Jakarta: Peringatan Hari Ibu (PHI) di Indonesia memiliki sejarah panjang yang berakar pada Kongres Perempuan Indonesia pertama pada 1928 di Yogyakarta. Kongres ini menjadi tonggak kebangkitan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa.
Peran perempuan tidak hanya terbatas sebagai ibu rumah tangga, tetapi juga sebagai pejuang di berbagai lini.
Melalui Kongres Perempuan III di Bandung pada 1938, tanggal 22 Desember resmi ditetapkan sebagai Hari Ibu. Keputusan ini menegaskan pentingnya pengakuan atas kontribusi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan bangsa.
“Melalui Peringatan Hari Ibu inilah, kita kembali diingatkan akan pentingnya peran perempuan dalam mencapai tujuan-tujuan bangsa. Di era kekinian, Peringatan Hari Ibu diharapkan dapat mewariskan nilai-nilai luhur dan semangat perjuangan yang terkandung dalam sejarah perjuangan kaum perempuan kepada seluruh masyarakat Indonesia, terutama generasi penerus
bangsa,” ujar Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA), Arifatul Choiri Fauzi dalam amanatnya yang dikutip dari laman resmi Kementerian PPA, Kamis 19 Desember 2024.
Tahun ini, PHI ke-96 mengusung tema “Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya Menuju Indonesia Emas 2045.” Tema ini menyoroti pentingnya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.
“Peringatan ini adalah momentum untuk merayakan kontribusi perempuan sebagai pilar pembangunan bangsa,” ujar Arifatul.
Baca juga: Setangkai Bunga Melati di Logo Hari Ibu 2024, Ini Maknanya
Untuk merayakan PHI ke-96, serangkaian kegiatan telah disiapkan, termasuk ziarah ke Taman Makam Pahlawan, seminar nasional, peluncuran Ruang Bersama Indonesia, hingga anjangsana kepada veteran perempuan. Kegiatan ini dirancang tidak hanya untuk mengenang jasa para perempuan, tetapi juga untuk menginspirasi generasi muda agar terus menghargai peran perempuan.
Selain itu, peluncuran Ruang Bersama Indonesia (RBI) menjadi salah satu agenda penting dalam PHI ke-96. Program ini bertujuan menciptakan ruang interaksi, edukasi, dan pelatihan yang mendukung pemberdayaan perempuan dan anak.
RBI akan diimplementasikan di berbagai daerah sebagai bentuk kelanjutan program Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak.
Sejarah Hari Ibu di Indonesia juga berbeda dengan perayaan Mother’s Day di negara lain. Hari Ibu di Indonesia bukan hanya perayaan hubungan antara ibu dan anak, tetapi juga pengingat pentingnya perjuangan perempuan dalam pembangunan bangsa.
“Peringatan Hari Ibu adalah milik kita semua. Sebagai anak, sebagai istri, sebagai ibu, maupun sebagai teman seperjuangan, yang tidak lelah menjadi arti di manapun berada. Untuk itu, saya mengucapkan Selamat Hari Ibu ke-96 Tahun 2024, khususnya untuk seluruh perempuan Indonesia,” ungkap Arifatul.
Peringatan ini juga menjadi ajang refleksi akan tantangan yang dihadapi perempuan di era modern, seperti kesenjangan akses pendidikan, ekonomi, dan partisipasi politik. Menteri menegaskan, “Kesetaraan gender bukan hanya cita-cita, tetapi juga kunci untuk menjadikan perempuan Indonesia berdaya dan mandiri.”
Pemerintah berharap dapat terus memperkuat peran perempuan di berbagai sektor dengan semangat PHI ke-96. Melalui tema yang diusung, perempuan Indonesia diharapkan mampu menjadi penggerak utama dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 yang berkeadilan gender.
Jakarta: Peringatan Hari Ibu (PHI) di Indonesia memiliki sejarah panjang yang berakar pada Kongres Perempuan Indonesia pertama pada 1928 di Yogyakarta. Kongres ini menjadi tonggak kebangkitan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa.
Peran perempuan tidak hanya terbatas sebagai ibu rumah tangga, tetapi juga sebagai pejuang di berbagai lini.
Melalui Kongres Perempuan III di Bandung pada 1938, tanggal 22 Desember resmi ditetapkan sebagai Hari Ibu. Keputusan ini menegaskan pentingnya pengakuan atas kontribusi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan bangsa.
“Melalui Peringatan Hari Ibu inilah, kita kembali diingatkan akan pentingnya peran perempuan dalam mencapai tujuan-tujuan bangsa. Di era kekinian, Peringatan Hari Ibu diharapkan dapat mewariskan nilai-nilai luhur dan semangat perjuangan yang terkandung dalam sejarah perjuangan kaum perempuan kepada seluruh masyarakat Indonesia, terutama generasi penerus
bangsa,” ujar Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA), Arifatul Choiri Fauzi dalam amanatnya yang dikutip dari laman resmi Kementerian PPA, Kamis 19 Desember 2024.
Tahun ini, PHI ke-96 mengusung tema “Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya Menuju Indonesia Emas 2045.” Tema ini menyoroti pentingnya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.
“Peringatan ini adalah momentum untuk merayakan kontribusi perempuan sebagai pilar pembangunan bangsa,” ujar Arifatul.
Baca juga: Setangkai Bunga Melati di Logo Hari Ibu 2024, Ini Maknanya
Untuk merayakan PHI ke-96, serangkaian kegiatan telah disiapkan, termasuk ziarah ke Taman Makam Pahlawan, seminar nasional, peluncuran Ruang Bersama Indonesia, hingga anjangsana kepada veteran perempuan. Kegiatan ini dirancang tidak hanya untuk mengenang jasa para perempuan, tetapi juga untuk menginspirasi generasi muda agar terus menghargai peran perempuan.
Selain itu, peluncuran Ruang Bersama Indonesia (RBI) menjadi salah satu agenda penting dalam PHI ke-96. Program ini bertujuan menciptakan ruang interaksi, edukasi, dan pelatihan yang mendukung pemberdayaan perempuan dan anak.
RBI akan diimplementasikan di berbagai daerah sebagai bentuk kelanjutan program Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak.
Sejarah Hari Ibu di Indonesia juga berbeda dengan perayaan Mother’s Day di negara lain. Hari Ibu di Indonesia bukan hanya perayaan hubungan antara ibu dan anak, tetapi juga pengingat pentingnya perjuangan perempuan dalam pembangunan bangsa.
“Peringatan Hari Ibu adalah milik kita semua. Sebagai anak, sebagai istri, sebagai ibu, maupun sebagai teman seperjuangan, yang tidak lelah menjadi arti di manapun berada. Untuk itu, saya mengucapkan Selamat Hari Ibu ke-96 Tahun 2024, khususnya untuk seluruh perempuan Indonesia,” ungkap Arifatul.
Peringatan ini juga menjadi ajang refleksi akan tantangan yang dihadapi perempuan di era modern, seperti kesenjangan akses pendidikan, ekonomi, dan partisipasi politik. Menteri menegaskan, “Kesetaraan gender bukan hanya cita-cita, tetapi juga kunci untuk menjadikan perempuan Indonesia berdaya dan mandiri.”
Pemerintah berharap dapat terus memperkuat peran perempuan di berbagai sektor dengan semangat PHI ke-96. Melalui tema yang diusung, perempuan Indonesia diharapkan mampu menjadi penggerak utama dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 yang berkeadilan gender.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(DHI)