FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Sutradara film dokumenter Seksi Killer, Dandhy Laksono, memberikan respons terhadap tuduhan bahwa aksi mahasiswa menolak revisi Undang-Undang (UU) TNI didalangi oleh kepentingan asing.
Dalam cuitannya di media sosial X, Dandhy menanggapi unggahan akun @GuruGembull yang menduga adanya “titipan asing” dalam demonstrasi mahasiswa.
“Jangan malu-maluin orang gembul,” ujar Dandhy (26/3/2025).
Tuduhan itu muncul karena salah satu tuntutan aksi adalah menarik seluruh militer dari Papua.
“Sepanjang sejarah dari New York Agreement sampai masuknya Freeport justru asing lah yang paling berkepentingan militer Indonesia ada di Papua,” tandasnya.
Dandhy mengingatkan kembali sejarah panjang keterlibatan asing dalam kebijakan militer di Papua.
Termasuk dalam konteks perjanjian internasional dan kepentingan ekonomi di wilayah tersebut.
Sebelumnya, dalam demonstrasi mahasiswa yang tersebar di berbagai kota, sejumlah tuntutan diajukan, termasuk menolak revisi UU TNI.
Tuntutan itu menentang perluasan fungsi militer dalam ranah sipil, serta menolak penambahan kewenangan TNI di luar perang.
Salah satu poin yang disorot adalah seruan untuk menarik seluruh militer dari Papua.
Tudingan adanya campur tangan asing dalam aksi mahasiswa bukan hal baru.
Namun, Dandhy menegaskan bahwa justru kepentingan asing selama ini berperan dalam keberadaan militer di Papua, bukan sebaliknya.
Aksi mahasiswa menolak revisi UU TNI terus berkembang, dengan berbagai kalangan ikut memberikan komentar, baik yang mendukung maupun yang menuding adanya agenda tertentu di balik gerakan tersebut.