Jombang (bertajatim.com) – Sabtu pagi itu, semilir angin menyapa hangat pelataran Masjid As Sami’, Dusun Bulak, Desa Mojokrapak, Kecamatan Tembelang. Lantunan shalawat menyambut langkah-langkah sederhana yang membawa semangat luar biasa: semangat bersih-bersih masjid dari para pegiat Gerakan Resik-Resik Masjid (GRRM), yang hari itu merayakan milad pertamanya.
Tepat setahun sudah gerakan ini berdiri. Sebuah inisiatif yang lahir dari kelompok mantan pecinta alam yang tak rela semangat pengabdian mereka redup ditelan usia. Kini, mereka kembali turun ke lapangan, bukan lagi mendaki gunung, tetapi menyapu debu dari sajadah dan membersihkan jejak-jejak waktu di balik mimbar-mimbar masjid.
Bupati Jombang, H. Warsubi, hadir langsung di tengah-tengah acara milad yang berlangsung khidmat dan sederhana. Dalam sambutannya, ia tak menyembunyikan rasa kagum atas kiprah GRRM yang dinilainya sebagai bentuk nyata kepedulian sosial dan spiritual.
“Saya ingin nantinya di setiap kecamatan ada gerakan seperti ini. Masjid yang bersih adalah cermin masyarakat yang cinta ibadah. Dan gerakan ini mengingatkan kita, bahwa membersihkan rumah Allah adalah bagian dari ibadah itu sendiri,” ujar Warsubi di hadapan para tamu dan relawan, Sabtu (14/6/2025).
Rama, Ketua GRRM Jombang, mengenang awal mula gerakan ini terbentuk. Bukan dari lembaga resmi, bukan pula dari pendanaan besar. Semuanya berawal dari obrolan ringan dan keresahan kecil yang berubah menjadi aksi nyata.
“Dulu kami anggota mapala. Tapi sekarang sudah nggak muda lagi. Kami cari cara agar tetap bermanfaat. Maka kami bentuk GRRM,” kata Rama sambil tersenyum.
Kini GRRM memiliki sekitar 40 anggota aktif yang tiap bulan, tepatnya di minggu kedua, menjalankan aksi bersih-bersih masjid. Tak ada bayaran, tak ada sponsor tetap. Semua bergerak dengan semangat gotong royong.
Bahkan, dalam beberapa kesempatan, mereka membersihkan masjid di luar kota, kadang atas permintaan takmir, kadang karena kepekaan mereka sendiri melihat rumah ibadah yang luput dari perhatian.
Namun perjuangan ini tak tanpa tantangan. Rama mengungkapkan bahwa GRRM masih terbatas dalam alat dan armada. “Semua alat dari iuran anggota, kadang pakai alat bekas. Untuk armada, kami masih pakai gerobak dorong,” jelasnya.
Ketua GRRM Rama menyerahkan cinderamata untuk Bupati Jombang Warsubi
Meski demikian, keterbatasan itu tak menyurutkan niat. Mereka tetap datang, menyingsingkan lengan baju, membawa sapu, pel, dan semangat juang. Karena bagi mereka, tak ada masjid yang terlalu kecil untuk dibersihkan. Setiap debu yang mereka angkat adalah bagian dari pengabdian.
Milad pertama GRRM bukan sekadar perayaan. Ini adalah refleksi perjalanan dan penyalaan semangat baru. Tahun ini, mereka membersihkan masjid di lima titik sekaligus. Tak hanya itu, GRRM juga menggandeng PMI untuk mengadakan donor darah, menambah makna kemanusiaan dalam langkah-langkah mereka.
Pengabdian GRRM tak mengenal usia, dan cinta rumah ibadah bisa lahir dari tangan-tangan biasa yang digerakkan oleh hati yang luar biasa. GRRM bukan hanya membersihkan masjid, mereka sedang merawat nurani—bahwa kebersihan adalah bagian dari keimanan, dan gotong royong adalah denyut hidup bermasyarakat yang tak boleh padam. [suf]
