingkat kematian 44%.
Hal ini disebabkan karena bagian belakang sering kali tidak terlalu terpengaruh oleh benturan dari depan. Sebagai contoh, dalam kecelakaan Azerbaijan Airlines, orang-orang yang duduk di bagian belakang pesawat berhasil selamat.
Sementara itu, orang-orang yang duduk di dekat pintu keluar darurat lebih mungkin untuk keluar dalam keadaan hidup setelah terjadi kecelakaan. Oleh karenanya, berada dalam jarak tujuh baris dari pintu keluar darurat merupakan faktor penting jika terjadi kebakaran di pesawat atau pendaratan di air.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(SUR)